Cerita 15 - Menjadi Partner Kondangan Pak Rizal

16.4K 2K 141
                                    

Setelah kejadian itu, bisa dikatakan bahwa Leeandra sangat menjaga jarak dengan Pak Rizal. Bukan hanya untuk menghindari gosip yang mulai merebak, tapi juga untuk menenangkan jantungnya yang jadi berdegup tak menentu saat berdekatan dengan dosen muda tersebut. Ini tidak boleh dibiarkan. Tidak! Tidak boleh, ucap Leeandra di dalam hati sambil menepuk-nepuk pipinya dengan keras.

"Kamu kenapa, Leeandra?" Suara Pak Rizal terdengar hingga membuatnya sedikit terlonjak.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Leeandra bertanya dengan keadaan jantung yang sudah berdetak cepat.

"Kamu jawab dulu pertanyaan saya," ucap Pak Rizal dengan mata yang menatap Leeandra lekat.

"Saya menepuk-nepuk pipi agar bisa menghilangkan rasa kantuk, Pak."

Berhubung ruang ADM & BirPen sudah kosong akibat ditinggal pulang oleh seluruh penghuninya kecuali Leeandra, Pak Rizal pun menarik kursi milik Mas Nur dan mendudukinya.

"Bukan soal menepuk pipi." Pak Rizal lantas bertanya alasan mengapa Leeandra menjauhinya selama sepekan ini. Jangan dikira, kalau dia tak peka dengan 'jarak' yang tengah dibentangkan oleh sang asistennya itu.

"Saya tidak menjauhi Bapak."

"Buktikan hal itu dengan menjadi partner saya saat mendatangi resepsi pernikahan Halim di akhir pekan ini." Leeandra sontak menelan ludahnya.

"Bisa?"

"Bisa, Pak." Pak Rizal mengangguk lalu bangkit dan berlalu sembari mengulum senyumnya.

*****

Di hari Jumat sore ini, Leeandra yang sebelumya sudah membuat janji bimbingan dengan Prof. Rahmat, terlihat sedang mengetuk pintu ruangannya. Dikarenakan dosen pembimbingannya itu memiliki banyak proyek penelitian, maka tidaklah mengherankan jika ini adalah pertemuan kedua Leeandra dengan sang guru besar yang telah mendedikasikan seluruh sisa waktu hidupnya untuk meneliti semua jenis material yang bisa menghantarkan listrik itu

"Ini Leeandra, Prof," ucapnya yang langsung dipersilakan masuk oleh sang empunya ruangan.

Setelah menjawab salam dan melihat lingkaran hitam di sekitar kedua mata Leeandra, Prof. Rahmat pun mengajukan pertanyaannya. "Sudah berapa malam kamu tidak tidur, Leeandra?"

Tidak menyangka akan ditanya seperti itu, Leeandra mengerutkan dahinya sejenak. Melihat Prof. Rahmat yang menggerakkan telunjuk di sekitar matanya sendiri, dia pun menjadi paham lalu menjawab apa adanya. "Sudah tiga malam ini, Prof."

"Sedang sebanyak itukah pekerjaanmu?" Leeandra hanya tersenyum lalu menyerahkan proposal penelitian yang sudah direvisinya pada sang dosen.

Alih-alih langsung memeriksa hasil pekerjaan tersebut, Prof. Rahmat justru bertanya tentang keadaan dari kepala Leeandra. Setelah mendengar bahwa keadaan mahasiswi bimbingannya sudah membaik, Prof. Rahmat pun mengangguk lalu mulai membaca proposal tersebut.

Sembari memeriksa, Prof. Rahmat pun menceritakan sebuah proyek yang sedang ditanganinya. " ... dikarenakan hal itu, saya jadi berkeinginan untuk mempercepat jadwal sidang kamu. Dari yang awalnya akan dilakukan setelah UAS menjadi tiga pekan lagi dari sekarang. Bagaimana menurut kamu?"

Leeandra yang mengiakan keinginan itu lantas mengucapkan permohonannya untuk selalu dibimbing oleh Prof. Rahmat. "Tentu saja, Leeandra. Tentu saya akan selalu membimbing kamu.

"Terima kasih, Prof. Terima kasih banyak untuk semuanya," balas Leeandra dengan bibir yang tengah menyunggingkan senyum lebarnya.

*****

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang