Cerita 2 - Bimbingan dan Pesan Kak Halim

26.2K 2.4K 76
                                    

Jika sebagian besar orang membenci hari Senin, maka tidaklah dengan Leeandra yang justru merasa sangat bahagia dan juga bersemangat. Apalagi di pagi hari ini, dia memiliki janji temu dengan Prof. Rahmat, dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing tesisnya.

Berbeda dengan penyambutan yang dilakukan Pak Rizal, begitu Leeandra mengetuk pintu dan menyebutkan nama, Prof. Rahmat langsung menyilakannya dengan sangat ramah.

"Selamat pagi, Prof," sapa Leeandra saat dirinya sudah masuk dan bergerak mendekat ke arah meja sang profesor.

"Selamat pagi, Leeandra. Silakan duduk," balas pria yang sudah berusia 51 tahun itu.

Leeandra mengucapkan terima kasih dan sang dosen pembimbing pun mengangukkan kepala. Sesuai saling menanyakan kabar, "Hari ini saya ingin menyerahkan draft pertama dari proposal penelitan saya, Prof." Leeandra lantas berucap seraya menyerahkan pekerjaannya.

Baru tiga detik proposal itu berada di tangan Prof. Rahmat, beliau sudah menatap Leeandra dengan dahi yang terlihat berkerut tegas. "Kamu yakin akan mengambil tema penelitian ini?" tanyanya setelah membenarkan letak kacamatanya.

"Saya yakin, Prof," jawab Leeandra yang disertai dengan anggukkan mantap.

Mendengar hal itu, Prof. Rahmat lantas mulai membaca lembar demi lembar proprosal tersebut hingga sampailah beliau pada bab metodologi penelitian. "Mengenai perlakuan spin coating, apakah kamu sudah tahu tempat yang menyediakan jasa untuk melakukannya?"

"Sudah, Prof."

"Di mana itu?"

"Di salah satu institute yang ada di Bandung, Prof." Mendengar jawaban Leeandra, Prof. Rahmat pun tersenyum bangga pada mahasiswi kebanggaannya sejak dahulu itu.

Setelah selesai membaca proposal tersebut, Prof. Rahmat kemudian berkata, "Berbicara tentang sifat kelistrikan dari sebuah material semikonduktor, tentu saja hal itu sangat dipengaruhi oleh morfologi, sifat optik dan juga kekristalannya. Dan dari semua pengujian yang kamu rencanakan terhadap penelitian ini, mungkin nantinya kamu akan mengalami sedikit tantangan saat melakukan pengujian efek Hall."

Usai Leeandra mengiakan pernyataan tersebut dengan anggukkan, "Apakah Prof. Rahmat menyetujui proposal peneltian saya ini?" Dia langsung mengajukan pertanyaan yang tentu saja membuat jantungnya berdegup kencang.

"Meskipun sempat terkejut dengan tema penelitian yang kamu pilih, saya suka dengan ide dari penelitian ini. Jadi, sudah bisa dipastikan saya menyetujuinya. Lagi pula, membimbing mahasiswi seperti kamu adalah sebuah kehormatan bagi saya, Leeandra," jawab Prof. Rahmat yang tidak saja melegakan, tapi juga menyanjung Leeandra.

"Justru sebuah kehormatan bagi saya karena Prof. Rahmat mau membimbing saya lagi. Terima kasih, Prof," tanggap Leeandra lengkap dengan senyum lebarnya.

"Jangan sungkan untuk meminta bantuan pada saya," balas profesor yang sangat mencintai dunia material energi ini.

Leeandra menerima kembali proposal sudah diperiksa oleh sang dosen pembimbingnya itu. Walaupun terlihat cukup banyak catatan di bagian latar belakang dan juga tinjuan pustaka, dia sangat paham bahwa semua itu adalah upaya sang dosen dalam menyempurnakan pekerjaannya.

"Masih ada yang ingin kamu tanyakan pada saya, Leeandra?" tanya Prof. Rahmat dengan senyum hangatnya.

"Kalau saya boleh tahu, tiga dosen yang akan menguji saya di sidang proposal nanti, siapa saja, Prof?"

"Terkait hal itu, saya telah memilih dua dosen yang berasal dari rumpun ilmu Fisika Material dan juga satu dosen dari luar rumpun ilmu tersebut. Ada Prof. Imam dan Rizaldi dari rumpun FisMat dan Zetta dari rumpun ilmu Fisika Nuklir dan Partikel Teoritis."

Leeandra pun menelan ludahnya dengan kasar. Sungguh, siapa pun tahu kalau Prof. Imam adalah dosen pembantai peserta sidang nomor wahid, Bu Zetta adalah dosen tercedas dengan logika super tinggi dan Pak Rizal? Ah, sepertinya dosen yang punya hobi menyindir dan menyinyir itu tidak akan mau membuat kelancaran dan kemudahan bagi Leeandra saat sidang nanti.

Mengabaikan bulir-bulir keringat dingin yang mulai muncul di permukaan pori-pori kulit keningnya, "Saya berjanji untuk tidak mengecewakan Prof. Rahmat." Leeandra pun berucap dengan sangat mantap. Membuat Prof. Rahmat tersenyum lalu menyampaikan pesannya.

"Kamu harus semakin pintar dalam membagi waktu antara beristirahat, mengerjakan tugas kuliah, tugas prodi dan juga tugas sebagai asisten dosen. Jangan sampai kamu melupakan kebutuhan raga dan rohani kamu ya, Leeandra."

"Baik, Prof. Terima kasih sudah mengingatkan saya," balas Leeandra dan dikarenakan sudah tidak ada lagi hal yang harus mereka bahas, Prof. Rahmat pun menutup pertemuan di pagi itu.

*****

Begitu Leeandra sampai di lantai satu dan melintas di depan mejanya, Mbak Ina langsung memanggilnya. "Tadi ada yang nyariin lo," imbuhnya sambil menuliskan sesuatu pada buku berwarna biru yang diketahui Leeandra sebagai tempat sang resepsionis mencatat nomor dari surat-surat yang diterimanya.

"Siapa, Mbak?" tanya Leeandra yang kini sudah duduk di samping Mbak Ina.

"Itu, si calon dosen gatengnya prodi Matematika."

"Oh, Kak Halim."

"Eh, kok gue jadi penasaran, ya? Apa sih hubungan lo sama dia?" Kali ini wajah Mbak Ina sudah tampak seperti para host acara gossip.

Alih-alih menjawab, Leeandra justru bertanya balik padanya. "Kak Halim jelasin alasan dia mencari Leeandra nggak, Mbak?"

"Hmm... dia cuma bilang lo harus ngehubungi dia ke sini." Mbak Ina lalu memberikan secarik kertas yang telah berisi nomor telepon Kak Halim di sana.

"Wah, terima kasih, Mbak Inaku! Sekarang, Leeandra masuk ke ruangan dulu, ya. Ada kerajaan dari pusat yang harus dikumpulin siang ini soalnya." Leeandra lantas meninggalkan Mbak Ina yang kini tengah diliputi rasa penasaran yang luar biasa tingginya.

Apapun yang terjadi, Mak Ina ini harus bisa mengungkap hubungan di antara Leeandra dan si Mas Calon Dosen Ganteng itu. Pokoknya harus! Begitulah tekad Mbak Ina di dalam hatinya.

Enjoy yaa!

Vote dan comment jangan lupa!

.

.

.

Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now