Chapter 26

2.1K 151 6
                                    

"Sudah menunggu lama hm?"

Luhan mengeluarkan tangannya dari saku saat melihat aku yang baru saja datang. ia tersenyum lebar padaku. Oh god senyum itu lagi, aku benar-benar ingin jatuh jika saja tak ada kasur dibawahku. Lol.

"Ani. Kajja masuk, tuan putri tak boleh pulang terlalu malam" aku tersenyum tersipu mendengarnya. Ah apa dia tak tahu akibatnya dari kata-katanya barusan? Itu bisa membuat jantungku berdetak tak karuan tahu!

Aku mencoba menghiraukan perkataan luhan dan langsung masuk ke dalam mobil setelah namja itu membukakan pintunya untukku dengan masih menyembunyikan rona merah yang menghiasi pipiku.

Tak lama luhan mulai menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan hati-hati keluar dari sekolahku. Ia mulai fokus pada kegiatan menyetirnya.

Irene mulai tenggelam dengan permainan piano tiles di iphonenya. Sesekali ia mengerang kesal saat tengannya terpeleset saat ingin menekan kotak-kotak yang terdapat disana. Namja disebelahnya ini hanya terkekeh melihat irene yang begitu serius dengan dunianya.

"Irene-ya"

Sekilas irene menoleh pada luhan yang barusan memanggilnya, tapi sedetik kemudian sudah terfokus kembali pada permainannya, "ada apa oppa?"

"Kau sudah membaca buku dariku?"

Argh tepat setelah luhan selesai mengatakan kata-katanya barusan aku mendapatkan game over di game ku, sial. Aku langsung saja menaruh kembali iphoneku di sakuku dan mengarahkan tubuhku sedikit menyamping ke arah luhan dan menatap namja itu penuh arti.

"Sudah oppa" mata irene berbinar, ia mulai mengembangkan senyum lebar di wajahnya, "bahkan aku hampir menangis saat membaca bagian terakhir, ah ralat, aku benar-benar menangis oppa bukan hampir lagi"

Luhan terkekeh. Ingin rasanya ia mencium bibir irene sekarang juga saat yeoja itu mempoutkannya. Ah yeoja disampingnya ini memang menggemaskan. Luhan pun hanya bisa membiarkan satu tangannya untuk mengacak rambut irene pelan, lagi-lagi ia mempoutkan bibirnya sebagai reaksinya.

"Ceritanya bagus?" Ucap luhan halus.

"Sangat bagus, oppa, aku suka! Lain kali belikan aku novel lagi ne" irene memperlihatkan deretan putih giginya.

"Baiklah, tapi berikan aku kisseu disini dulu ne" luhan menunjuk pelan satu pipinya dengan jari telunjuknya. Irene hanya mendengus kesal melihatnya.

"Kau menyebalkan oppa" irene membalikkan tubuhnya mengahadap depan kembali. Ia melipat kedua tangan didadanya.

Luhan tertawa. Kali ia benar-benar tertawa lepas melihatnya. Entah mengapa setiap sikap irene itu lucu baginya.

"Aku hanya bercanda kkk, iya nanti akan kubelikan lagi"

"Bisa kau ceritakan isi cerita novel itu irene-ya?"ucap luhan lagi.

Irene menghela nafasnya pelan. Yeoja itu berusaha mengingat-ingat jalan cerita dari novel itu, dan mulai menceritakan bagian yang ia ingat pada luhan dengan bahasanya sendiri. Namja disampingnya ini hanya mengangguk saat mendengarkan cerita irene.

Pertama irene menceritakan tentang awal tokoh utama perempuan yang bertemu dengan tokoh utama lelakinya. Tertera disana nama tokoh perempuan yang bernama cessa ini adalah seorang anak dari orang yang sangat kaya, tetapi ia orang yang sangat sombong dan um bodoh. Sedangkan tokoh utama lelaki yang bernama surya ini adalah seorang yang bisa dibilang kurang mampu, tetapi walaupun begitu, ia adalah anak yang sangat pintar. Dan di tengah cerita diceritakan bahwa cessa ini ternyata mempunyai suatu penyakit kelainan darah yang langka. Penyakit itu lah yang membuatnya selalu bersama benji, sahabat yang selalu bersamanya sejak kecil. Sampai akhirnya cessa dan surya menjadi sepasang kekasih karena mereka selalu dekat saat gurunya memasangkan mereka di suatu kerja kelompok. Tapi walaupun cessa dan surya sudah menjadi sepasang kekasih benji selalu dekat dengan cessa apapun yang terjadi, dan itu membuat surya menjadi geram. Hingga suatu kejadian yang membuat hubungan surya dan cessa harus berakhir. Tak lama cessa memutuskan untuk pindah dari sekolah, tapi sebelum ia melakukan itu ia meminta kepada surya agar ia mau menyanggupi kencan terakhir mereka. Surya pun menyetujuinya dan mereka pun melaksanakannya. Entah karena apa cessa jatuh dan kepalanya terbentur batu, itu membuat darah cessa tak bisa berhenti mengalir dan semakin banyak. Surya pun membawa cessa ke rumah sakit dan sampai disitu ia baru mengetahui kalau cessa mempunyai penyakit yang bagi surya sendiri itu menyedihkan.

Irene mengakhiri ceritanya dengan mata yang memanas. Ia menahan air matanya yang hendak jatuh. Ceritanya memang benar-benar menyedihkan.

"Oppa.." Irene tak bisa menahannya lagi sekarang, ia menangis, saat bersama luhan ia memang tak pernah merasa malu sekali pun, bahkan untuk menangis didepannya, "kasian sekali surya, oppa, aku ingin menangis"

"yaa! Park irene kau cengeng sekali! Ambil tissue di dashboard dan usap air matamu!"

"Ne oppa" bagai anak kecil yang penurut, irene langsung mengambil tissue yang berada di atas dashboard dan mengusap wajahnya pelan dengan benda itu. Ia masih sesegukan. Air matanya belum juga berhenti menetes. Ia memang sering mendadak melankolis jika mendengar cerita sedih. Apalagi kalau dia yang membacakannya.

"Irene-ya?"

"Mm?"

"J-jika kondisiku sama seperti cessa bagaimana?"

Irene kembali menangis. Kali ini lebih kencang. Tentu saja dia sedih jika luhan mempunyai kondisi yang sama seperti cessa yang ada di dalam novel. Membaca yang ceritanya saja sudah membuatku menangis apalagi jika aku merasakannya nanti?

"Oppa.." Irene berkata dengan masih sesegukan. Berkali-kali ia mengucek matanya sampai matanya kini berwarna merah, "jangan bicara seperti itu, aku ingin kau disisiku"

"Tapi kalau itu benar-benar terjadi bagaimana?"

"Aku akan sangat membencimu oppa" irene tertawa renyah, mana mungkin ia bisa membenci luhan? Tidak nungkin kurasa.

Luhan tertawa pelan. Tawa yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Ia seperti memaksakannya. Kenapa dia?

"Oppa"

"Ne chagi?"

"Kau menyembunyikan sesuatu?"

"Ani, aku selalu jujur"

Luhan kembali fokus pada menyetirnya. Ia mengerang saat pusing itu kembali menyerang kepalanya. Oh tuhan, ini bukan saat yang tepat.

Tapi ia bersyukur rumah irene sudah terlihat dari sini, hanya tinggal melewati 4 rumah saja.

Mobil luhan terhenti tepat di depan rumah irene. Namja ini langsung keluar dari mobilnya dan membukakan pintu bagian penumpang sembari tersenyum. Irene pun ikut tersenyum melihatnya dan mulai melangkah keluar dari mobil luhan.

"Gomawo oppa"

"Ne chagi-ya"

"Jangan lupa kabari aku kalau kau sudah sampai rumah ne?"

"N-ne irene"

Luhan kembali memasuki mobilnya setelah yeoja itu mulai masuk ke dalam rumahnya. Ia mengerang saat kepalanya kembali terasa berat. Tangannya terjulur untuk mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Mengambil obat. Dengan gerakan kasar ia mengambil satu pil di tempatnya dan memasukkannya ke dalam mulut. Sial, obatnya amatlah pahit.

Sekilas luhan melihat ke arah rumah irene dan menatapnya nanar, "aku takut kau benar-benar menjauhiku irene-ya"

---

LET ME KNOW IT [sehun x irene]Where stories live. Discover now