Bab 33

993 72 0
                                    

Konjungsi

Jam dinding menunjukkan pukul Sembilan malam, menandakan kalau waktunya tidur bagi sebagian pekerja kantoran di Indonesia. Hujan deras masih mengguyur wilayah itu dan membuat barang-barang di luar halaman berlari kesana-kemari. Angin kencang tak bosan-bosannya menggerakkan pepohonan yang dilaluinya sehingga beberapa mulai tumbang. Perbedaan suhu udara antara luar ruangan dan dalam ruangan di rumah Andrei malam itu begitu ekstrim. Sementara enam orang detektif itu berusaha memecahkan kasus, ada seseorang diluar sana yang menikmati cokelat hangatnya. Walaupun pikirannya masih menghawatirkan dua pion utamanya.

Bukan, yang dirasakannya bukan rasa khawatir kehilangan maupun bocornya informasi. Kedua pionnya tersebut sudah terbentuk secara alami memiliki modus tersendiri untuk membunuh target tertentu.

Yang dia khawatirkan adalah kalau kedua pionnya ini tidak bisa melanjutkan final menuju panggung utama miliknya. Setelah sebelas hari berlalu dia masih merasa belum cukup. Beberapa targetnya memang telah dilenyapkan namun masih ada rasa mengganjal di hatinya bila mengingat masa lalunya.

Ditatapnya pemandangan langit malam dan cahaya-cahaya kota Barabai. Tidak salah dia memilih hotel bertingkat untuk bermalam dan merumus srategi kedepannya, walaupun kalau dia masih ingin melanjutkannya.

Setelah menyeruput habis cokelat panasnya dia mengambil naskah kertas yang sudah tersedia di atas meja. Naskah itu sebagian terlihat kusam dan sebagiannya lagi masih baru, sangat baru.

"Oke, 18 tahun aku tunggu Cuma untuk ini saja?"

Mengatakan itu saja sudah membuat kepalanya terasa pusing. Dia enggan mengakui kalau dendamnya selama 18 tahun ini ternyata salah, walaupun dia tau itu. Memang ini gara-gara kecerobohan keluarganya sendiri. Tapi, kalau seandainya tidak ada kasus yang memberatkan itu dia tidak akan berpisah dengan keluarganya. Sampai sekarang dia masih memikirkan tentang Rima, bagaimana nasibnya? Apakah dia melupakannya? Ataukan sama sepertinya yang selalu memikirkan satu sama lain.

Sekarang tangannya bergelut dengan keyboard untuk mengetik hal menarik selanjutnya di website pribadinya "tanpa nama" miliknya. Tidak sia-sia selama ini dia membuat situs pembunuh bayaran sebagai perantaranya dengan Alana dan Susi.

"Keluarga yang malang."

Dia membuat syarat yang mudah untuk kasus ini, dengan memanfaatkan informasi dari korban sekaligus membuat persiapan dana. Web memang berguna di zaman sekarang. Blokir? Dia bisa mengatasinya karena pada dasarnya webnya hanya berisi info-info medis tetang tubuh manusia.

"Pintar sekali aku ini." Hanya pujian baginya sendiri. "Oke, kita lanjut."

Pembunuhan seorang istri dan anaknya saat suami pergi bekerja - selesai.

Tewasnya seorang pengangguran yang mencoba situs bunuh diri - selesai.

Membunuh anak milioner tanpa mengotori tangan sendiri - selesai.

Upload.

"Mungkin hanya ini yang bisa aku berikan sebagai petunjuk untuk mereka. ini cukup agar mereka masuk ke panggung utamaku." Senyuman tipis menghiasi bibirnya.

Masih jam Sembilan malam. Setidaknya waktu untuk berfikir dan bertindak para detektif itu lumayan cepat, namun paling lambat empat jam. Menurut perkiraannya itu agak lama.

"Jadi malam ini aku harus begadang? Sial."

Kembali, dia memandang kertas naskah yang di depannya bertuliskan "22 agustus"

Sejak dendamnya 18 tahun lalu dia sudah menyiapkan semua ini. Semua di bentuknya secara perlahan, mulai dari alur cerita, tokoh, waktu, tempat, dan situasinya semua sudah masuk dalam perhitungannya. Waktu 18 tahun dirasa cukup untuk membentuk mereka semua agar sia di panen, dan itu diawali pada 22 agustus, sebelas hari yang lalu.

"Kesabaran pasti membawakan hasil kan?"

Mungkin dia tidak perlu meragukan lagi apa kata orang. Sejak kejadian mengerikan itu dia sudah kehilangan wajah aslinya, yang dilakukannya hanya berpura-pura, selalu berpura-pura hingga sekarang dan masih akan terus dilakukannya.

