Bab 30

1K 80 6
                                    

Konspirasi

[ Kediaman Alana ]

Pagi itu, tidak seperti biasa. Suasana lebih sepi dari yang dibayangkan Andrei. Mungkin karena dia terbiasa bangun di kota yang padat, sehingga saat berada di kaki gunung itu dia merasa janggal. Tapi bukan karena itu saja, cuaca yang kurang mendukung juga menjadi factor penting. Angin berhembus cukup kencang mengingat waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari.

Andrei terbangun akibat kejanggalan itu. Selimut milik Alana tidak cukup untuk membuat dirinya hangat. Tulangnya terasa ngilu tiap kali dia menggerakkan anggota tubuhnya secara tiba-tiba. Berkali-kali Andrei mencoba mendekap dirinya agar terasa lebih hangat, tapi itu sia-sia. Rasannya dia ingin membuat kopi atau teh hangat sekarang, tapi tubuhnya terlalu malas untuk bangkit.

Andrei kebingungan, kenapa pagi itu dia memiliki firasat yang sangat buruk. Mungkin saja dia melupakan sesuatu semalam, pembicaraan dengan Dion itu? Andrei merentangkan tubuhnya, meniupkan udara ke dua telapak tangannya lalu mulai menggosoknya. Beberapa kali dia menepuk pipinya untuk sekedar menyadarkan dirinya sendiri. Sebuah firasat yang mengerikan ini membuatnya was-was. Apalagi Andrei merasa ada seseorang mengawasinya dari luar. Untuk berjaga-jaga dia harus bangkit dan bersiap-siap.

Sebenarnya Andrei harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dari kasus yang dia tangani ini. Semalam, setelah berbincang-bincang dengan pak Yanto Andrei pergi ke kantor desa. Diam-diam dia membobol berkas di sana yang berhubungan dengan kasus penyakit Alana sebelas tahun yang lalu. Dan lagi-lagi ada sebuah nama yang tertera di sana, seorang gadis berumur dua puluh satu tahun yang tinggal beberapa minggu di desa ini. Seorang detektif dengan nama Ferina.

Dua bukti yang di dapat Andrei ini cukup untuk membuatnya yakin kalau Ferina juga terlibat dalam kasus ini. Tinggal beberapa penyelidikan lagi dan Andrei akan mengetahui siapa pembunuh yang sebenarnya, atau lebih tepatnya, dalang di balik semuannya.

Andrei bangkit berusaha melawan perasaan malas di tubuhnya. Dibukannya gorden jendela untuk memastikan tidak ada yang aneh, sepi. Tentu saja begitu karena masih terlalu awal untuk beraktifitas. Tapi Andrei merasa pagi itu sangat janggal. Dilihatnya kabut pagi yang menutupi pandangannya sejauh lima puluh meter. Desa itu terlihat sangat sepi. Andrei tidak bisa mendengar apapun kecuali beberapa ayam yang berkokok dan suara burung gereja.

"Bagaimana keadaan yang lainnya?" Gumam Andrei. Dia mengingat rencana Kim semalam. Alana dan ibunya pasti bertemu di satu tempat. Belum lagi Ferina yang dicurigainya juga berkumpul. Andrei tidak bisa membayangkan betapa canggungnya situasi di sana. Dia hanya berharap Benji, Kim, dan Roni melakukan tugas mereka dengan baik.

Beberapa menit dia gunakan untuk membasuh tubuhnya, sedikit lama dari biasannya karena suhu air di pegunungan sangat dingin. Setelah merasa segar Andrei berolahraga, sedikit push up dan sit up cukup untuk membuat dirinya panas. Andrei mengenakan celana tactical hitam dan kaos hitam, berusaha untuk tidak mencolok di desa.

Andrei melirik jam tangannya, hanya setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk bangun. Andrei baru saja ingin membangunkan Dion, namun dia terhenti karena mendengar suara ketukan pelan di pintu depan.

"Pak detektif!!" Suara yang jelas itu berasal dari Pak Yanto yang menghambur masuk setelah pintu dibuka.

"Ada ap-"

"Sstt!!" Pak Yanto penutup pintu perlahan. "Waktu saya ingin pergi ke kebun, saya melihat banyak polisi yang membawa senjata."

"Hah? Di desa ini? Berapa banyak?" Andrei memelankan suarannya. Kini firasatnya benar-benar buruk.

"Seragam lengkap!! Sekitar dua puluh orang." Jelas pak Yanto. "Apa yang membuat mereka ke sini?"

"Pak, apa anda melihat gerak gerik mereka?"

SECOND Psychopath (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang