Bab 31

971 74 0
                                    

Pertahanan

Andrei meneguk minumannya dengan ganas. Tidak ada kegembiraan dalam hatinya. Sekarang detektif ini sedang kehabisan akal, dia tidak tau lagi apa yang harus dilakukan. Mengetahui kalau desa yang dikunjunginya ternyata tidak menerimannya lagi cukup untuk menurunkan mentalnya. Rasa lelah menjalar di sekujur tubuhnya, terutama kaki yang digunakan untuk berjalan keluar dari hutan. Kalau saja pak Yanto tidak berbohong mereka tidak akan bisa menikmati waktu istirahat mereka itu.

Rasannya beruntung sekali menemukan sebuah café di pinggir hutan, tidak seperti bayangan Andrei yang menduga kalau masyarakat pinggiran masih tradisional. Andrei membuktikan beberapa hal yang menyanggah pernyataan itu. Jalan dua arah yang cukup luas, king barber shop juga tidak jauh dari café yang mereka tempati.

Dion kembali duduk di depan Andrei setelah melakukan rutinitasnya tiap pagi, sekarang dia merasa lega. Untung saja mereka sempat menemukan café, kalau tidak bisa-bisa Dion harus buang air di hutan penuh nyamuk itu.

Andrei mengamati pekerja di café, mereka berpakaian kaos kerja dengan lamba café itu di dada sebelah kanan. Ada dua perempuan dan tiga laki-laki. Dengan melihat tampangnya saja Andrei tau seharusnya orang seperti mereka masih duduk di bangku SMA atau kuliah. Ahh... negara yang keras ini menuntut rakyatnya untuk mandiri. Ketika Andrei memandang Dion dia sadar, mereka tidak ada bedannya dengan pegawai di café itu.

Empat jam sudah berlalu. Mereka beruntung selama itu mereka masih dalam damai. Sekarang, Bagi dua orang itu waktu adalah uang. Kalau mereka tetap menetap di suatu tempat, tidak butuh waktu lama bagi Ferina dan rekan-rekannya yang lain untuk menemukannya. Belum lagi Alana dan ibunya pasti ambil bagian dalam pengejaran ini.

Empat jam, selama itulah mereka menelusuri hutan untuk sampai di kota. Menuruni perbukitan di sekitar gunung Kidul lewat jalur hutan memang menyedihkan, itu sebabnya polisi enggan mengikuti mereka. jalan setapak terbuka lebar, kenapa harus lewat hutan? Itulah pikir polisi-polisi itu.

Sekarang Andrei membayangkan berada di ruang evaluasi dengan satu cahaya di tengahnya. Di bawah cahaya lampu itu terdapat sebuah meja bundar besar serta beberapa kursi di sebelahnya. Andrei bisa meliat beberapa detektif asing duduk di meja itu sementara Ferina berada di depan mempresentasikan foto Andrei sebagai tersangka utama. Banyangan itu membuat hati Andrei sedikit sakit. Dia bertanya-tanya bagaimana rasannya menyelesaikan kasus yang kau buat sendiri.

"Jadi, Dion. Apa kau sudah menemukan tempat yang tepat untuk berteduh sementara?" Andrei menunjuk dua orang dengan setelan jas dan kacamata di seberang jalan.

"Ehh... mendadak sekali. Mereka sudah sampai di sini." Keluh Dion. Dia mulai berfikir serius. "Hal pertama yang dilakukan untuk mencari orang adalah menelusuri tempat orang itu hilang. Jadi kita harus bisa pergi sejauh mungkin Om."

"Hoo, bagus juga pemikiranmu. Kemana?"

"Karena kita tidak bisa dilacak...... mereka pasti mengunjungi semua tempat yang biasa kita pakai atau tempat-tempat yang kita ketahui. Misalnya kerabat atau teman, jadi sebaiknya hindari tempat-tempat yang familiar." Dion mulai bergumam.

"Bagus!! Teruskan."

"Kalau aku menjadi detektif yang mencari seseorang aku akan mencarinya di tempat-tempat yang ramai. Biasannya buronan berada di tempat seperti itu untuk mebaur. Tapi tempat yang sunyi juga berbahaya."

"Keputusan yang sulit kan? Besar kemungkinan semua kartu kredit dan bank milikku juga diblokir. Jadi sekarang masalahnya juga bertambah." Ucap Andrei pelan. Sebenarnya dia memberikan kode agar di traktir.

"Seriusan Om? Gawat dong."

"Dan ingat, kita hanya berdua. Dan situasi kita sedang diburu oleh satu negara. Lucu juga memikirkannya, rakyat yang diburu negarannya ya? judul yang bagus." Andrei tertawa.

"Yahh.. malah ketawa. Ayo dong Om. Aku nyerah nih." Dion menyipitkan matannya. Jari telunjuknya mengarah detektif yang mulai mengarah ke café.

"Pernah berfikir begini? Tempat paling aman adalah tempat yang paling berbahaya?"

"Ohh, ngerti Om. Tempat yang tidak mungkin di cari karena mustahil kita berada di sana!!" Seru Dion, "Lalu, dimana itu?"

"Pos polisi dong!!" Cetus Andrei. "Dalam keadaan ini kita terpaksa menggunakan kekerasan." Sebelum mengatakannya Andrei sempat berfikir, mungkin tempat yang paling dicurigai adalah rumahnya sendiri.

Sebenarnya sekarang ini Andrei sedang bimbang, walaupun ada Dion bersamannya, itu tidak akan merubah apapun. Yang mengejarnya sekarang ini adalah detektif Ferina, wanita yang seimbang dengannya. Mereka berdua memiliki cara fikir yang hampir sama. Rasannya tidak mungkin wanita itu hanya mengerahkan orang-orang awam untuk mencarinya. Kemungkinannya hanya satu, ferina menutup ruang gerak mereka.

Sejak tadi Andrei memperhatikan televisi yang tergantung indah di dinding café, belum ada siaran apapun mengenai dirinya. Padahal kalau diingat-ingat dirinya tertuduh membunuh banyak sekali nyawa dalam satu minggu. Bukankah itu jadi hal yang aneh? Padahal sedikit masyarakat yang mengetahui kasus ini ingin kebenaran. Apa yang sebenarnya dipikirkan Ferina? Andrei tidak ingin dia tertangkap saat sedang tidur atau saat melakukan hal yang lain, yang seperti itu sama sekali tidak keren. Waktu tertangkap yang tepat adalah saat dia memiliki bukti kejahatan Ferina.

"Om!!" Dion menyenggol Andrei yang melamun.

"Ah maaf, ayo kita pergi." Andrei dan Dion berdiri. Andrei mengeluarkan sejumlah uang lalu meletakkannya di meja. "Mas, ambil aja kembaliannya." Mereka berdua berjalan keluar melalui pintu belakang di samping toilet café.

Andrei dan Dion menelusuri lorong-lorong sempit antar bangunan supaya terhindar dari jalan besar. Cukup aneh rasannya kalau hanya sedikit orang yang dikerahkan untuk menangkap pembunuh yang sudah menghabisi banyak nyawa termasuk seorang milioner di negara tetangga seperti dirinya. Walaupun itu hanya tuduhan belaka.

Otaknya yang kepanasan mulai mendingin berkat hilangnya dahaga, sekarang Andrei bisa berfikir lebih jernih. Beberapa kemungkinan terfikir di otaknya. Walaupun dia tidak berkomunikasi dengan Ferina tapi Andrei yakin yang menyebabkan semua ini adalah Ferina. Tapi sesuatu yang kecil di dalam hatinya berkata lain, bahkan didukung oleh beberapa fakta. Andrei sangat mengenal Ferina sejak awal karir mereka, menjadi rival membuatnya mengetahui jalan fikir Ferina, karena itu Andrei berusaha melakukan sesuatu pada kasus ini.

# Tempat lain, 3 september 20** #

Selain merasa yakin Ferina juga merasa sedikit bersalah. Dia merasa terlalu keras pada Andrei, kode-kode yang dia berikan mungkin belum cukup untuk membuat detektif kurang peka itu menyadari yang sebenarnya. Padahal dia sendiri sudah menyuruh orang untuk menyusun rencana itu sejak awal di pulau jawa.

Ferina memandang ke depan jalan. Mobil kantor yang dikendarainya melaju pelan menyusuri jalan besar di Barabai. Sejak pagi tadi dia mengeluarkan perintah-perintah sederhana untuk menangkap Andrei dan Dion yang masih bersembunyi, padahal dia sangat ingin bertemu dengan mereka. Sekarang sudah jam empat sore saat angin menggores pinggiran mobil itu dengan lembut.

Beberapa pohon ketapang di pinggir jalan menggugurkan daunnya yang berwarna oranye saat angin meniupnya dengan kencang. Debu di jalan juga berterbangan menembus benda padat yang melewatinya seakan lenyap tanpa jejak. burung-burung Nampak terbang rendah dan hinggap di tali listik. Ferina sadar kalau itu semua tanda-tanda akan turun hujan, dan semua itu membuatnya tersenyum.

Sudah satu hari sejak dia membuat pengumuman penangkapan Andrei sebagai tersangka, namun dia sengaja melonggarkan penangkapan karena berbagai alasan. Dan karena alasan itu pula sekarang dia melaju menuju rumah Andrei. Satu hari dirasa cukup untuk Ferina, dia yakin kalau pria kurang peka itu sudah mengetahui maksud dirinya. Yang perlu dilakukan sekarang adalah menjebak dua orang yang sedang berfoya-foya di kantor polisi karena dianggap korban sekaligus pahlawan oleh atasan.

"Hallo...." Teriak Ferina di depan rumah Andrei. Seketika pintu terbuka dan dua orang laki-laki keluar menyambutnya.

SECOND Psychopath (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang