Bab 24

1K 75 0
                                    

Rencana pelenyapan

Malam yang sangat dingin, begitu dingin sampai-sampai wanita ini merapatkan jaket yang dikenakannya. Tangannya disilangkan di sela-sela dadanya, hembusan nafas di malam itu menampakkan suhu udara yang tidak seimbang. Semakin dia memaksakan dirinya semakin pusing kepalannya memikirkan apa yang harus dilakukan.

Wanita itu sedang berjalan melewati pemukiman sepi penduduk. Jalan yang sepi itu hanya dilewati beberapa kendaraan yang hilir mudik, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, yang berarti hanya orang kurang kerjaan yang melintas jalan antar daerah pada pagi buta itu.

Ada alasan tersendiri sehingga wanita itu harus berjalan sendirian pada malam gelap nan dingin mencekam itu. Dia sudah sangat bersabar menunggu seseorang seharian ini, tapi orang yang dia tunggu tak kunjung datang. Dia tidak habis pikir, apakah orang yang dia tunggu ini sudah mengetahui keberadaannya atau orang ini selamat karena beruntung.

Tubuhnya semakin lama semakin menggigil. Jaket kulit tebalnya serta syal merah yang dikenakannya tidak cukup untuk mengusir hawa dingin malam yang menyerang tiap detail tubuhnya.

"Sial..!!" Desisnya. Hanya kata itu yang bisa mengekspresikan kekesalannya saat ini.

Kenapa dia hanya berjalan? Tanpa kendaraan? Memang ceritannya agak panjang dan menyedihkan. Wanita ini jauh-jauh pergi ke kandangan hanya untuk menemukan seorang pria, orang yang akan dia bunuh. Tapi pria itu tidak pernah keluar lewat jalan utama di sana. Akibatnya, dia kehilangan targetnya dan terkena razia kendaraan. Dia benar-benar sial. Kalau dipikir-pikir sangat jarang ada razia pada sore hari, hanya saja jalan yang dia lalui adalah jalan antar kabupaten.

Susi menatap langit. Membayangkan betapa besar pengorbanannya hanya untuk membalas dendam kepada kakaknya yang telah tiada. Hanya ada satu pikiran konyol di kepalannya, bila dia membunuh semua orang yang dicintai Alana mungkin jiwanya tidak akan bisa tenang di alam sana.

Pikiran macam apa itu? Hal itu bahkan membuatnya menikahi orang yang tidak dicintainya dan sekaligus membunuhnya, semua dilakukan hanya untuk uang dan posisinya. Hasilnya, dia berhasil membunuh tetangga palsunya sendiri, Kenanga.

Apakah pengorbanan untuk membunuh satu orang ini tidak terlalu besar? Pikir Susi. Memang benar dengan pengorbanannya itu dia membuat dirinya tidak di curigai, dengan membuat cerita palsu yang memanfaatkan teknologi zaman sekarang yang sudah maju.

Sekarang bahkan wanita ini sedang kesulitan berjalan dengan sepatu hak tinggi merk Zonia yang dibelikan oleh Jack setahun silam. Tidak banyak toko-toko aksesoris berkualitas di tempatnya, sehingga membuat wanita ini malas untuk berbelanja.

Sekarang, setelah berjalan beberapa waktu dalam dingin dan hampa. Wanita ini kembali melirik jam tangan omega yang jadi hadiah ulang tahunnya ke 49 itu. Sama sekali tidak ada kenangan di pikirannya. Wanita setengah baya ini sangat idealis dengan nafsu dendamnya.

Namun setelah menyadari dirinya hanya sia-sia membuang-buang waktu untuk balas dendam, rasannya kini dia harus menikmati hidupnya sendiri. Tidak mungkin lagi baginya untuk menemukan seorang pria yang pantas dicintai, tidak mungkin juga dia menemukan lingkungan hidup baru yang ramah. Mungkin bekerja di sebuah karaoke atau bar terasa cocok untuknya.

"Mana ada bar di sini!!" Gumamnya.

Wanita itu kembali meneruskan perjalannya yang panjang. Namun dia terhenti saat sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya. Kaca diturunkan, orang di dalam mobil itu menyapanya, "Hey, sendiri?"

Susi berfikir mungkin ini kesempatan langka, sesuatu yang sayang dilewatkan. "Ya, mungkin."

"Apa yang dilakukan seorang wanita pagi buta berjalan sendiri seperti ini? Sedang olahraga?" Tanya pria pengendara mobil.

SECOND Psychopath (Completed)Where stories live. Discover now