Cerita 40 - Permintaan Bu Zetta

12.5K 1.6K 156
                                    

Setelah dua pekan tidak datang ke kampus, di hari Senin ini, Leeandra kembali menginjakkan kaki di tempat yang telah menjadi rumah keduanya itu. Bisa dikatakan ada rasa asing yang menyusup ke dalam hatinya. Mungkin, selain sudah lama dirinya tak ada di sini, hal itu juga disebabkan lantaran dosen yang biasanya Leeandra bantu di bidang kurikulum sudah diganti oleh sang kepala prodi. Dari Pak Rizal menjadi Pak Mario. Dosen yang bisa dibilang cukup senior tapi memiliki pembawaan diri yang lebih santai dan enak untuk diajak berdiskusi dan bekerja sama.

Begitu tangannya mendorong pintu ruang ADM & BirPen, "Welcome back, Leeandra!" Mbak Ina berteriak hingga membuat Leeandra sedikit terlunjak karena kaget. Tidak hanya volume suaranya, tapi juga karena dia tidak menyangka jika geng rumpita mengadakan pesta penyambutan untuk dirinya seperti ini.

Dengan air mata haru yang terus menetes ke atas pipi tirusnya, Leeandra memeluk satu per satu anggota geng rumpita kesayangannya. "Terima kasih untuk semuanya, Mbak-Mbakku!"

"Sama-sama, Leeandra Sayang," jawab Mbak Ina seraya memberikan sebuah bucket yang berisi bunga matahari sebanyak 50 tangkai.

"Seperti yang sudah kita omongin, pokoknya selama sepekan ini, makan siang lo, kita yang traktir ya, Lee!" ujar Mbak Vidya yang langsung diangguk oleh semuanya.

"Nggak pakai uang panasnya Mbak Ina, kan?" goda Leeandra lengkap dengan derai tawa yang sangat dirindukan oleh semua orang.

"Ya, kagaklah! Tuh duit panas sudah gue kasih ke Pak Ustadz kok," jelas Mbak Ina sembari bergidik jijik lantaran membayangkan jika dirinya terkena azab yang sama dengan sinetron yang sering ditontonnya.

Dengan kompak, semua orang menggeleng-gelengkan kepala sembari tertawa lepas hingga sampai intercom yang ada di atas meja Leeandra berbunyi. Mendengar itu, semua orang terutama Mbak Ina terlihat bersiaga. Tentu saja alasannya karena dirinya diminta oleh Mbak Nadine untuk menjaga Leeandra dari Pak Rizal.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu Zetta?" Mbak Ina mengembuskan napas lega karenanya.

"...."

"Baik, Bu. Leeandra akan ke sana sekarang," jawab Leeandra lalu menunggu hingga sang penelepon memutuskan sambungan.

"Gue anterin ya, Lee," tawar Mbak Ina lantaran ruangan Bu Zetta berada tepat di samping ruangan Pak Rizal.

"Leeandra bisa ke sana sendiri kok, Mbak,"

"Tapi kalau nan—"

"Jangan lupa kalau Leeandra bisa bela diri," ingat Leeadra lalu tertawa kecil.

Begitu berhasil menyakinkan Mbak Ina, Leeandra bergegas menuju ruangan milik dosen yang paling disegani di prodi ini. "Silakan duduk, Leeandra." Seusai mengucapkan terima kasih, Leeandra langsung menanyakan hal apa yang ingin dibicarakan oleh perempuan di hadapannya itu.

"Sebenarnya saya memanggil kamu terkait dengan apa yang diceritakan oleh Mas Yotta kepada saya." Bu Zetta menyatakan bahwa dirinya ikut prihatin dengan hal buruk yang menimpa sang Bapak. "Namun, sekarang saya ikut bahagia karena Bapakmu sudah sehat," ungkap Bu Zetta yang memang terkenal selalu berbicara secara lugas dan to the point.

Saat kata terima kasih terucap dari bibir Leeandra, dengan cepat dan tegas, Bu Zetta menggeleng. "Kakak saya hanya menjalankan tugasnya sebagai perpanjangan tangan Tuhan. Jadi kalau kamu mau berterima kasih, lakukanlah padaNya."

"Saya boleh memeluk Ibu?" Melihat Bu Zetta tersenyum menyilakan, "Sejujurnya, Ibu adalah dosen favorit sekaligus role model bagi saya," akunya pada dosen yang terkenal sangat disiplin dan perfeksionis hingga mendapatkan predikat sadis dari seluruh mahasiswa prodi Fisika.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora