Cerita 36 - Rekaman CCTV dan Laporan Keuangan

14.9K 1.7K 234
                                    

"Saudara Rizaldi Leonard Hendratama bin Sebastian Hendratama. Saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau dengan anak saya yang bernama Tifany Tanjung binti Adrian Tanjung dengan mas kawin emas 20kg dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Tifany Tanjung binti Adrian Tanjung dengan mas kawin yang tersebut tunai."

"Para saksi bagaimana?"

"Mas Rizaaaaaaaal!" Leeandra berteriak sekuat tenaga hingga sampai terbangun dari tidurnya. Dia tampak termangu sesaat sebelum pada akhirnya mengusap peluh di kening dan juga air mata yang membasahi kedua pipinya.

Sejak pertemuannya dengan Pak Rizal di pagi tadi, pikiran dan juga perasaannya pun menjadi kacau balau. Jika biasanya dia baru pulang dari laboratorium setelah adzan Isya, kemarin, Leeandra memutuskan untuk kembali ke villa Mbak Nadine saat jam baru menunjukkan pukul tiga sore.

Begitu sampai, Leeandra langsung mengurung diri di kamar. Menangis tanpa henti hingga dia tertidur dan bermimpi jika pria yang baru saja memutuskan hubungan dengannya itu menikah dengan jodoh pilihan sang mama. "Ternyata sudah pukul empat pagi," gumam Leeandra tepat sebelum pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang.

"Lee... Leeandra... kamu sudah bangun, kah?" Suara yang sangat familiar di telinga sang asdos itu pun terdengar di sela-sela ketukan pintu yang semakin intens itu.

Tanpa mengeluarkan suara, Leeandra membuka pintu kamarnya dan... "Mbak Nadine?" Dia pun mengucek-ngucek matanya. Memastikan bahwa apa yang dilihatnya saat ini adalah sebuah kenyataan.

"Yes, I am," jawab Mbak Nadine yang lantas memeluk tubuh Leeandra.

Ketika mendengar isakan serta mendapati tubuh Leeandra yang gementar, Mbak Nadine mengeratkan dekapannya. "Keluarin semuanya, Sayang. Keluarin sampai rasa sesak di dada kamu itu menghilang." Seharusnya Mbak Nadine baru sampai di Bandung di siang hari ini. Tapi karena Mang Arie melaporkan bahwa Leeandra melewatkan makan malamnya, maka di sinilah dia sekarang.

Setengah jam kemudian, Leeandra yang sudah tampak sedikit tenang itu mengajak Mbak Nadine untuk masuk ke dalam kamarnya. Masih dalam posisi berpelukan, Leeandra menceritakan semua hal yang terjadi padanya dan juga mimpinya tadi. Selama mendengarkan, istri dari Bagaskoro Setiawan itu hanya bisa mengelus dada tanda prihatin. Sungguh, dia merasa sedih sekaligus malu dengan apa yang sudah dilakukan oleh adiknya itu. Jangan panggil aku Nadine Serilda kalau tidak bisa membereskan manusia-manusia dungu macam Rizaldi dan Tifany, batinnya.

*****

Saat waktunya untuk sarapan tiba, Mbak Nadine yang duduk di samping Leeandra pun mengajukkan pertanyaannya. "Penelitian kamu sudah selesaikah, Lee?"

Leeandra menggelengkan kepalanya. "Belum, Mbak," jawabnya dengan sangat pelan.

"Hmm... meskipun otakku tidak tercipta untuk dapat memahami apa yang ditemukan oleh Einstein, Newton dan juga teman-temannya, tapi kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan buat ngomong, ya, Lee." Leeandra mengangguk lalu mengatakan bahwa dia akan pulang ke Jakarta di sore hari ini.

"Aku harus mengurus surat izin agar dapat melakukan penelitian selama satu pekan lagi di sini," terang Leeandra yang membuat sebuah ide pun muncul di dalam benak Mbak Nadine.

"Eh, kalau aku ikut kamu ngelab di hari ini boleh nggak, Lee?" Tidak punya alasan untuk melarangnya, Leeandra menyilakan Mbak Nadine untuk melakukannya.

"Ya, siapa tahu saja dengan adanya Nadine cantik di laboratorium, penelitian kamu bisa tiba-tiba berhasil gitu," ucap Nadine yang membuat Leeandra tertawa kecilt. Meskipun yakin bahwa hal itu mustahil terjadi, tapi dia juga tahu kalau perempuan berwajah cantik itu tengah berupaya keras untuk menghiburnya.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin