Bab 29

932 89 2
                                    

Lanjutan Kasus


"Supnya lumayan enak." Gumam Andrei.

Detektif berumur tiga puluh dua tahun itu memejamkan matanya, melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Inilah situasi yang paling enak untuk berfikir. Semua kasus dan petunjuk ini seperti kumpulan foto buram yang digantung bersamaan di otaknya. Semuanya masih samar dan bimbang. Petunjuk-petunjuk ini menunggu untuk dipasangkan satu sama lain.

Baiklah, ayo kita pikirkan. Semangat Andrei mulai bangkit saat membayangkan bahwa dia hampir menemukan jalan keluar untuk masalah Alana, anak yang memiliki masa lalu super kelam.

Andrei membuka matannya lalu bangkit. Kamar ukuran sedang itu dia geledah, mulai dari meja, lemari, dan kasur. Barang yang ditemukannya tidak banyak. Hanya beberapa botol obat kosong, album keluarga, kaleng makanan kucing bekas, boneka kucing, dan beberapa lembar baju. Andrei hampir menangis saat membuka lembaran baju itu. Ahh... semua nasib baju itu sama, penuh jahitan. Andrei membayangkan kalau baju yang sudah lama itu rusak akibat perlakuan dari orang tua Alana. Lalu dengan sabarnya Alana menjahit sendiri bajunya.

"Ini benar-benar dia." Andrei tersenyum melihat wajah Alana saat berumur lima tahun di dalam foto. Persis seperti kata pak Yanto, Alana memiliki wajah yang berseri, senyumnya juga natural. Sedih rasannya bila semua itu hilang dari dirinya. Andrei mengingat kembali wajahnya di cermin saat kehilangan Kenanga dan Agam, persis seperti wajah suram Alana yang sekarang.

Berikutnya ada foto keluarga yang terdiri dari empat orang. "Ini kah Susi?" Andrei mengusap-usap gadis putih di foto. Benar-benar berbeda dengan Alana, seorang yang kehilangan senyumnya saat itu. Foto itu terlihat suram bila tatapan Andrei jatuh tepat di wajah Alana.

Foto itu memang diambil sebelas tahun yang lalu. Tertera di ujung foto, tempat dan kapan foto itu diambil, semua semakin jelas. Background rumah kayu itu, beberapa hiasan bunga di tiap sudut foto, wajah orang tua Alana yang sangat ceria sambil memegangi bayi Susi, dan Alana yang suram berdiri di bawah ayahnya. Andrei harus berfikir siapa penyedia jasa pemotretan itu. Apakah dia tidak menyadari kesedihan Alana? Atau justru Alana dibuat diam oleh ancaman orang tuannya? Dugaan kedua mungkin lebih masuk akal.

Andrei beralih pada botol obat-obatan yang dia temukan di lemari dan meja. Lumayan banyak dan terdiri dari obat tidur, obat pengurang depresi, dan pengurang rasa nyeri. "Tunggu!! Rasa nyeri?" Andrei banyak bergumam malam itu. Jadi Alana meminum obat pereda rasa nyeri? Apa perlakuan orang tuannya membuat Alana banyak menderita memar dan luka? Sedikit dugaan dari Andrei, mungkin Alana mendapat pelecehan seksual.

Untuk boneka kucing tidak usah diselidiki, gadis seusiannya memang pantas memiliki beberapa boneka. Sekarang ada dua benda yang paling mencurigakan, benda itu didapat Andrei di dalam kasur Alana. Sebuah pisau kecil dan topeng dari kayu. Untuk apa dua benda mengerikan itu? Pisau, tidak mungkin dia menyerang orang tuannya, paling tidak adegan itu tidak masuk di cerita Yanto. Lalu, untuk apa topeng yang terlihat mencurigakan itu? Topeng yang sudah tidak jelas warnanya itu terbuat dari kayu dan memiliki banyak bekas tusukan di depannya. Dari bekas tusukan itu, bisa disebabkan oleh pisau kecil yang sedang dipegang Andrei. Dia menusuk topeng itu sekali, hasilnya pun persis seperti bekas-bekas lainnya. Andrei memiliki beberapa gambaran sekarang, gambar-gambar yang terlintas begitu saja di kepalannya.

Andrei berdiri ditempatnya lalu memandang ruangan itu dengan detail. Hayalannya keluar, dia bisa melihat Alana dengan wajah yang merah sambil tersedu-sedu menusuk-nusuk topeng itu dengan bruntal karena tidak bisa melampiaskan rasa yang tersimpan di hatinya. Alana yang sangat mengerikan, Alana yang termakan oleh kegelapan, Alana yang sangat putus asa. Tapi Andrei menggeleng, Kalau selama ini dia melakukan itu, sudah pasti topeng itu sekarang hancur.

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now