Bab 23

1K 81 0
                                    

Menghindari pembunuh


Andrei, Benji, Dion, dan Roni sedang bersantai di ruang tamu kantor sementara Ferina dan Alana menyiapkan teh hangat untuk mereka. Benji menceritakan semua yang terjadi saat mereka berpisah, pertemuan dengan Alana, bagaimana Alana membunuh Alcander, dan situasi saat mengunjungi kediaman Sutradara. Sebelumnya Andrei sempat ragu karena melihat mobil Ferina yang hangus dalam perjalanan pulang tadi, itu sebabnya Benji harus terus terang pada Andrei.

Andrei bukan orang yang mudah marah, jadi dia tidak menganggap pembunuhan Alcander adalah kasus. Mungkin bisa disebut perlindungan diri. Apalagi sedikit petunjuk mulai terfikir saat dia tau pembunuh ini adalah Susi, adik dari ibunya Alana yang juga bernama Alana.

Ferina dan Alana memasuki ruang tamu dengan beberapa gelas teh, meletakkan gelas itu di meja lalu mencari posisi yang tepat untuk berkumpul. "Silahkan..."

Srupp. Andrei langusung menyedot teh itu, "Jadi? Kenapa aku bisa selamat dari incaran Susi?"

"Betul, Alana. Kau belum menjelaskannya pada kami?" Sambung Benji yang sempat khawatir setengah mati saat diberitahu kalau Andrei dalam bahaya.

"Sebenarnya simple aja. Gue Cuma ngasih petunjuk ke Dion dan Roni supaya mereka pergi ke hulu sungai. Dipetunjuk itu gue bilang kalau pas pulang Dion apa Roni aja yang nyetir." Alana menyeringai.

"Hahaha... Cuma gitu kok om-om semua." Roni tertawa. Sementara Benji, Andrei dan Ferina terbengong.

"Toh yang ngasih petunjuk foto ke om Andrei itu gue kok, jadi ya... gue tau kalau dia bakal ke sana." Lanjut Alana santai. "Tapi gue kagum sama kalian berdua. Bisa cepet tau lokasi gue." Alana menunjuk Benji dan Ferina.

Andrei menggelengkan kepala, "Ternyata ada tiga bocah yang terlanjur masuk dalam masalah ini." Andrei menyerahkan tas laptop milik Alana yang dibawanya dari rumah Jack. "Ini membuktikan kalau Alana, Dion, dan Roni yang melakukan pembunuhan di Universitas kan?"

"Cum ague kok. Awalnya dua temen gue ini gak tau." Jawab Alana.

"Dan... Om Andrei, sebenernya Om sama teman-teman Om yang ikut masalah ini." Dion menyambung kata-kata Alana.

"Biar gue ceritakan kasus ini dari awal." Ucap Alana serius, "Pertama adalah pembunuhan Toyan sama anaknya sepuluh hari yang lalu pada malam hari. Kedua tragedy di hulu sungai akibat anggrek unggu. Ketiga kematian istri Om Andrei pada sore hari. Keempat kematian Marisa, ini jangan dihitung. Kelima dan yang terakir, Jack, paman gue. Semua ini berhunungan kalau dilihat dari caranya membunuh. Pertama bisa dilihat dari posisi luka tusuk bagian pinggang. Kedua kalau kalian jeli dan mengamati luka itu, pisau yang digunakan hanya pisau bedah kecil yang sangat tajam. Ketiga korban tidak melakukan perlawanan karena luka yang disebabkan menusuk tulang syaraf sehingga berkemungkinan menyebabkan lumpuh."

"Kau memang tau segalannya." Ferina memuji.

"Bukan hanya itu." Sela Alana, "Petunjuk yang digunakan penjahat ini adalah petunjuk yang menyebakan keluarganya hancur. Gue juga gak sudi mengakui penjahat ini adalah Bibi gue. Untuk selengkapnya Tanya sama om Andrei aja."

Seketika semua tatapan mengarah ke Andrei, dan itu membuatnya sedikit gugup. "Oke-oke." Dia mencoba menenangkan, "Pertama entah kenapa penjahat ini mengincar semua yang berhubungan dengan keluargaku, Farensi. Kedua keluargaku dulu sepertinya pernah menyelidiki tentang anggrek unggu."

"Tunggu... Ada yang janggal." Seru Ferina. "Menurut Andrei, istri Jack menggunakan jasa Alana kan untuk membunuh suaminya? Padahal dia pamanmu?"

"Gue gak pernah ngebunuh paman Jack kok." Alana membela diri.

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now