Bab 35

1K 77 0
                                    

Semi final

Dear Diary...

"Apa yang dimaksud keadilan di dunia ini? Apa bila kita menginginkan sesuatu maka akan mendapatkannya? Kalau begitu apa yang kuhadapi ini adil bagiku?"

"Cinta tak terbalas, bertepuk sebelah tangan, cinta segitiga. Semua itu hanyalah pemaksaan kehendak dari orang yang tidak dicintai. Lalu bagaimana bila dendam? Akan tidak adil bila hanya target dendam yang lenyap. Tapi bagaimana bila sama-sama lenyap? Itukah keadilan?"

"Huhh..." Kim mulai menghembuskan hafasnya lebih panjang. Terasa janggal baginya, rasannya kasus ini belum selesai walaupun sudah ditutup.

Kim tidak habis fikir. Dia baru saja melihat keadaan Rita di sel tahanan siang tadi, namun berbeda dari bayangannya. Rita terlihat bahagia, para sipir lebih tenang, yang lebih aneh adalah tahanan lain yang dikenal ganas sama sekali tidak merespon saat dirinya menjemput Rita.

Kim mulai memandangi langit malam kota Barabai, melihat bintang-bintang untuk menyegarkan pikirannya. Ada perasaan tenang dalam hatinya, namun rasa gelisah yang berlebihan juga menguasai hatinya. Firasatnya buruk, namun dia tidak tau dimana kegelisahannya itu berlabuh.

Angin malam berhembus melalui celah tubuhnya saat Kim mulai bersandar di kursi rotan tua buatan dalam negeri yang sudah menemaninya sejak dia masuk kepolisian. Kini, setelah sepuluh hari penuh, akhirnya tubuh tuanya bisa dia istirahatkan. Pengalaman yang dilaluinya selama hidup di kepolisian mulai mengeluarkan pernyataan-pernyataan mengenai kasus Rita.

"Apa ini memang benar?" Kim merasa ragu.

Memang semua tempat yang berhubungan dengan kasus Rita ada di berkas hidup wanita itu. Selain curiga, Kim juga merasa kasihan dengan masa lalu Rita, dia ditinggal oleh orang tuannya hanya karena perkara hutang.

"Berkas ini kurang lengkap." Kim berfikir kenapa ibunya Rita bisa meninggalkan anaknya begitu saja. Lalu dalam berkas disebutkan kalau ayahnys Rita, Bryan meninggal dalam kebakaran rumah.

Dendam, dendam....

Kata yang diucapkan Rita di dalam ruang introgasi itu masih membuat Kim penasaran. Dia yakin kalau Rekan-rekannya yang lain juga memikirkan hal yang sama. Terlebih Andrei yang sudah menjadi teman Rita sejak dulu. "Sejak kapan mereka saling mengenal?"

Selain Rita yang terlihat bahagia dalam sel tahanan, alibi dari wanita itu juga belum diketahui. Tidak mungkin berita yang mereka sampaikan ke media massa itu benar, tidak mungkin. Kim sangat tau kepribadian seseorang, apakah orang itu psikopat asli atau terpaksa. Yang pasti dia tahu adalah wanita bernama Rita itu sangat cerdas.

Membuat Alana menjadi musuh social saja sudah membuatnya terkejut. Dia tidak bisa memikirkan bagaimana wanita bernama Rita bisa mempengaruhi kondisi mental gadis selama sebelas tahun ini. Bukan hanya gadis itu, wanita ini juga membuat konflik di keluarga Alana. Konflik simple tentang cinta yang memiliki efek jangka panjang yang dapat diperkirakan.

"Dorongan apa yang membuat wanita sepintar kau menjadi dalang pembunuhan seperti ini?" Ucap Kim disambung hembusan nafas panjang. Sesaat itu juga dia mendapat pesan dari Andrei.

Pagi harinya.....

Dengan setengah sadar Kim menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Semalam dia tidak mengira mendapat pesan itu. Ya, dalam pesan itu Andrei mengundangnya untuk datang ke rumahnya. Bukan untuk penyelidikan, tapi untuk menghadiri acara pernikahan. Pernikahan sepasang detektif. Andrei dengan Ferina.

Yang lebih mengejutkan lagi waktu pernikahan itu akan dilakukan besok, dengan pembacaan janji yang akan dilakukan tepat pada jam sepuluh pagi. Tepat saat hari eksekusi Rita. Jam sepuluh, kepalanya akan ditembak algojo. Kim hanya bisa tertawa dalam hati atas keputusan rekan-rekannya itu. Mereka begitu antusias merayakan keberhasilan kasus kali ini. Jelas sekali, sebagai team yang menangkap dalang dari kasus pembunuhan berantai, mereka mendapat banyak jatah dari kepolisian ditambah uang sumbangan dari keluarga Toyan yang berterimakasih.

