Bab 16

1K 82 0
                                    

Kembali

"Hey, jangan berusaha terlalu keras." Ucap Rita yang sedang telungkup di atas ranjang milik Andrei. Rita terus menatap Andrei yang sibuk mencari sesuatu dari artikel tentang keluargannya.

"Tidak bisa." Andrei menggeleng, "Aku harus menemukan semua benang yang putus ini, kemudian menyambungnya kembali." Sambung Andrei. Dia mencari hubungan keluarga Farensi dan keluarga Rita, di internet, Koran lama, dan buku-buku milik keluarganya.

Andrei dan Rita sekarang berada di persinggahan atau tempat istirahat milik keluarga Andrei, tempat yang lebih mirip kuburan itu memiliki tanah yang luas. Tempat favorit Andrei untuk menghilangkan penat.

"Boleh aku bertanya?" Ucap Rita yang penasaran dengan suasana ruangan itu. Rita merasa sangat janggal, kamar itu di hiasi dengan lilin-lilin, banyak bungan mawar bertebaran di sana. Terlebih lagi ada pemandian air panas mini di luar kamar.

"Tentu."

"Ruangan ini dibangun dengan mengambil kebudayaan jepang, yang dipadukan dengan suasana hotel eropa. Berapa banyak wanita yang sudah kau tiduri di tempat ini?"

"Aku sudah lupa. Sejak aku menikah aku tidak pernah bermain-main lagi ke sini."

Rita tersenyum, dia semakin penasaran. "Apa kau memiliki kenangan indah di sini?"

"Tentu saja, ada satu wanita yang seperti binatang buas. Mangsa yang sulit dikalahkan." Jawab Andrei yang masih focus menatap monitor. Kursi yang menjadi tempat Andrei mencari artikel tidak jauh dari ranjang.

Rita turun dari ranjang, mengganti bajunya dengan handuk yang sudah tersedia lalu membuka pintu geser di samping ranjang, "Jangan salahkan aku, sudah lama aku ingin berendam air panas."

"Nikmati sesukamu." Ucap Andrei cuek, dan Rita tidak suka dengan sikap Andrei yang seperti itu.

Kedua tangannya menari di atas keyboard dan mouse, monitor laptopnya sedang menampilkan video pembunuhan-pembunuhan dari website tanpa nama yang menawarkan pembunuhan. Sekeras apapun dia mengamati Anderi tetap tidak bisa menemukan sangkut paut adegan-adegan itu dengan beberapa kasus pembunuhan yang seminggu ini terjadi.

Potongan Koran lama dan album keluarga yang menampilkan foto pernikahannya dengan Kenanga, pernikahan orang tuanya, dan anak mereka, Agam. Tidak ada yang janggal dari itu semua. Beberapa artikel tentang kemenangannya melawan kasus-kasus sulit dirangkum dengan baik oleh penulis dan jurnalis media Koran itu. Ada beberapa artikel yang menarik perhatian Anderi.

Artikel tentang Kim yang keluar dari pulau berbahaya bersama beberapa anak SMA di pantai selatan, semua itu perbuatan psikopat bernama Johan. Anak-anak SMA itu dia kenal, itu Roni, Dion, dan beberapa teman lainnya. Andrei yakin kalau Kim pasti akan menggunakan anak-anak yang sekarang mahasiswa itu.

Artikel tentang kekerasan rumah tangga yang waktu itu merajalela di dunia media social paling banyak menghiasi sudut Koran lama itu, semua pasti menjadikan anak sebagai korbannya. Mata Andrei terfokus pada nama Alana di sudut kiri bawah, dia mengenal Alana, teman Dion di universitas.

"Apa ini Alana yang sama?" Andrei bergumam melihat waktu kejadiannya di Jogjakarta. Dia membayangkan kebohongan media massa. Dia teringat pada kasus yang terjadi di kota kesayangannya, Kalimantan. Sepuluh tahun yang lalu ada sebuah kasus dimana anak yang bernama Alana mengidap penyakit yang mempengaruhi alam bawah sadarnya. Dia melihat bahwa dirinya sedang diburu orang, dia tidak tau kalau itu hanya hayalannya semata. Dan media massa menyembunyikan kasus itu dari public.

Ada kemungkinan kebetulan dari kedua Alana itu, namun Andrei masih bimbang lantaran Alana yang satunya jauh di luar daerahnya. Alana yang ada di Kalimantan sekarang bersekolah di universitas dekat kantornya, tempat dimana seorang mahasiswa meninggal dibunuh dari lantai sepuluh, dibunuh oleh orang yang diduga juga seorang mahasiswa.

