Bab 32

999 88 12
                                    

Skenario

Ferina sangat bersyukur saat memasuki rumah Andrei. Dia menyeka air matanya yang sedikit menetes. Ferina melempar pandangan pada perabotan rumah Andrei dengan seksama, belum ada perubahan sejak terakhir dia ke sana, itu artinya Andrei dan Dion juga baru sampai.

Perasaan lega menyelimuti hatinya mengetahui kalau Andrei dan Dion selamat. Dia cukup yakin kalau dua orang hebat ini pasti bisa melalui penjagaannya yang memang diarancangnya kurang ketat, sejauh yang Ferina lakukan adalah membuat Andrei menjadi tertuduh untuk semetara. Karena sebuah kebetulan juga.

Suasana yang mulai dingin kembali hangat saat Andrei menyalakan pemanas di ruang tengah. Sementara itu, Dion duduk di sofa setelah membawakan tiga gelas teh hangat untuk mereka.

"Kalian ini benar-benar ya!!" Keluh Dion sembari menggelengkan kepalannya. "Tadinya aku benar-benar yakin kalau ini kenyataan."

Ferina tertawa kecil. "Makannya Dion... kau harus lebih banyak belajar lagi kalau mau menjadi seorang detektif."

"Aku saja hampir menyangka kalau kau dalang di balik semua ini. Kalau kita tidak pernah menjadi rekan aku yakin kalau malam ini aku akan membunuhmu." Cetus Andrei. Dia memasang muka masam sambil melirik Ferina.

"Kemampuanmu mulai berkurang toh Dre? Maklum kan udah tua." Ferina membalas melirik Andrei yang terbatuk-batuk saat meneguk teh hangatnya.

"Tua? Nih lihat!!" Andrei menunjukkan dagunya yang ditumbuhi rambut tipis. "Apa aku terlihat tua?"

"Muda kok... pikirannya aja yang menua." Ferina cekikikan.

Dion mengubah topic pembicaraan saat mengingat apa yang dikatakan Andrei di kafe kemarin. "Jadi, yang dimaksud tempat paling aman itu rumah om sendiri ya?"

"Betul. Coba pikir baik-baik, mana ada penjahat yang menjadi buronan pergi ke rumahnya sendiri."

"Iya juga sih. Tapi kan kata om kantor polisi... akhhh!!" Dion menggaruk rambutnya kasar.

"Pasti gila penjahat itu kalau pergi ke kantor polisi." Ucap Ferina. "Selain itu, aku belum menyuruh orang untuk berjaga di sini karena aku yakin kalau kalian akan pergi ke sini. Walaupun aku ragu kalian bisa menaiki pesawat untuk berpindah pulau."

"Tidak sulit." Seru Andrei. "Aku sudah punya orang dalam kalau masalah seperti ini terjadi. Dan yang lebih mengejutkan lagi kau berhasil membuatku jadi penjahat seperti ini. Semoga kau juga punya rencana untuk membalik posisi ini."

"Itu yang akan kita bahas sekarang Dre." Ferina mengeluarkan sepucuk surat. "Dengan status kalian menajdi tersangka maka kita telah membuka ruang gerak si dalang dibalik semua ini."

Surat itu berpindah ke tangan Andrei. Sejenak Andrei mengamati surat itu, tidak terlihat lama dan di tulis dengan tinta merah. Setidaknya surat itu jauh lebih baru dari surat milik Alana. Di dalam surat itu terdapat nomer ATM, password, nomer rekening, identitas palsu, dan peta beberapa lokasi di sejumlah wilayah sekitar Kalimantan.

"Melihat ada yang aneh?" Tanya Ferina.

Andrei melototi surat itu, dia terkejut. "Jelas aneh!! Ini semua aneh, surat ini merupakan petunjuk dan bukti yang kuat." Jeda Andrei muram, "Kalau kita tau siapa yang memberikan surat ini sih."

"Sudah kuduga ini kau akan bilang begitu." Lanjut Ferina. Dia mengeluarkan smartphonenya. "Btw, surat ini kutemukan di sebuah tempat tinggal gaya jepang yang memiliki pemandian air panas."

Andrei lekas-kelas melihat foto yang ditunjukkan Ferina, perasaannya agak aneh mengenai hal ini. Beberapa saat Andrei mengamati ruangan itu dengan teliti, sebuah tempat yang tidak asing. Tempat dia merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak dirasakannya lagi.

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now