Bab 21

899 85 2
                                    

Eksekusi


Plak...!!!

Plak...!!!

Dua tamparan bahagia itu membangunkan Ferina dan Benji. Mereka seperti kesetanan saat melihat gadis di hadapan mereka itu memasukan luwing (kaki seribu) ke mulutnya, dia kunyah perlahan lalu menelannya sembari berkata. "Ini camilan supaya gue bisa puas nyiksa kalian!!"

Benji dan Ferina ketakutan setengah mati, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Tangan dan kaki mereka diikat dengan tali sementara tubuh mereka dirantai di sebuah pohon. Kedua insane itu tidak bisa berfikir apa-apa lagi selain harus meloloskan diri dari tempat mengerikan itu.

"Percuma kalian meronta!!" Gadis itu menutup mulutnya, "Hahahaha..!! kenapa ha? Lo berdua kan detektif? Napa takut?"

Ferina yang terengah-engah mencoba merasakan tubuhnya, rompi yang dia kenakan. "Sial." Pikirnya saat menatap senjata api dan pisaunya dan Benji berada di tanah, di samping si gadis.

"Gue tarik kata-kata gue tadi ya. yang tadi bukan kata-kata yang bakal kalian denger." Si gadis tersenyum. "Sebagai permintaan maaf dari gue. Kalian bakal gue kuliti, hahahaha...!!!"

Ferina mual mendengarnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ikatan gadis ini cukup kuat. Bahkan Benji tidak bisa melepasnya, pikir Ferina gadis ini pernah mengurung atau menyiksa orang yang lebih kuat dari mereka berdua.

"Kalian ini aneh ya, mulut kalian kan gak gue iket. Napa gak minta tolong?" Si gadis yang duduk di debelah tong besar ini gergaji itu berfikir sejenak. Dia mencari kemungkinan yang benar. "Gue emang bodoh ya. kalian pasti sadar kalau percuma minta tolong, kalo kalian gak gue bungkam artinya kalian ada di tempat yang jauh kan? Kan?"

"Dasar pembunuh!! Namamu Alana kan? Cepat lepaskan kami!" Teriak Ferina sekuat tenaga. Suaranya bergetar lantaran tenggorokannya kering.

"Akhirnya buka mulut. Maaf ya kalo gue kasar sama orang yang lebih tua." Alana menyengir. "Percuma minta tolong mbak!! Tapi, kalo kalian emang mau dilepasin harus ada syaratnya dong!!"

"Sialan!!" Ucap benji membuang kesal.

Plak...!!!

Alana menampar pipi Benji hingga berwarna kemerahan. "Kalian harus jawab satu pertanyaan gue!!"

"Cihh. Kami tidak akan menjawab pertanyaan dari pembunuh cilik kek Lo!!" Teriak Ferina. Dia terbawa suasana, hatinya panas sekarang.

"Tenang nona. Gue janji kalian bakal lepas kalo sudah menjawab pertanyaan ini." Ucap Alana dengan ketenangan surgawinya.

"Aku tidak yakin!!" Cetus Benji, "Bila kami dilepaskan kami akan mengejarmu sampai berhasil membuatmu dipenjara."

"Kalau kalian sanggup pak!!" Kali ini Alana menyengir sombong. Dia menaik turunkan alisnya, membuat hati Benji ikut memanas.

Suasana semakin tegang saat gadis kuliahan itu menarik sebuah tubuh raksasa, tubuh yang kepalanya tertutup kain itu seperti mereka kenal. Suasana dingin, sedikit gelap, ditambah angin sepoi-sepoi yang menerpa kulit mereka membuat bulu kuduk keduanya meremang perlahan. Angin yang menerpa membuat beberapa daun berguguran, daun ketapang yang sudah berwarna kecoklatan berhamburan di sekeliling mereka.

Saat Benji mengamati sekitar, hannya ada pemandangan pohon pisang dan pohon ketapang lain yang menutupi pandangan. Semua itu begitu mengerikan mengingat mereka tidak tau telah dibawa ke seuatu tempat asing. Jantung mereka berdegup kencang saat Alana mulai membuka kain yang menutupi wajah mayat raksasa itu.

"Alcander...!!!"

Ferina dan Benji menganga saat menyaksikan kepala yang terbelah dua itu ternyata adalah ketua mereka. masih ada darah dan cairan otak yang mengalir dari luka belahan itu, tubuhnya pun masih belum terlihat biru. Aroma melati lagi-lagi tercium dari mayat Alcander, mengingatkan dua orang itu pada kasus di hulu sungai.

SECOND Psychopath (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن