Bab 34

934 80 1
                                    

Penghakiman

Suasana ricuh mulai menguasai ruangan. Di luar gedung itu sendiri banyak wartawan yang mendesak masuk, berharap keinginan untuk melihat sang pelaku kejahatan bisa terwujud. Setiap liputan dari acara TV sedang membahas masalah pembunuhan berantai selama seminggu di kota kecil itu.

"Hey... hey, bukankah dia dalangnya? Terlihat kasihan ya? dia masih muda."

"Yaampun, wanita semuda itu yang melakukannya? Katanya dia bisa menghipnotis."

"Ehh.. kata polisi mereka yang terkena hipnotisnya pasti melupakan semuannya."

"Kasian ibu dan anak yang jadi korban itu."

Ya, begitu yang didengarnya secara samar. Dia hanya tertawa dalam hati mengagumi para detektif yang mengubah kebenaran ke public. Dia begitu menikmati sidangnya hari itu, tidak ada yang datang untuk membelanya dan semua kursi penuh dengan wartawan. Dia pernah berfikir kalau dulu dia tidak pernah dikenal kini dia muncul ke dunia.

"Dari yang dibacakan detektif, membunuh berantai, salah satunya adalah keluarga Toyan, menghipnotis seorang ibu dan anaknya, serta menyebabkan kecelakaan parah. Saudari Rita, anda akan dikenakan hukuman mati!!"

Palu hakim diketuk dan seketika Rita membuka matanya. Dia tersenyum ke setiap kamera yang bisa dijangkaunya. Dia bahagia membayangkan hidupnya akan berakhir dalam waktu seminggu kedepan.

Artinya orang yang menjadi targetnya juga hanya memiliki waktu seminggu. Membayangkan akan meninggal dengan orang yang dia sayangi dan menikmati waktu tujuh hari di sel tahanan membuatnya bergetar gembira.

Selama perjalanan menuju sel pikirannya hanya membayangkan bagaimana dia akan bertahan di sana. Akan kah rasa sakit ini melebihi rasa sakitnya selama sebelas tahun ini? Mungkin tidak.

Benar-benar lucu, kini dia berada sendirian di dalam mobil polisi dengan kawalan yang sangat ketat. "Apa para polisi ini percaya kalau aku bisa menghipnotis?"

"Dasar Andrei, ternyata detektif seperti kalian sangat mudah dikelabui." Rita menyengir lalu mengambil sebuah alat pemicu kecil yang menyala dari rambutnya. Dengan segera dia menelan alat tersebut.

Arak-arakkan itu sudah mencapai rumah tahanan yang letaknya lumayan jauh dari kota dan pemukiman, bisa dibilang hutan belantara dengan pagar listrik tinggi besar. Rita dikeluarkan dari mobil tahanan dengan mata ditutup kain hitam. Dia dibawa ke sebuah ruangan persegi sempurna gaya modern yang dibalut warna polos putih dengan sebuah lampu di atasnya. Aneh, dia berfikir ini lebih mirip cagar alam, buat para pembunuh.

Kelima detektif itu sudah di hadapannya saat dia membuka matanya. Semua detektif itu menunjukkan wajah kemenangan dan tatapan ingin membunuh.

"Silahkan duduk nona.." Andrei mempersilahkan. Lalu mengisyaratkan agar para penjaga keluar untuk berjaga. Mereka segera paham dengan status Rita sebagai tukang hipnotis.

"Ahh, sambutan yang hangat. Terimakasih." Rita duduk dengan santai sambil menatap para detektif itu. "Kalian juga."

"Baik, langsung kami mulai. Kami tidak akan menyia-nyiakan waktumu selama seminggu ini." Ucap Ferina jengkel. Dia tidak tahan dengan seorang tahanan yang akan dihukum mati namun tetap santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Rita menyela, "Sebelumnya aku ingin bertanya dimana para pionku?"

"Maksudmu mereka berdua? Berkatmu kami bisa mengirimnya ke rumah sakit jiwa untuk di rehabilitasi." Jawab Ferina singkat.

"Luar biasa. Kukira kalian tidak menyadarinya."

"Sepertinya kami datang ke sini juga karena kagum. Bagaimana caramu membuat dua orang terlibat dalam masalah ini dan menanamkan niat untuk menghabisi target tertentu?" Tanya Benji, dia mendekatkan wajahnya pada Rita. "Tentu kau tidak bisa menghipnotis kan."