Pagi itu atas dorongan firasatnya, Kim mencoba sekali lagi memeriksa seluruh berkas kasus Rita. Rasannya aneh kalau pembunuhan berantai ini terselesaikan dalam waktu satu minggu, tidak, sepuluh hari. Yahh... walau bisa dimaklumi kalau mereka bekerja tanpa henti siang malam, apalagi Andrei yang sempat menjadi buron satu hari. Tapi batas waktu untuk menyelesaikan satu kasus pembunuhan saja minimal lima hari, kecuali pihak kepolisian memiliki mata dan otak sepintar Sherlock. Tapi mereka hanya orang dengan wawasan terbatas.

"Pusing!!" Keluhnya saat berjalan menuju mobil. Pagi itu Kim mengenakan kaos polo hitam dengan celana tactical khas tentara. Dia ingin sekali memastikan kalau tidak ada yang kurang dari penyelesaian kasus ini. Kalau beruntung dia ingin menemukan alibi dari siasat Rita. "Tidak mungkin kasus yang ditempa selama sebelas tahun bisa pecah selama sepuluh hari."

Ada yang aneh.... "Sepuluh hari??" Selama perjalanan Kim merasa sangat-sangat aneh. Aneh tapi apa itu??

Kim kini tiba di kantor berkas kepolisian. Begitu keluar dari mobil dia sudah disambut dan dipersilahkan masuk. Dengan cepat dia mendapat akses ke semua berkas yang terkumpul di Barabai. Ternyata keberhasilan mereka benar-benar pencapaian yang sangat besar, padahal dia tidak merasa begitu.

"Silahkan baca di sini pak. Kasus bapak sangat luar biasa. Kapan-kapan tolong ajarkan ilmu kepada saya." Ucap anggota arsip ramah padanya. Dengan cepat meletakkan arsip kasusnya lalu berpamitan.

"Hmm..." Walaupun merasa aneh tetap saja Kim merasa tersanjung. Kini wajahnya mulai merona. Dia tertawa lepas setelah itu. Lalu, Dengan cepat dia mulai memeriksa berkas tersegel itu.

"Kasus pertama adalah anak Toyan. Meninggal kehabisan nafas setelah dimabukkan oleh anggrek ungu dan dicabik lalu dilepas dengan mobilnya sehingga menabrak pagar lalu terjun bebas ke kolam halaman rumah mereka sendiri." Oke. Kim sadar kalau racun anggrek ungu memang berbahaya, efeknya berbanding terbalik dengan narkoba seperti shabu yang membuat khayalan. Ekstrak dari bunga itu akan meningkatkan kesadaran dari si pengguna. Bisa dikatkn juga kalau bunga itu adalah kebalikan dari cairan suntik mati.

Berkas selanjutnya dikatakan kalau anak-anak Toyan sedang menyelesaikan tes mereka.

"Hahh??" Kim mencuat dari tempat duduknya. Dia baru saja sadar kalau sejak awal si pembunuh tidak ada di sana."Kenapa tidak terfikir sih!!" Kim tau kalau tuntutan anak-anak orang kaya adalah cerdas, meskipun anak itu tidak ingin namun dia harus meneruskan bisnis keluarganya, sehingga orang tua mereka ingin anaknya cerdas bagaimanapun caranya. Termasuk les siang sampai malam.

"Sejak awal kalian sudah menggunakan bunga itu kan..."Kim mengeluarkan pendapat lainnya. "Jadi... sejak awal tidak ada pembunuh yang dikirim Rita ke sana?" pernyataan kedua dia sangkal. Dia bingung dari mana anak-anak itu mendapat luka serius di sebelah tubuhnya. Luka cabikan itu seakan sebelah tubuhnya ingin berpisah dari setengahnya.

Kim mulai mengeluh kembali. "Tidak banyak yang bisa didapat dari lembaran-lembaran kertas ini."

Walaupun tidak ahli di bidang teknologi karena memang usianya lebih tua dari rekan-rekannya yang lain, Kim mencoba membuka arsip kasus tentang dampak bunga anggrek ungu secara online. Setelah membuka computer di ruang arsip dia mulai mencari.

Dalam waktu setengah jam menggeser-geser mouse ke atas, ke bawah, ke kanan, ke kiri. Akhirnya dia mendapat alasan kalau di Mumbai tidak ada pembunuh.

"Bila pengguna anggrek ungu dalam keadaan sadar dan lelah melihat pantulan dirinya di cermin di bawah cahaya bulan maka dia akan melihat dirinya seperti setumpuk bunga anggrek." Kim berhedem. "Mereka ada di mobil berdua, masing-masing dalam pengaruh efek anggrek itu, mereka juga kelelahan sampai terpaksa menggunakan bunga itu. Yang jelas kaca mobil bisa memantulkan cahaya di tiap sisi kanan dan kirinya. Mereka pasti melihat bayangan setengah tubuhnya di kaca itu, terlebih dibawah cahaya bulan."

Kim mulai menyadari kalau mobil yang digunakan anak Toyan pasti dilengkapi pertahanan, tidak menutup kemungkinan kalau ada beberapa pisau di dalam sana. Namun barang bukti itu tidak ditemukan karena setelah mencabik tubuh mereka sendiri pasti masing-masing membuangnya ke luar karena lemas kehabisan darah.

Kasus ini mengeluarkan terlalu banyak petunjuk. Di berkas kematian Marisa kim menemukan keanehan lainnya.

SECOND Psychopath (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang