Chapter 14

2.8K 219 10
                                    

Keesokannya irene menjalani hari seperti biasanya. Tapi entah mengapa hari ini begitu membosankan baginya. Mungkin karena ia harus bertemu pelajaran fisika lagi. Seulgi juga sedari tadi terus menyebut nama sehun, ia bilang kemarin sehun melihatku dijemput oleh seorang namja yang dapat kupastikan itu adalah luhan. Omong-omong bicara soal sehun, aku tak melihatnya sedari tadi. Saat ku tanya seulgi, katanya ia masuk hari ini. Apa sehun mencoba menghindar dariku?

Irene melangkahkan kakinya mantap menuju halte bus, bersama chanyeol tentunya. Oppanya ini berjalan sangat cepat hingga irene tak bisa menyamakan langkah kakinya dengannya. Aish oppa macam apa dia yang meninggalkan dongsaengnya dibelakang.

Kini langit sudah mulai berwarna gelap, pertanda bahwa malam akan tiba. Lagi-lagi ia harus pulang telat, tapi kali ini karena harus menunggu oppanya yang harus latihan basket. Padahal hari ini ada acara variety show kesukaan irene, pasti acara itu sudah selesai dari beberapa menit yang lalu.

Irene dan chanyeol terkesiap saat bus yang ditunggunya sudah datang. Untung saja bus itu datang tepat waktu, jadi ia tak perlu menunggu lama lagi. Keduanya langsung masuk ke dalam bus tersebut dan duduk di kursi yang masih kosong. Seperti biasa, mereka hanya diam di tengah perjalanan.

Sesampainya di rumah, mereka langsung di sambut oleh eomma. Wangi harum tercium dari arah dapur. Eommanya habis masak rupanya.

"Cepat mandi, eomma sudah menunggu kalian sejak tadi" eomma mengusap sayang kepala irene dan chanyeol. Kedua anaknya hanya meresponnya dengan senyuman dan mulai masuk ke kamarnya masing-masing.

Saat chanyeol dan irene sudah selesai mandi keduanya langsung melanjutkan dengan makan malam bersama eommanya. Suasana malam ini hening, hanya ada dentingan sendok dan garpu.

"Irene-ya"
"Sehabis makan tolong belikan eomma pengharum ruangan di supermarket ne? Pengharum kita sudah habis" ucap eomma lembut. Aish bahkan irene ingin mengerjakan tugas sehabis ini.

"Kenapa bukan chanyeol saja eomma?" Irene berusaha menenangkan suaranya.

"Kau tak ingat saat eomma suruh ia belikan pengharum tapi yang ia beli malah pembasmi serangga hanya karena kemasannya hampir sama? Aish eomma tak mau itu terjadi lagi"

"Tapi eomma.."

"Tak ada tapi-tapi an"

Kulihat chanyeol oppa hanya tersenyum seperti... Mengejekku? Eh? Baiklah ia menang sekarang. Jika saja ada appanya disini, pasti ia sudah di bela sedari tadi, mengingat irene adalah anak kesayangan appanya. Ah aku mulai melanjutkan lagi menghabiskan sisa makananku dengan tergesa.

Saat suapan terakhirnya sudah sampai dimulutnya ia langsung beranjak dari tempat duduknya menuju tempat cucian piring di dapur lalu mencuci piringnya.

"Irene berangkat dulu ne eomma"

"Aish bahkan aku belum memberi mu uang, kau ingin membeli pakai apa eoh?"

"Ah ne aku lupa eomma"  irene membelokan arahnya menuju eomma. Ia menerima uang yang di terima oleh eommanya.

"Aish semoga kau tak mengulangi kesalahan oppamu irene-ya"

Irene tak menghiraukan ucapan eommanya. Ia sudah melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya. Supermarket yang ia tuju sebenarnya cukup jauh, tapi ia lebih memilih untuk jalan kaki, ia bisa sekalian olahraga malam kkk. Irene bersyukur karena jalanan cukup ramai. Ia hanya merasa takut jalan sendirian saat malam hari.

Butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai ke tempat yang ia tuju dengan jalan kaki. Ia terpekik senang saat akhirnya ia sampai juga di supermarket. Tak mau menunggu lama lagi ia langsung masuk ke dalam dan melangkahkan kakinya ke rak khusus pengharum ruangan. Ia memilih-milih mana parfum yang cocok. Pilihannya jatuh pada parfum ungu yang berada di rak paling bawah, parfum beraroma bunga lili. Ah mungkin aku harus membeli beberapa cemilan juga, batinku.

Setelah selesai dengan belanjaannya ia segera membayarnya ke kasir dan keluar dari supermarket saat sudah membayarnya. Ia tersentak saat mengetahui langit mulai mendung.

Irene mulai berlari menelusuri jalan. Ia harus sudah sampai dirumah sebelum hujan turun. Ah sayangnya dewi fortuna sedang tak berpihak padanya. Baru beberapa langkah tapi hujan sudah turun dengan derasnya. Ia tersenyum masam saat melihat toko di sebrang nya, baiklah mungkin ia akan berteduh disana.

"Aish aku baru sadar kalau sendalku terlepas, terlepas dimana ya" ucap irene pada dirinya sendiri. Dirinya sudah berada di sebuah toko yang baru saja ditutup. Tempat ini lumayan nyaman untuk tempatnya berteduh. Tapi udara disini tetap mampu membuatnya menggigil.

Irene masih menunggu hujannya reda. Sesekali ia menggosokkan tanggannya berharap ini bisa mengurangi rasa dingin di tubuhnya. Dengan duduk di pinggir toko dengan kepala yang ditundukkan ia sudah seperti gelandangan saja.

"Irene-ya?" Sontak irene mendongkakan kepalanya saat seseorang memanggil namanya. Ia membulatkan matanya saat tahu yang memanggilnya adalah sehun.

"Sedang apa kau disini sehun-na?"

"Seharusnya aku yang bertanya, kau sedang apa disini? Kau sudah seperti gelandangan kkk" sehun tertawa renyah saat menyebutkan diriku 'gelandangan'. Namja ini benar-benar minta kuhajar rupanya.

"Aku sehabis dari supermarket tapi ketika akan pulang tiba-tiba hujan turun jadi aku memutuskan untuk berteduh disini, kalau kau kenapa disini?"

"Entahlah aku hanya ingin jalan-jalan kesini"

"Jalan-jalan saat hujan? Kau gila eoh?"

"Itu menyenangkan bagiku"

Sehun mendekatkan dirinya pada irene. Ia ikut berteduh juga. Payungnya masih dibiarkan terbuka. Melihat irene yang kedinginan sontak sehun langsung membuka jaketnya dan memakaikannya pada irene.

Awalnya irene menolak tapi sehun memaksanya, mau tak mau aku pakai juga. "Gomawo sehun-na" sehun hanya tersenyum menjawabnya.

"Aish eomma pasti mencariku" gumam irene yang tahu-tahu sudah berdiri dari duduknya.

"Kajja ku antarkan kau pulang" irene tersentak saat tiba-tiba sehun menggandeng tangannya. Entah mengapa jantungnya menjadi berdetak dua kali lipat lebih cepat dari sebelumnya. Ah mungkin efek dari dinginnya hujan. Atau ini karna sentuhan sehun? Aish tidak mungkin lah irene pabbo!

"Aish sendal ini merepotkan" irene melepaskan satu sendalnya yang secara tak langsung membuat genggaman tangan sehun terlepas begitu saja. sendal yang satunya lagi sudah terlepas entah saat kapan atau dimana ia tak tahu. Ia merasa tak nyaman berjalan dengan menggunakan satu sendalnya, jadi ia lebih baik melepas satunya lagi agar terlihat seimbang.

Sehun tertawa melihatnya, ia baru menyadari kalau irene sedari tadi hanya menggunakan satu sendal, bukan sepasang.

"Apa yang kau tertawakan eoh? Tak ada yang lucu"

Sehun langsung melepaskan sepasang sendalnya, "pakai sendalku, bahaya jika nanti ada benda tajam mengenai kakimu"

"Tapi bagaimana dengan kakimu?"

"Aku tak apa-apa, pakai saja"

Lagi-lagi irene menerima bantuan sehun. Ia memakai sendal hitam sehun yang tampak kebesaran di kaki mungilnya.

"Cinta itu bagaikan sendal ne? Ia tak akan lengkap jika tak ada pasangannya"

Sedetik kemudian satu jitakan sudah mendarat di kepala sehun, "YAA! Kau berbicara sudah seperti orang benar saja"

"Memang aku benar" ia baru sadar jika sedari tadi irene membawa satu kantong plastik berlogo suatu nama supermarket, ia tampak keberatan membawa benda itu, sehun pun langsung mengambilnya dan membawanya di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang payung untuk menutupi dirinya dan irene dari air hujan, "biar aku saja yang bawa"

---

Keep read and vomment guys!😊

LET ME KNOW IT [sehun x irene]Where stories live. Discover now