Cerita 24 - Pertanyaan Mbak Nadine

14.1K 1.8K 64
                                    

Dua hari setelahnya, Mbak Nadine pun kembali mendatangi prodi Fisika. Jika kemarin dia langsung pergi menuju ruangan milik sang adik, maka kali ini, dia justru mendatangi meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan Leeandra.

Bukannya langsung menjawab, Mbak Ina justru tampak terpana dengan sosok yang sedang mengajaknya berbicara tersebut. "Mbak ini Nadine Serilda, kan?" tanya Mbak Ina dengan kelopak mata yang terus mengerjap.

"Iya, benar," jawab Mbak Nadine ramah.

"Saya tuh ngefans banget loh sama Mbak Nadine! Boleh foto bareng nggak, Mbak?" tanyanya dengan tatapan penuh harap hingga membuat Mbak Nadine tertawa karenanya.

"Boleh, dong!" tanggap Mbak Nadine lengkap dengan senyum indahnya.

Usai berfoto bersama dengan dibantu Mas Yudi, Mbak Ina mengucapkan terima kasih pada Mbak Nadine dan bertanya, "Maaf, Mbak Nadine. Tadi Mbak mau bertemu dengan siapa, ya?"

"Aku mau ketemu sama Leeandra."

"Kalau boleh tahu, Mbak Nadine ini siapanya Leeandra, ya?" tanya Mbak Ina penuh selidik.

"Bisa dibilang temannya Leeandra, walaupun sebenarnya aku ini kakaknya Rizaldi, salah satu dosen di sini." Mulut Mbak Ina tampak menganga sangat lebar. Sepertinya, setelah ini, dia harus mencari tahu silsilah keluarga dari dosen yang dijulukinya sebagai nitrogen cair itu.

Setelah sekian detik dalam keadaan takjub, Mbak Ina pun mengatakan bahwa Leeandra sedang menghadiri rapat yang diadakan di gedung dekanat. "Mbak Nadine bisa menunggunya di ruang tamu prodi ini atau kalau tidak, Mbak bisa ngobrol-ngobrol sama saya di sini," tawarnya yang ternyata langsung diangguk setuju oleh Mbak Nadine.

Setelah mengetahui nama panggilan dari karyawati yang bernama lengkap Marina Safitri itu, Mbak Nadine lantas bertanya untuk memastikan. "Eh, aku nggak ganggu pekerjaan kamu, kan, Ina?"

"Sama sekali nggak ganggu, kok, Mbak." Mbak Ina tampak begitu senang. Dirinya tak pernah membayangkan kalau sosok idola yang biasanya hanya bisa dia lihat di televisi dan juga majalah, kini justru duduk di sampingnya.

"Ngomong-ngomong, kamu dekat dengan Leeandra nggak, Na?" tanya Mbak Nadine setelahnya.

"Bukan dekat lagi, tapi Leeandra itu sudah Ina anggap sebagai adik sendiri, Mbak."

"Wah, pas banget nih!" Mbak Nadine lalu meminta Mbak Ina untuk lebih mendekatkan tubuh ke arahnya. "Ina pasti tahu, kan, kalau adikku itu deket sama Leeandra?" tanya Mbak Nadine dengan penuh semangat.

"Lebih sekadar tahu, Ina bahkan sudah berniat untuk jadi mak comblang bagi keduanya," beber sang resepsionis prodi.

"Berarti kita punya niat yang sama, Na!" Mbak Nadine lantas mengajak Mbak Ina untuk menjadi partnernya dalam misi menyatukan dua orang yang menurut mereka sama-sama membuat gemas dan gregetan itu.

"Tolong buat momen-momen yang membuat mereka semakin dekat dan jangan lupa, kasih tahu setiap perkembangan dari hubungan mereka padaku, ya, Ina," pinta Mbak Nadine.

"Siap, Mbak Nadine!" tanggap Mbak Ina yang kemudian bertos ria dengan perempuan yang tampaknya sejenis dengannya itu.

Berselang sekian detik, "Nah, itu, Leeandra." Mbak Nadine berdiri yang kemudian disusul oleh Mbak Ina.

Sebelum bergerak menghampiri Leeandra, "Misi dimulai!" Mbak Nadine berucap lalu mengedipkan sebelah matanya pada Mbak Ina yang langsung mengiakannya dengan penuh semangat.

