Chapter 27

2.2K 143 0
                                    

"Tumben sekali sudah pulang" luhan berdesis saat seseorang baru memasuki rumahnya, ya, bisa dibilang orang itu adalah appanya. Padahal biasanya jam segini namja itu sedang melaksanakan rapat di kantornya dan selalu pulang jika seperlunya saja.

Kulihat appa mulai menatapku sinis. Dia memang selalu begitu, tak peduli dengan apapun. Bahkan untuk menjawab celotehanku saja ia malas.

"Temui appa di kamar"

Aku mendengus kesal. Ku alihkan lagi pandanganku ke arah Mr. Key yang berada tepat di depanku. Ia hanya menatapku cemas dan menggerakkan dagunya ke arah kamar oppaku seolah berkata 'temui dulu appamu'

Dengan gerakan kasar aku langsung saja menutup kembali buku yang tadi tengah ku baca bersama namja didepanku. Ya, dia itu songsaengnimku, aku sedang bersekolah sekarang. Hanya saja, aku melaksanakan sekolahku ini secara private. Sudah ku bilang kan sebelumnya kalau aku sekolah private? Jika belum, baca ulang ceritaku! Lol. Dan asal kau tahu saja, belajar seperti ini tidaklah menyenangkan bagiku, ini sangat membuatku bosan. Benar-benar berbeda dengan sekolah normal yang jika kau bosan kau bisa mengobrol dengan teman sebelahmu walaupun kau harus berbicara dengan sangat pelan, tapi jika seperti ini kau akan terus diawasi dan dituntut untuk selalu fokus.

Bangkit dari kursiku dan mulai melangkahkan kakiku ke arah kamar appa. Tanpa mengetuk dahulu aku langsung saja masuk ke dalamnya. Namja itu tengah duduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di kamarnya. Ia duduk memunggungiku. Setelah terdengar suara pintu yang barusan ku tutup ia langsung memutarkan kursinya ke arahku dan menatapku tajam dengan tangan yang terlipat di dada.

"Wae menyuruhku kesini?" Ucapku to the point dengan tatapan yang tak kalah tajamnya.

"Ia sudah datang, ku rasa kau sudah bisa melakukan sesi tunanganmu"

Luhan memutar bola matanya. Appanya ini memang benar-benar! Bahkan aku belum juga bekerja dan sekarang? Ia memintaku untuk bertunangan? Ya, aku tahu, ini baru tunangan dan belum menikah, tapi kan tetap saja aku masih terlalu muda untuk itu. Aku tidak mau. Terlebih lagi aku akan bertunangan dengan yeoja yang tidak kucintai. Menyedihkan bukan?

"Wae? Kenapa kau selalu mendesakku?" Luhan melipat kedua tangannya di dada. Appanya ini sedang menguji kesabarannya rupanya, "tapi aku sudah mempunyai kekasih appa"

"Tapi dia tidak bisa menjaga dirimu luhan!" Eh? Memangnya aku siapa yang harus dijaga? Aku ini namja, jadi aku yang seharusnya menjaga pasanganku!

"Cih berhentilah memaksaku"

"Ini untuk kebaikanmu luhan"

"Tidak appa, ini hanya untuk keuntunganmu, appa menjadikan kesempatan ini untuk bisa menyatukan perusahan appa dengan perusahan appanya krystal kan?"

Ya, yeoja yang appa inginkan untuk menjadi tunanganku itu krystal. Yeoja itu mempunyai perbedaan umur denganku, dia lebih tua 4 tahun dariku. Tapi bukan itu yang tidak ku sukai darinya. Ku akui wajahnya sangat cantik dan juga ia adalah salah satu mahasiswa kedokteran di kampus yang sangat terkenal di seoul, tentu saja dia pintar. Ia mengerti banyak tentang penyakitku, itu pula alasan appa ingin sekali menjadikannya sebagai tunanganku. Tapi tetap saja, aku mencintai irene.

