Cerita 42 - Keputusan Leeandra

12.9K 1.7K 329
                                    

Perempuan bernama lengkap Mirantika Sasongko itu, kini terduduk lemas dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Sepuluh menit yang lalu, dia dikabarkan oleh sang kuasa hukum kalau dirinya sudah resmi bercerai dengan Sebastian Hendratama. Pria yang telah menjadi suaminya selama 34 tahun ini. Sayangnya, waktu yang telah bergulir selama itu tidak juga menghadirkan cinta di hatinya.

Dengan air mata yang mulai meluncur di atas kedua pipinya, Nyonya Mirantika teringat dengan sebuah percakapan yang terjadi saat Pak Tian memintanya untuk menandatangani surat perceraian.

"Maafkan saya yang sudah gagal dalam upaya mencintaimu, Mas Tian."

"Kamu gagal karena kamu tidak pernah menyukuri apa yang kamu punya. Mulai dari kehadiran Mas hingga anak-anak, semuanya kamu anggap hal biasa yang pasti dimiliki oleh semua orang. Selama tiga puluh empat tahun Mas menunggu kamu. Mas terus berupaya membimbing, membahagiakanmu demi keluarga kita. Tapi, nyatanya waktu memang tidak pernah menjamin kalau hati seseorang bisa berubah, jika orang tersebut tidak melakukannya sendiri."

Tidak ada yang bisa dilakukan Nyonya Mirantika selain mengiakan seluruh ucapan Pak Tian. Akibat menaruh hati pada Ferdi yang mencintai dan menikah dengan Larasati, dia yang terbiasa memaksakan kehendak pun meminta bantuan pada Adrian untuk memisahkan kedua orangtua Leeandra. Saat itu, Nyonya Mirantika berkeyakinan bahwa dengan menghancurkan bisnis Ferdi, Larasati akan meminta bercerai. Ternyata, Larasati bukanlah Mirantika yang selalu mengukur kebahagiaan dengan berapa jumlah materi yang dimilikinya.

Arogansi dan obsesi telah membutakan mata hati seorang Mirantika. Padahal dia telah mendapatkan semuanya. Bersuamikan pria tampan, pekerja keras, setia, dan sabar, serta memiliki dua anak yang hebat dan membanggakan di bidangnya masing-masing.

Tuhan sudah pernah memberikan kesempatan kedua untuk Nyonya Mirantika untuk menjadi sosok yang lebih baik. Saat melahirkan Rizal, dirinya hampir saja menemui ajal. Namun, alih-alih bersyukur, dia malah menggunakan momen itu sebagai tameng agar dapat memaksa sang putra untuk menuruti kata-katanya. Menakuti Rizal soal surga yang berada di bawah telapak kaki ibu. Padahal Nyonya Mirantika tidak pernah belajar menjadi seorang ibu yang baik bagi Nadine maupun sang putra bungsu.

Hari ini, seorang Mirantika Sasongko telah membuktikan bahwa rasa penyesalan itu benar-benar terasa di akhir perjalanan. Pak Tian telah memberikan waktu yang panjang untuknya membuka hati, tapi dia justru sibuk mengejar seseorang yang tidak bisa dia miliki. Dia telah menukar, sebongkah berlian bahkan untuk sebuah genggaman udara yang hampa.

Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan sang mantan istri, Tian yang saat ini berada di dalam mobil pun merenungi perjalanan hidupnya. Pernikahannya dengan Mirantikan memang hasil dari perjodohan dua keluarga pembisnis. Tapi seiring berjalannya dengan waktu, dia telah berhasil mencintai perempuan itu. Sayang, perasaan tulusnya tidak pernah terbalas bahkan sampai sekarang.

"Mas juga meminta maaf. Maaf telah gagal membimbingmu ke jalanNya. Sekarang Mas melepasmu bukan karena tidak lagi mencintaimu. Tapi tujuan Mas adalah agar kita bisa sama-sama belajar. Kamu belajar tentang arti memiliki setelah kehilangan sedangkan Mas, belajar mengikhlaskan semua perjuangan tanpa hasil ini." Begitulah kata-kata terakhir yang Pak Tian sampaikan untuk Nyonya Mirantika.

******

Pagi ini, Leeandra tampak memasuki laboratorium karakterisasi seusai meminjam alat yang dulu dijanjikan Kak Halim padanya. Tanpa terasa waktu untuk menyelesaikan thesisnya hanya tinggal dua bulan lagi. Jadi, tanpa mau membuang waktu, dia pun bersiap untuk melakukan pengujian atas parameter terpenting dari sebuah material konduktor.

Baru saja dia akan merangkai alat, suara langkah kaki sudah terdengar mendekati dirinya. Leeandra menoleh dan terlihatlah sosok Pak Rizal dengan senyum manis yang terpatri di bibirnya. Sudah genap dua pekan Leeandra menghindari pria tersebut. Namun, bukannya lelah dan menyerah, Pak Rizal justru semakin gencar dan juga piawai dalam mencari celah agar dapat bertemu.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now