Cerita 46 - Keputusan Akhir Leeandra

13.5K 1.6K 223
                                    

"Mamaaaa! Rambutnya Karenina Semesta Setiawan sudah cantik beluuum?" tanya Karen sambil berlari menghampiri sang mama yang sedang menyisir rambutnya di dalam kamar.

Mbak Nadine menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menoleh ke arah Karen. "Wah, tentu sudah cantik dong, Karenku," jawabnya lalu mencium pipi putri bungsunya.

"Mama nggak tanya siapa yang ngepaing rambut Karen?"

"Pasti Papa, kan?"

"Kok Mama tahuuu?" Ah, jelas saja Mbak Nadine tahu. Akhir-akhir ini, suaminya itu kan berlatih mengepang dengan menggunakan rambutnya.

"Yang ngajarin Papa itu Mama, Sayang," jawab Mbak Nadine sembari melanjutkan kegiatannya.

Sementara Karen ber-oh ria, Mas Bagas masuk ke dalam kamar dan bertanya pada Mbak Nadine. "Mama cantik, ini toko bunganya telepon. Mereka tanya, buket dan bunga papannya mau dianter kapan?"

"Tolong minta dikirim sekarang saja dan langsung ke prodi Fisika, ya, Mas Bagasku." Mas Bagas mengiakan ucapan tersebut lalu kembali berkomunikasi dengan sebuah toko bunga yang telah menjadi langganan keluarga mereka.

Tanpa disangka, suara Alvin terdengar memanggilnya. "Mamaaaa! Celana olahraga Alvin kok nggak ada, ya?"

Belum sempat Mbak Nadine menjawab, "Mama! Ban sepeda Levin bocor nih! Terus Levin ke sekolah naik apa, dong?"

Sebenarnya seperti inilah suasana saat ketiga putra Mbak Nadine akan berangkat sekolah. Menjadi sedikit lebih heboh karena dirinya bersama sang suami dan juga Karen akan sama-sama datang ke kampus. Meskipun Leeandra baru akan disidang di jam 10, nyatanya semua orang sudah bersiap untuk merayakannya bahkan sejak pagi buta seperti ini.

Setali tiga uang dengan Mbak Nadine, selaku ketua panitia acara syukuran kelulusan, Mbak Ina juga sudah terlihat sibuk menelepon serta mengatur ini dan itu. Leeandra yang datang ditemani oleh Pak Ferdi, Pak Timin dan Mbok Sum hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan hati yang diliputi rasa haru.

"Lee, lo pakai kacamata gaul lagi, gih. Biar semakin cantik," usul Mbak Ina yang membuat Leeandra tertawa.

"Matanya Leeandra kan sudah nggak bengkak lagi, Mbak."

"Ya, nggak apa-apa. Toh, ini kan bukan kacamata minus," tanggap Mbak Ina sembari memakaikan kacamata yang membuat Leeandra mendapat pujian dari Pak Rizal.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 9.55, Leeandra beranjak menuju ke ruang sidang yang ada di lantai tiga gedung prodi Fisika. Tanpa disangka, dia bertemu dengan Pak Rizal yang hari ini terlihat sangat rapi. Dia menggunakan kemeja biru slim fit, celana bahan berwarna hitam dan juga sepatu pantofel. Untung saja aku tidak jadi menggunakan atasan berwarna biru, batin Leeandra yang saat ini menggunakan blazer, kemeja merah muda dan rok hitam selutut.

"Saya yakin kamu pasti bisa, Leeandra. Semangat!" Begitu kata Pak Rizal saat Leeandra akan masuk ke dalam ruangan. Andai saja aku tidak sebodoh itu, tentu hari ini akan menjadi hari yang indah untukku sesalnya di dalam hati sembari meremas tangan di saku celananya.

"Terima kasih, Pak," jawab Leeandra lengkap dengan senyum manisnya.

Setelah itu, Leeandra mengetuk pintu dari ruangan yang sudah dimasukin terlebih dahulu oleh Prof. Yanto, Prof. Rahmat, Prof. Imam, dan Pak Mario. Begitu dipersilakan, Leeandra segera masuk dan sidang thesis pun dimulai. Dengan sangat tenang, Leeandra mulai mempresentasikan isi dari thesis yang telah ditulisnya. Berawal dari tujuan dari penelitiannya lalu dilanjutkan dengan seluruh teori ilmiah yang mendukung serta metodologi penelitian yang dipilihnya.

Ketegangan yang dirasa Leeandra semakin memudar tatkala melihat keempat dosennya itu mengangguk-anggukkan kepala pada setiap kalimat yang diucapkannya. Memang bukan Leeandra namanya kalau dia tidak bisa memukau orang lain dengan isi kepalanya.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Where stories live. Discover now