*****

Meski sempat menolak karena merasa tidak enak, akhirnya Mbak Nadine berhasil mengajak Leeandra untuk makan siang bersama dengannya. "Sewaktu Rizal lahir, aku tuh sempat ngambek selama sepekan loh, Lee," cerita Mbak Nadine sesaat setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka berlalu.

"Ngambek karena apa, Mbak?"

"Karena Rizal itu laki-laki." Dengan mata yang tampak tengah menerawang ke masa di mana dirinya masih berusia lima tahun, Mbak Nadine kemudian menjelaskan kalau dia sangat ingin memiliki adik perempuan.

"Nah, sewaktu Mbak kenalan sama kamu, rasanya doa aku terkabul." Bingung harus menanggapi apa, Leeandra pun menganggukkan kepala dengan senyuman manis yang terus saja tersungging di bibirnya.

"Lee, coba deh kamu jawab pertanyaan Mbak dengan cepat," pinta Mbak Nadine bersamaan dengan datangnya pesanan mereka. Usai mengucapkan terima kasih, "Sebelum kita makan, kamu jawab dulu pertanyaan-pertanyaan aku Cukup bilang iya atau tidak. Oke?" Mbak Nadine pun menegakkan tubuhnya.

"Baik, Mbak," jawab Leeandra dengan dahi yang terlihat berkerut-kerut.

"Otaknya Rizal cerdas bukan main?"

"Iya."

"Dia perhatian tapi juga menyebalkan?"

"I-iya, Mbak."

"Skill nyinyirnya ngalahin emak-emak?

"Haha ... iya, sih, Mbak."

"Tapi kamu suka dia?"

"Iy-, eh!" Leeandra menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Melihat gadis di depannya panik, Mbak Nadine justru tertawa puas.

"Jangan diralat kalau memang itulah jawaban hati kamu, Leeandra."

"Tap--"

"Kalau aku saja sudah menganggap kamu sebagai adik sendiri, masa iya, aku nggak setuju kalau kamu yang jadi pasangannya Rizal?" potong Mbak Nadine yang kemudian mengajak Leeandra untuk mulai menikmati makanan yang sudah tersaji.

Sesaat setelah menyelesaikan makan, Mbak Nadine kembali mengeluarkan suaranya. "Kata papa, pria yang tampak dingin di luar itu biasanya panas di dalam. Awalnya aku nggak percaya, tapi setelah menikah dengan Mas Bagas, aku setuju banget sama ucapan papa." Mbak Nadine kemudian bercerita bahwa pada awalnya, pria yang bernama lengkap Bagaskoro Setiawan itu bersikap sangat dingin padanya. "Setelah Mas Bagas resmi jadi suami, duuuh, jangan tanya deh soal perhatian dan keromantisannya."

"Sebenarnya Leeandra nggak mempermasalahkan sikap dinginnya Pak Rizal kok, Mbak."

"Eh, kamu, kok, jadi bahas soal Rizal?" tanya Mbak Nadine yang tentu saja membuat lawan bicaranya itu terperangah kaget. Dengan bibir yang menyunggingkan senyum penuh arti, "Yuk, jujur sama aku! Kamu, suka, kan, sama Rizal?"

Leeandra menghela napasnya lalu berkata, "Sejujurnya, Leeandra sangat menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan perasaan, Mbak."

"Mengapa begitu?"

"Karena menurut Leeandra, perasaan itu bisa menumpulkan akal sehat dan juga kecerdasan." Leeandra kemudian menjelaskan bahwa prioritas hidupnya selama ini hanyalah mengejar cita-cita.

Dengan senyum tulusnya, Mbak Nadine pun menanggapi. "Kalau memang itu yang prinsip dan prioritas hidup kamu, jelas aku nggak berhak buat ganggu gugat. Hanya saja, kalau di suatu hari nanti, perasaan itu tumbuh semakin besar, kabarkan aku, ya! Seperti ceritaku tadi, kamu sudah aku anggap sebagai adik."

"Terima kasih ya, Mbak. Mbak Nadine baik banget sama Leeandra." Tanpa disangka, Mbak Nadine langsung berdiri dan memeluk tubuh Leeandra.

"Sama-sama, Leeandra. Kamu juga baik banget sama aku dan terutama Rizal," balas kakak dari pria yang sedang gencar menanam benih-benih cinta di hati dan pikiran sang asdos tersebut.

tbc...

Happy reading all! Jangan lupa diramaikan dengan komentar kalian yaa💞💕😘
.
.
.
Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)On viuen les histories. Descobreix ara