"Kau kah itu Alana?" Andrei kembali bergumam. "Tapi menurut Dion kau bersama mereka di café terdekat." Andrei memijit-mijit kepalanya yang mulai terasa sakit.

Dia harus mencari seseorang yang terhubung dengan istrinya, orang itu haruslah seorang mahasiswa. Itulah dugaan Andrei sementara, dia berharap teamnya mendapatkan hasil yang bagus untuk kasus ini.

Andrei menutup laptopnya dengan beberapa data penting yang tersimpan. Dia berdiri dan berpaling, melihat Rita yang sedang keasikan menikmati pemandian air panas di luar. Enam tahun lalu dia pernah membawa seorang wanita ke tempat ini, melakukan permainan yang luar biasa bersamanya. Semakin lama dia menatap Rita dia makin ingat dengan wanita itu. Mungkin sekarang wanita itu akan seumuran dengan Rita, pikir Andrei.

Dia menjalani tiga puluh lima tahun, dan Rita berumur tiga puluh dua tahun. Memang perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Bedanya Anderi pernah menikah selama lima tahun sedangkan Rita masih menunggu jodoh dari tuhan.

"Gimana? Panas?" Goda Andrei yang sudah tergeletak di ranjang.

Rita menghembuskan nafas ringan, "Tidak ada yang seenak ini di Indonesia."

"Sekarang apa yang dilakukan anak muda bila malam? Kopdar, pacaran, atau sekedar nongkrong dengan rokok di tangannya?"

"Mungkin, kenapa kau bertanya pertanyaan yang tidak penting seperti itu?"

"Mungkin saja si pembunuh ini sedang melakukan salah satu hal tadi." Andrei merentangkan tangannya, tubuhnya terasa pegal, dia butuh istirahat bila ingin melanjutkan rencananya untuk besok.

"Jangan lelah sekarang Dre, kau masih memiliki tugas." Cetus Rita yang segera melepaskan handuknya, satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya. Sepertinya memang tidak ada istirahat untuk malam ini. Dia memang membutuhkan pelepas beban untuk sementara ini.

"Sial... sini, datanglah ke pelukanku."

# 06.00 - 2 September 20** #

Rita yang sedang mager berkali-kali melihat Andrei memasukkan beberapa barang ke dalam tas travel milik Andrei. Mulai dari senjata ringan, pistol, kamera, beberapa alat yang tidak diketahuinya. "Hei Dre, ini masih pagi. Mau apa kau dengan barang-barang yang begitu banyak?"

"Kita akan liburan sayang!!" Ucap Andrei dengan nada panjang. "Kau kira barang-barang yang hanya sebesar tas ransel ini untuk apa?"

"Hehh? Baru semalam kau mau ngajak aku liburan?" Rita terheran-heran.

Andrei menyunggingkan senyuman lebarnya lalu memasang kacamata hitam. "Liburan ke tempat yang berbahaya."

"Jangan bilang kau mau mengajakku dalam masalahmu ini?" Rita memasang wajah malas sambil menyilangkan tangannya.

"Ini masalahmu juga Ta. Kau ingin tau apa hubungan antara keluargaku dan keluargamu? Kalau iya maka ikutlah denganku." Ucap Andrei dengan penjelasannya yang singkat, padat, dan jelas.

Berkat beberapa artikel lama yang ditemukannya Andrei menyadari sesuatu. Dia harus berkunjung kembali ke tempat atau sumber ditemukannya anggrek ungu yang memaktikan itu. Dari beberapa foto album yang beredar di kumpulan album keluargannya, Andrei menemukan satu buah foto dimana ayahnya menggunakan latar bunga anggrek dan pedesaan. Tidak salah lagi kalau itu adalah hulu sungai, loksado.

Rita yang tidak senang sedang mengoceh sendirian sambil menghadap jendela mobil kantor milik Andrei. Dia terpaksa ikut berlibur dengan orang di sebelahnya walaupun mengetahui kalau dia adalah alasan.

"Sekarang bersikap yang baik ya Ta." Andrei kembali menatap Rita dengan senyuman super lebarnya yang praktis untuk meredakan amarah itu. "Dengan begini situasi rumit beberapa hari yang lalu tidak akan terjadi."

"Kau harus menjamin keselamatanku." Celutuk Rita.

"Pasti. Kau adalah seorang designer, jadi kita adalah sepasang pembisnis yang sedang mencari tempat yang pas untuk berbulan madu." Ucap Andrei dengan nada menggoda yang sukses membuat wajah Rita memerah.

"Terserahlah."

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now