"Dari awal ini memang hanya settingan untukmu!! Keluarga Farensi."

Cukup dengan membunuh orang ternama di kota ini seperti anak Toyan maka akan membuat detektif hebat yang sudah diperkirakannya untuk bergerak. Kasus ini akan membawa mereka ke losado karena bukti yang sengaja ditinggalkan, dan pada saat itu pembunuhan dilanjutkan.

"Kasihan sekali kau Kenanga, Agam. Seandainya kau tidak menikah dan lahir di keluarga itu kalian tidak akan jadi bahan pengubah mentalnya."

Mentalnya pasti remuk setelah kejadian itu, dan dengan meninggalka beberapa bukti pembunuhan selanjutnya dilakukan saat waktu para detektif itu kembali ke kantor. Marisa dijatuhkan dari atap gedung universitas, dari sana Alana akan menyusup ke para detektif itu ditambah teman lamanya Dion dan Roni.

Tapi dia tidak menyangka kalau akan bertemu dengan target dendamnya hari itu. Walaupun dia merasa begitu tapi hatinya tidak, jantungnya tetap berdegup kencang saat dia memandang pria itu. Waktu yang mereka habiskan terasa sangat menyenangkan baginya. Tapi itu tidak mengubah apapun.

Sungguh keberuntungan saat dia melihat kalau tetangga target dendamnya juga punya dendam terhadap suaminya. Maka keesokannya pembunuhan Jack dilakukan atas permintaan istrinya sendiri, hebatnya Susi dan Alana sudah menyusup ke keluarga itu terlebih dahulu dan memecah keduanya.

"Aku sengaja meninggalkan alamat webku di sana, dan dengan cepat kalian menyadarinya. Hebat!!"

Pembunuhan itu juga pancingan agar meyakinkan kalau Alana bukan pelaku namun tuduhan dititik beratkan pada pionnya yang kedua, Susi. Dan wanita itu dikirim untuk membunuh Kim di loksado. Namun dia bingung kenapa Kim tidak terbunuh. Dari sana dia menyadari kalau pionnya masih memiliki perasaan di hatinya bila merasa nyaman dengan orang lain.

Maka dari itu Alana membunuh Andrei agar menyingkirkan koneksi ke kepolisian nasional diluar pulau. Dia tidak ingin masalah bertambah besar lagi. Ancaman harus disingkirkan.

"Sebenarnya dengan membunuh dua orang yang paling berharga baginya sudah cukup untuk menurunkan mental orang itu, tapi dia salah. Masih ada rekan-rekannya di sampingnya."

"Maka kasus ini tidak akan berakhir di sini." Wanita itu tertawa riang. Dia memandang ke bawah gedung saat mendengar bunyi sirena polisi. "Sudah dimulai kah??"

Tidak lama bagi para detektif itu menuju lantai lima tempat wanita itu menginap. Langkah kaki was-was mulai terdengar dari ambang pintu, seketika kunci pintu ditembak dan pintu pun terbuka. Gas air mata mulai dilempar ke dalam kamar disusul empat detektif dengan masker gas dan beberapa anggota kepolisian di belakangnya.

Wanita itu mengangkat tangannya saat senjata mulai ditodongkan padanya. "Aku sudah menunggu cukup lama lho.."

"Kau cukup bodoh untuk meninggalkan beberapa berkas dan menggunakan wifi hotel untuk update web laknatmu itu!!"

Wanita itu menyipit. "Suara itu?? Ahh... wanita jalang." Dia tersenyum.

"Sudah cukup!! Kau akan menjelaskannya di penjara. Walaupun hukuman mati menunggumu." Andrei berlari dan memukul leher belakang wanita itu hingga membuatnya pingsan.

"Ahh jadi ini rasanya digendong orang yang kamu cintai sekaligus yang kamu benci, rasanya aneh. Tapi tidak apa-apa, karena panggung utama baru saja dimulai."

Wanita itu memejamkan matanya untuk masuk ke dunia mimpi dimana di sana dia hidup bahagia untuk sementara waktu. Langit mendung pada jam satu berubah menjadi warna kemerahan. Suara burung hantu yang mustahil didengar di perkotaan mulai terdengar, siulan-siulan angin yang melewati sela pohon seakan menjadi pertanda buruk bagi semua orang.

################################

Akhirnya up lagi nih... yahh maaf banget kalo lama soalnya tau kan anak sekolah punya banyak tugas 😅😅😅😅

SECOND Psychopath (Completed)On viuen les histories. Descobreix ara