Cerita 19 - Tamu Tak Diundang

14.8K 2K 179
                                    

Di hari Sabtu pagi ini, tampaklah Leeandra yang tengah berjalan kaki menuju rumah dari salah satu murid les privatnya yang bernama Jessica. Meskipun tidak ada yang tahu soal pekerjaannya yang satu ini ini, nyatanya Leeandra sudah menjadi guru les privat untuk mata pelajaran matematika dan fisika selama sepuluh tahun belakangan ini.

Setelah Leeandra memencet bel sebanyak dua kali, seorang perempuan setengah baya pun tampak berlari mendekat ke arah pagar. "Silakan masuk, Mbak Leeandra," ucapnya sedikit terengah.

"Terima kasih, Bi Nah," balas Leeandra yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, tempatnya biasa mengajar sang murid.

"Bibi panggilin Non Jessica-nya dulu ya, Non," ucap Bi Nah lalu memanggil-manggil nama dari anak majikannya tersebut.

Sekian menit berlalu, sang murid pun muncul di hadapan dan tanpa disangka, dia langsung melontarkan protesnya pada Leeandra. "Gara-gara Kak Lee nggak datang di pekan lalu, PR Icha jadi nggak ada yang selesai."

Baru saja Leeandra akan menanggapi, Jessica sudah kembali berkata, "Pokoknya kalau sampai Icha dimarahi sama Papi dan Mami karena tetap dapat nilai jelek, Icha nggak mau les sama Kak Lee lagi."

Alih-alih meminta maaf, Leeandra justru terlihat menyunggingkan senyum manisnya. Jauh di dalam hati, dia merasa senang jika bisa terbebas dari muridnya yang pemalas, cepat menyerah serta selalu menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri itu.

"Kamu mau belajar matematika atau fisika dulu?" tanya Leeandra setelah Jessica duduk berhadapan dengannya.

"Fisika dulu, deh," jawabnya yang diangguk cepat oleh sang guru.

*****

Sesaat setelah menutup sesi pengajarannya, Leeandra pun merasakan sebuah getaran dari ponselnya.

Tante Mala

Anak buahku akan datang ke rumahmu

Jangan kabur

Jika biasanya Leeandra akan mengiakan ajakan Bi Nah untuk makan siang bersamanya, maka seusainya membaca pesan yang serupa dengan yang diterimanya saat sedang bersama dengan Pak Rizal bulan lalu itu, dia pun bergegas pamit.

"Salam untuk Tante Rina dan Om Dani ya, Bi Nah," pesan Leeandra sebelum benar-benar meninggalkan rumah tersebut.

Sesampainya Leeandra di rumah, ah, lebih tepatnya kontrakan yang selama ini dia tinggali, tiga pria bertubuh kekar langsung menghadangnya. "Mana bayarannya?" tanya pria yang menggunakan kaus berwarna hitam tanpa lengan.

"Saya ambil dulu di dalam," jawab Leeandra seraya mengambil kunci dari tasnya. Jangan bayangkan Leeandra yang berkata demikian dengan wajah ceria dan juga senyum manisnya karena seperti inilah kehidupan Leeandra yang sesungguhnya.

"Cepat dong!" Kali ini pria yang berkaus birulah yang berucap.

Mempercepat gerakannya, Leeandra lantas masuk ke dalam rumahnya dan segera membuka lemari yang berada di samping meja belajarnya. Sembari mati-matian menahan air matanya, Leeandra mengambil amplop yang berisi gaji sebagai asisten prodi, upah sebagai pengajar les privat dan juga tips-tips yang dia dapatkan setelah membantu para dosen.

Dengan tangan yang tampak gemetar, Leeandra menyerahkannya pada pria yang berdiri paling kanan dan sedang membawa buku. "Kalau bayarnya segini terus, kapan bayar utang pokoknya, hah?!" bentak pria itu, mengagetkan Leeandra dan juga kedua temannya.

"Saya akan mengusahakannya bulan depan, Pak," ucap Leeandra lalu menudukkan kepalanya.

"Kalau bulan depan masih bayar bunganya saja seperti ini, kami akan langsung naikkan persen bungannya! Paham kamu?" Leeandra tampak mengangguk pasrah.

Begitu ketiga pria tersebut berlalu, Leeandra langsung menutup rapat pintu kontrakannya. Dia menangis sejadi-jadinya di ruang tengah sambil memeluk foto kedua orangtuanya. "Sekarang Leeandra harus bagaimana ya Allah? Leeandra harus melakukan apa, Pak, Bu?"

Sedetik kemudian, suara ketukan pintu pun terdengar dan sontak saja tangisan pilu Leeandra terhenti karenanya. Ketika ketukan itu kembali terdengar, Leeandra lantas berlari dan membuka pintunya.

"Apa yang menyebabkan kamu harus berurusan dengan mereka bertiga?" tanya sang pengetuk pintu yang membuat Leeandra langsung membelalakkan matanya bahkan lebih lebar dari saat dia bertemu dengan trio penagih utang tersebut.

"Pak Rizal?"

"Yes, I am," jawab Pak Rizal dengan santai.

"Bapak kok tahu rumah sa--" Ucapan Leeandra langsung terhenti karena kini dia tengah sibuk menghapus lelehan air mata yang nyatanya masih membasahi kedua pipinya. Melihat gerakan tangan Leeandra yang tak beraturan dan juga kasar, Pak Rizal pun menangkapnya dengan cepat.

"Leeandra." Suara Pak Rizal yang memanggilnya dengan sangat lembut justru membuat Leeandra menumpahkan air matanya kembali. Bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya, Pak Rizal lantas mengarahkan Leeandra untuk duduk di kursi plastik yang berada di ruang depan tersebut.

Sementara Leeandra berusaha untuk menenangkan diri, dosen muda itu tampak mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi orang yang telah membuat dirinya tahu di mana sang asistennya itu tinggal.

Setelah memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, Pak Rizal pun duduk berhadapan dengan Leeandra. "Sudah bisa jawab pertanyaan saya?" tanyanya dengan tatapan lekat. Jika biasanya Leeandra akan mati-matian menutupi, kali ini, dia hanya mengangguk, menarik napas panjang lalu memutuskan untuk menceritakan semuanya. 

Penasaran? Coba ramaikan dulu dengan vote dan komentar kalian agar aku bisa langsung upload bab setelahnya💕💞😘
.
.
.
Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now