Cerita 23 - Bertemu Mbak Nadine

15.5K 1.8K 97
                                    

Sepekan menjelang ujian akhir semester ini, seluruh karyawan prodi pun tampak begitu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Jika perhatian Mbak Wati sudah terpaku sepenuhnya pada laporan keuangan, Mbak Dewi dan Mbak Vidya dengan remunasi para dosen serta Mas Nur dan Mbak Rahma dengan jadwal sidang para mahasiswa, maka sang asisten prodi bidang kurikulum itu sedang sibuk menyusun laporan evaluasi KBM, kelanjutan dari penelitian dan juga hatinya.

Leeandra tidak bisa memungkiri bahwa setelah sang dosennya itu mengetahui rahasia hidup dan juga berhasil memaksa untuk ikut mengunjungi kedua orangtuanya, Pak Rizal menjadi sangat perhatian padanya. Meski sudah diminta untuk tidak berubah, nyatanya pria bermulut ajaib itu tetap saja melakukannya.

"Eh, Lee!" Saat Leeandra mengangkat wajahnya, tampaklah Mbak Ina sedang berdiri tepat di depan mejanya.

"Iya, Mbak?"

"Kemarin lo pulang jam berapa?"

"Jam lima-an, Mbak."

"Wah, berarti lo lihat dong, cewe yang pulang bareng sama Pak Rizal?" Tidak kunjung mendapat respon, Mbak Ina pun mencecar Leeandra hingga suara dingin terdengar memanggil sang asisten.

"Eh, iya, Pak Rizal?"

"Laporan yang saya minta mana? Pasti belum selesai!" Pak Rizal lantas melirik ke arah Mbak Ina. "Ini adalah kampus, bukan kios sayur yang bisa kamu jadiin tempat bergosip," sindirinya yang justru membuat Leeandra tersenyum.

"Saya tunggu laporannya di siang hari ini, Leeandra."

"Baik, Pak," jawab Leeandra dan Pak Rizal pun beranjak, meninggalkan ruangan itu.

Bukannya ikut pamit undur diri, Mbak Ina justru kembali melontarkan pertanyaannya pada Leeandra. "Jadi, lo lihat cewe yang pulang sama Pak Rizal, nggak?"

Leeandra menggelengkan kepala seraya memanjatkan doa agar Mbak Ina segera menyerah.

"Apa jangan-jangan cewe itu lo, ya?"

"Mbak ..."

"Iya, Leeandra?" Mbak Ina pun menaik turunkan alisnya, menggoda perempuan yang mengempaskan diri ke sandaran kursi lalu mengusap wajahnya berkali-kali itu.

"Ih! Leeandra gemas banget deh sama Mbak Ina," ucap Leeandra yang sebenarnya kesal pada dirinya sendiri. Kesal karena tak mampu menyembunyikan rahasia tersebut.

"Kalau ada rasa itu jangan disangkal, Lee. Gue dan semua karyawati di sini mendukung lo sama Pak Rizal kok." Mbak Ina sengaja mengeraskan suaranya, membuat para karyawati kompak menghentikan pekerjaannya.

"Sejujurnya, Pak Rizal pernah nyuruh gue buat tanya lo mau makan siang apa," sahut Mbak Wati yang kemudian mengingatkan Leeandra soal ayam mentega.

"Jadi, hubungan lo sama Pak Rizal apa nih?" tanya Mbak Dewi menggebu.

"Kami hanya berteman kok, Mbak."

"Berteman untuk menjadi teman hidup, ya, Lee?" tanggap Mbak Ina yang tentu saja membuat ruangan menjadi riuh. Tidak mungkin menang kalau lawannya emak-emak haus gosip seperti ini! teriak Leeandra di dalam hati.

*****

Seusai menyerahkan laporan, Leeandra memberanikan diri untuk memanggil Pak Rizal yang tampak sedang menatap layar komputer tanpa berkedip.

"Hm.." tanggap Pak Rizal seraya melepaskan kacamatanya.

"Mbak Ina kalau kita pulang bareng dan saya gagal menutupinya."

"Bagus, dong." Kali ini Pak Rizal tampak sedang memijat-mijat batang hidungnya.

"Sekarang saya jadi bulan-bulanan para karyawati gara-gara ayam mentega yang kata Bapak adalah konsumsi rapat itu."

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now