"Tidak luhan! Appa ingin melepasmu dengan lega jika kau bersamanya.." Kulihat namja itu mulai tertunduk, "dan appa tak perlu cemas dengan penyakitmu"

"Aku tak minta dicemaskan, appa" ucapku sembari tersenyum sinis padanya, "aku juga tak masalah dengan penyakitku"

"Berhenti berbicara omong kosong"
"Persiapkan saja dirimu karena nanti malam krystal dan appanya akan kesini untuk makan malam"

"Terserahmu saja, aku tak akan mau"

---

"Cih mau apa kau disini?" Luhan mendengus. Ia tersenyum miring pada yeoja didepannya. Benar kata oppa, yeoja itu sudah sampai di korea menyusulku dan kini ia sudah berada tepat didepanku dengan seringai kecilnya.

"Kita kan ingin bertunangan, apa kau lupa?" Aku bergidik mendengarnya. Bingung juga, kenapa yeoja ini selalu saja memaksaku untuk bertunangan dengannya padahal ia tahu semua kekuranganku, dan tentu saja ia akan dapat lelaki lain yang lebih baik dariku, tapi kenapa tetap bersikeras memilihku?

Luhan tak bergeming, ia terus saja menatap layar iphonenya tanpa menghiraukan krystal. Kulihat ia hanya menghela nafasnya kasar karena tak kunjung mendapatkan reaksiku atas pertanyaannya. Aku sendiri malas menanggapinya.

"Luhannie.." Ia menatapku lemas. Raut wajahnya menampakkan kesedihan, "aku benar-benar ingin berada disisi mu saat kau membutuhkanku"

"Aku ingin menjagamu han" ucapnya lagi. Ia benar-benar tulus saat mengucapkannya, aku sendiri tertegun mendengarnya.

Pada saat aku masih menjalani pengobatan di Amerika, krystal selalu ada untukku, walaupun aku selalu bertingkah kasar padanya. Ia yang selalu menyemangatiku saat aku takut pada terapi-terapi yang akan aku jalani, ia yang selalu menyiapkan makanan dan obat untukku, bahkan ia juga yang memberhentikan pendarahan ku yang sukar sekali berhenti. Bodoh memang.

Aku tak tega juga melihat ia yang terus-terusan merengek karenaku. Menghela nafasku pelan, tanganku terjulur untuk menggenggam kedua tangannya.

"Bahkan aku tak bisa membahagiakan mu, krystal"

"Luhan.."
"Aku selalu bahagia bersamamu"

Luhan menghela nafas. kehilangan kata-katanya. Sebenarnya, Ia sudah berusaha mencintai krystal, tapi nihil, setiap ada kemajuan untuk menerimanya tiba-tiba fikirannya kembali fokus pada irene. Menggantikan posisi irene di hati luhan memang tak mudah. Ia sudah terlanjur pernah sangat dalam mencintai yeoja itu. Tapi entahlah, ku rasa yeoja itu akan menjauhiku setelah mengetahui penyakitku ini.

"Luhannie.."
"Biarkan aku membuatmu mencintaiku"

Setetes air bening mulai keluar dari mata indah krystal. Ia menangkup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Tak ingin luhan melihatnya sedang menangis.

Entah kekuatan darimana tahu-tahu tangan luhan sudah menggenggam tangan krystal dan menaruhnya di paha yeoja itu. Ia mendekatkan bibirnya ke bibir krystal, mengecupnya pelan. Sontak krystal membulatkan matanya tak percaya. Namja itu menciumnya? Jinjja?

Luhan meraih tengkuk yeoja itu, mengecupnya lebih dalam, berharap ia akan membalasnya ciumannya. Tanpa menunggu lama krystal mulai membuka bibirnya dan membiarkan bibir luhan masuk kedalamnya. Keduanya mulai memejamkan mata. Tampak menikmati.

Kejadian ini begitu alami bagi luhan. Ia sendiri tak tahu mengapa bisa melakukannya. Yang ia fikirkan, ia hanya tak ingin melihat yeoja ini menangis.

Dengan gerakan pelan luhan menjauhkan kembali bibirnya. Ia menatap krystal lekat-lekat, jarak mereka masih sangat dekat, "feel better?"

Yang ditanya pun hanya mengangguk sebagai jawabannya. Ia sendiri tak tahu bagaimana menjelaskan perasaanya.

---

LET ME KNOW IT [sehun x irene]Where stories live. Discover now