Cerita 30 - Pergi ke Bandung Bersama Kekasih

13.5K 1.5K 132
                                    

Saat liburan akhir semester berjalan selama sepekan, sebuah kabar bahagia yang menyebutkan bahwa Bu Zetta sudah kembali dapat berinteraksi dengan orang-orang sekitar pun tersiar. Sebagai ungkapan rasa terima kasih pada Tuhan, keluarga dari perempuan berotak cerdas itu pun mengundang seluruh dosen dan karyawan prodi fisika dalam acara syukuran yang diadakan di rumah Ahmad Rosidin, bapak dari Bu Zetta.

"Mas Lambda mau melamar Mbak Zetta loh, Lee," ungkap Pak Rizal saat keduanya sudah berada di dalam mobil arah pulang ke kontrakan Leeandra.

"Mas Rizal tahu dari mana?"

"Tadi Mas Lambda cerita sama aku."

Leeandra menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Kalau mereka berdua menikah terus punya keturunan, pasti semuanya cerdas dan mengagumkan."

"Kalau Rizaldi dan Leeandra yang menikah, anak-anaknya akan jadi seperti apa?" tanya Pak Rizal sekaligus menggoda sang asdos.

"Kayak patung es," jawab Leeandra yang sengaja meminjam kata-kata Mbak Nadine.

Sebelum Pak Rizal menyampaikan keberatannya, "Oh, iya, Mas. Besok aku mau ke Bandung untuk mengurus izin melakukan penelitian di sana, ya." Leeandra pun menginfokan agenda awal penelitiannya.

"Loh, kok mendadak begitu? Aku antar ya? Sehari saja kan di sananya?" tanya Pak Rizal bertubi-tubi.

"Suratnya baru dibalas kemarin dan iya, hanya sehari kok kalau buat ngurus administrasinya," jawab Leeandra yang kemudian menginfokan bahwa nantinya dia akan melakukan penelitian selama sepekan di kota kembang itu.

"Selama penelitian itu kamu mau tinggal di mana?" Gurat-gurat kekhawatiran mulai tergambar di wajah sang penanya.

"Sepertinya aku akan cari kostan sementara, Mas."

"Nggak, Lee! Kamu nggak boleh ngekost di sana. Super duper rawan kejahatan tahu, nggak?" Pak Rizal kemudian mengatakan bahwa Leeandra akan tinggal di villa milik Mbak Nadine saja. "Villanya di daerah Dago. Jadi, nggak jauh kan sama kampus?"

Kalau sudah begini, maka yang bisa dilakukan oleh Leeandra hanyalah mengangguk setuju. Setuju untuk diantar Pak Rizal pada esok hari dan juga untuk menginap di villa milik perempuan bernama lengkap Nadine Serilda Hendratama itu.

*****

Di esokkan paginya, "Kamu bawa apa, Lee?" tanya Pak Rizal begitu Leeandra selesai memasang sabuk pengaman dan dia pun mulai melajukan mobilnya.

"Bawa cemilan untuk kita," jawab Leeandra yang sebenarnya tengah bernostalgia ke masana di mana dirinya kondangan ke Bandung bersama Pak Rizal. Saat itu, dirinya sangatlah sibuk menguping pembicaraan yang nyatanya hanyalah settingan belaka.

"Kamu kok mendadak melamun begitu? Lagi keingetan Halim, ya?" tuduh Pak Rizal yang membuyarkan kenangan itu.

"Jangan menuduh sembarangan," tanggap Leeandra yang kemudian memukul lengan sang kekasih.

"Memukul adalah tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi pengendara."

"Kok bisa begitu?"

"Ya, aku hilang konsentrasi karena gemas sama kamu." Memang tidak masuk akal, tapi kalimat itu mampu membuat Leeandra tertawa lepas.

"Lee, kita main teka-teki yuk?" Begitu mendapatkan persetujuan dari Leeandra, "Kalau aku bawain kamu besi dan baja yang aku cat dengan warna yang sama. Bagaimana cara kamu membedakannya?" Pak Rizal langsung melontarkan pertanyaannya.

"Gampang! Pukulkan saja kedua batang itu lalu dengarkan bunyinya. Kalau yang berbunyi nyaring, itulah baja."

"Jawaban benar! Eh, tapi coba dong jelasin ke aku. Kenapa baja yang dipukulkan ke media lain bisa menghasilkan bunyi yang nyaring?"

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now