Bab 12

1.1K 104 0
                                    

Kekeliruan

 # Ruang Rapat #

Mereka berlima sedang duduk di kursinya masing-masing, masih memikirkan apa yang telah terjadi selama seminggu ini. Baru kali ini terjadi pembunuhan sebanyak ini dalam kurun waktu kurang satu minggu. Mereka berada di ruangan tempat mereka biasa mengadakan rapat, mereka akan mengajukan aspirasi dan ide-idenya di ruangan itu.

Sebuah lampu menyala tepat di tengah meja tempat mereka berkumpul, masing-masing menumpukan kepalanya pada jari tangan mereka. Kelima anggota kepolisian itu memperlihatkan raut wajah serius, semua akan terus diam sampai ada yang memulai pembicaraan. Lampu di sekeliling sengaja dimatikan agar mereka focus ke satu titik, satu tujuan.

“Aku menemukan sedikit kesimpulan.” Ucap Andrei. Memecah keheningan sakaligus memulai pembicaraan. “Sebelum ke sini aku sempat mampir ke TKP.”

“Sepertinya kami juga menemukan kejanggalan yang tersirat di wajah istri korban yang bernama Jack.” Ferina menyampaikan apa yang diketahuinya. “Walaupun dia benar-benar syok, aku tidak yakin apakah dia benar-benar sedih.”

Sebenarnya Andrei ingin sekali membantah ucapan Ferina, dia tau benar bagaimana rasanya kehilangan keluarga sendiri, dia tau benar istri Jack sangat sedih atas kehilangan suaminya, seingat Andrei Jack sangat romantic pada istrinya. Tapi, sebelumnya Andrei ingin mendengarkan pendapat semuanya sebelum bertindak. “Bisa kamu ceritakan dulu apa yang kamu perkirakan?”

“Sangat bisa.” Ucap Ferina. “Aku tahu kalau wanita istri korban itu sangat syok atas kejadian itu. Tapi aku menemukan ada yang tidak beres disana, waktu aku dan Benji menemaninya disana dia tidak menangis lagi.”

“Apa benar…padahal dia menangis waktu kita temukan?” Ucap ketua, detektif dengan sifat seperti ketua Alcander memang butuh kejelasan.

“Memang awalnya dia menagis. Tapi semakin menunggu waktu dia malah berhanti menangis, malahan tidak ada raut sedih sedikitpun di wajahnya. Dia hanya terkejut.” Jelas Ferina.

Andrei langsung membuka buku catatan detektifnya dan menuliskan kata ‘terkejut, tidak sedih’ di pojok bawah, memberi garis lurus ke tulisan ‘kerabat’ di atasnya. Dia percaya pada Ferina karena tahu bagaimana pengalaman mantan rekannya itu. “Masuk akal, menurut kalian apa arti dari yang dikatakan Ferina?”

Benji mengangkat tangan, “istrinya pembunuhnya?”

“Istrinya menyewa pembunuh untuk membunuh suaminya?” Ucap Kim, sedikit lebih masuk akal dibanding yang dkatakan Benji.

“Yang lain, ketua?” Andrei mempercayakan saran ketua Alcander.

“Mungkin Rencana istrinya.” Jawab ketua singkat.

“Nah kalian ingin mendengar perkiraanku?” Tanya Andrei disusul dengan anggukan kepala yang lainnya. “Perkiraan kalian semua benar.”

“Apa? Padahal aku hanya sedikit bercanda!” Ucap Benji.

“Benar Benji, menurutku istinya menyewa pembunuh untuk membunuh suaminya, seperti yang dikatakan Kim. Tapi dia terkejut melihat kematian suaminya yang tidak waras, dia menyewa pembunuh yang salah.” Andrei menunjukan catatannya.

“Apa maksudnya kerabat, apa hubungan mereka?”

Andrei kembali menjelaskan, dia harus mengatakan inti penyelidikannya. “Aku tadi menyelidiki TKP di rumahku dan di sekolahan. Pertama di rumahku, setelah kulakukan pengamatan mendalam aku sadar kalau pembunuhnya tidak pernah masuk kerumahku secara paksa.”

“Lalu? Dia punya kemampuan teleportasi? Atau hantu? Atau…..” Pertanyaan Kim terhenti, dia terbelalak. “Benar…kerabat atau orang yang dikenal, sehingga korban tidak menyadari kalau orang itu berniat jahat.”

“Mustahil….” Ferina menggelengkan kepala.

“Detektif Andrei, pernyataanmu sangat masuk akal. Bisa saja dikeluarga itu ada yang membenci korban sehingga membuat adanya persekutuan disantara mereka. Tapi bagaimana yang di sekolah itu?” Ucap ketua Alcander ragu. Dia tidak sepenuhnya yakin pada Andrei karena belum mendapat bukti yang cukup kuat.

Andrei berdiri. “Begini ketua, semua korban yang kita selidiki memiliki banyak factor kemiripan, yang berbeda hanya lokasi dan umur. Pertama, semua korban memiliki luka tusuk di punggung mereka, lokasi lukanya cukup strategis karena mengeluarkan sedikit darah. Kedua, mereka terbunuh seperti tanpa ada perlawanan, pembunuh ini membuat mereka lumpuh, semua TKP yang kuperiksa tidak terlihat tanda-tanda perlawanan, tidak sedikitpun.”

“Yang di universitas?”

“Nah…kalau yang itu kemungkinan adalah orang dalam, kenapa? Karena semua tangga darurat dari lantai dua ke lantai sepuluh ditutup oleh petugas keamanan gedung, artinya pembunuh yang menusuk korban pastilah salah satu dari mahasiswa disana. Pembunuh itu pasti harus melewati lift untuk pergi turun, sedangkan setelah kejadian itu semua mahasiswa berbondong-bondong untuk pergi turun. Bila pelaku adalah orang dewasa dia akan mudah diketahui oleh mahasiswa lain, lagipula kita sampai disana dengan cepat, dan kita tidak melihat orang dewasa mencurigakan ditempat itu.” Ucap Andrei sambil kembali duduk.

“Bisa kusimpulkan kita akan berurusan dengan pembunuh yang masih muda.” Ucap Benji.

“Muda tapi berpengalaman, dia bisa dibilang bukan pembunuh biasa.” Tambah Ferina.

“Jangan lupa, kita harus mencari data tentang mahasiswa di universitas itu yang memiliki hubungan dengan korban-korban kita, kalau perlu kita masukan orang dalam yang bisa dipercaya.” Andrei kembali meluruskan.

“Jadi, itu tindakan kita selanjutnya?”

“Benar….”

Dear diary….

 

“Aku tidak meragukan apa yang kulakukan pada mereka, yang kulakukan itu benar, meraka akan menyadarinya kalau mereka pintar, tapi mereka terlalu bodoh untuk mengetahui kebenarannya.”

 

“Untukku kepercayaanku, untukmu kepercayaanmu.”

 ################################

Hahaha.... yang ini benar2 lama....

Sangat...lama....

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now