"Insting wanita... iyakan Bich??" Rita menatap Ferina.

Ferina memalingkan pandangan, "Dasar sinting."

"Cukup!!" Tegur Andrei. Sementara Kim menyulut rokoknya, Andrei meletakkan semua bukti ke atas meja.

"Seperti yang kalian duga, ini milikku. Sebelas tahun yang lalu, dan ini lima tahun yang lalu. Nah ini juga lama sekali." Rita menunjuk berkas itu satu-persatu.

"Memang gila yahh.... Ohh iya, prantaramu itu web pembunuhan itu kan?" Tanya Benji.

"Bingo!!" Seru Rita.

"Begini sialan, kau sadar waktumu hanya seminggu. Sebaiknya beritahu kami apa tujuanmu sebenarnya dari kasus yang kamu susun selama bertahun-tahun demi membunuh beberapa orang ini??" Teriak Ferina kesal.

Rita mengangkat tangan. "Who... bukannya sudah bocor ke public kalo aku itu psikopat, artinya ambisi dong." Dia tersenyum. "Dendam."

"Sialan kau!!" Ferina hampir menodongkan pistolnya bila Andrei tidak menghentikannya.

"Tenang, aku tau siapa dia. Usahamu sia-sia." Ucap Andrei pelan di telinga Ferina.

"Romantis..." Pikir Rita.

"Begini saja." Andrei memberikan pensil dan buku catatan kecil. "Ceritakan modusmu untuk melakukan ini semua. Semua yang membuatmu melakukan ini. Ingat waktumu sudah tidak banyak, cepat atau lambat pasti alibimu akan terbongkar."

"Sudah ayo pergi. Lagian, pionmu sudah tidak ada kan? Menyerah saja." Ucap Kim sebelum mereka semua meninggalkan ruangan.

"Jangan bercanda!! Kalian semua itu pionku." Gumam Rita sambil menyunggingkan senyumnya.

Setelah itu Dia dipindahkan ke sel paling ujung di koridor bawah tanah, tempat para penjahat yang sangat sulit ditangani, para pembunuh berantai yang haus akan darah. Mungkin dia menjadi tahanan wanita satu-satunya di penjara itu.

Ruangan itu dingin, tanpa pencahayaan. Tentu saja sirkulasi udara yang juga sama buruknya. Tercium baru besi berkarat di setiap sudut, ranjang yang besar dengan sedikit noda darah. Rita tau siapa yang menempati sel ini sebelumnya, dia adalah Psikopat kelas Dunia bernama Johan. Orang yang selalu pindah sel dari sabang sampai merauke, dan akhirnya dipenjarakan di Brazil.

Selama beberapa hari Rita mengalami siksaan yang menguras mental. Saat malam dia selalu diseret ke ruang introgasi oleh sipir yang bertugas, lalu secara bergilir mereka menikmatinya. Rupannya gelar tukang hipnotis yang dia miliki tidak berlaku bagi para sipir dan tahanan.

Di siang hari saat waktunya kerja bakti beberapa tahanan yang terlalu lama sendiri juga memperkosanya. Rita hanya bisa tertawa menikmatinya, dia ingat rasannya saat pertama kali disakiti oleh orang yang dia cintai. Dia menikmati hari-hari terakhirnya di penjara itu. Bersama dengan para sipir dan tahan lain. Hanya dalam waktu tiga hari mereka bisa bersatu dan menjadi teman senasib. Selalu tertawa bersama, menceritakan bagaimana nikmatnya membunuh, dan saling memuaskan satu sama lain.

"Memang tempatku di sini."

Seorang tahanan berlari kearahnya, "Woyy Rita, jangan sampai ketinggalan. Hari ini cerita menarik!!"

"Oke, jangan mulai tanpa aku."

Semua tinggal menghitung hari. Panggung final akan dibuka pada waktunya dan semua akan kembali selaras, semua yang melenceng dari jalurnya akan diberbaiki. Semua kebahagiaannya akan kembali padanya, kebahagiaan yang pernah direbutnya. Oleh karena itu dia mempersiapkan ini sejak mendapatkan dendamnya.

"Teman-teman. Aku ada permintaan..."

SECOND Psychopath (Completed)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin