I don't blame you for being with her, I just don't like her too much (1)

4.7K 674 17
                                    

JUNGKOOK


Tiga hari setelah kejadian aku menghilang, Taehyung tiba-tiba ada di balkon kamarku. Aku yang baru saja selesai makan malam terkejut melihatnya. Taehyung bilang ia ingin bermain denganku. Aku dan Taehyung senang sekali bermain game online. Permainan Overwatch adalah salah satu favorit kami. Sudah lama aku tidak bermain ini. Sejak aku menyusun tugas akhir, Overwatch dan game online lainnya mulai kutinggalkan.

Selesai bermain, Taehyung meminta maaf padaku lagi soal kejadian di sinema. Percayalah, aku sudah memaafkannya. Untuk menebus kesalahannya, Ia mengajakku menonton lagi hari senin besok, sore hari setelah ia bertemu dengan dosen pembimbingnya. Akupun mengiyakan, tidak ada salahnya menerima tawaran permintaan maaf itu. Kami akan berangkat secara terpisah, karena Taehyung berangkat dari kampus dan aku dari rumah.



Esoknya, aku sudah siap untuk pergi ke sinema. Aku memakai jeans hitam dan hoodie berwarna kuning pucat. Aku sedikit berdandan dengan mengoleskan lipbalm juga bedak. Aku sampai duluan di sinema, lalu menghubungi Taehyung. Taehyung akan sedikit terlambat karena baru saja selesai dari urusannya.

Seseorang memanggilku dari belakang. Aku menoleh dan melihat Taehyung datang menggandeng seorang gadis. Dia pasti Lee Sora, kekasihnya. Aku tidak tahu kalau Taehyung akan membawanya juga. Dan aku juga tidak tahu kalau ia sudah memesan tiket secara online.

Kami berkenalan. Taehyung dulu sering curhat soal gadis ini padaku. Menurutku, Taehyung pantas mendapatkannya. Ia cantik—dari luar—modis, dan juga sangat lembut dalam tutur kata. Berbeda sekali dengan aku yang mengumpat sesukanya. Sora terlihat seperti Seokjin, ramah dan anggun. Sepertinya ini adalah selera para lelaki Kim samping rumahku.

Seperti biasa, aku pergi ke konter snack dan memesan minuman. Taehyung mengikutiku dan memesan popcorn. Saat aku akan membayar, Taehyung mencegatku. Katanya biar ia semua yang tanggung. Aku bersikeras untuk membayarnya, bagaimanapun juga Taehyung sudah membeli tiket dan makanan. Aku mengalah, Taehyung itu berkepala batu kalau soal begini.

Kami duduk di barisan bangku C bagian tengah. Ini adalah barisan bangku favorit kami, tapi kini menjadi favorit Sora juga. Taehyung duduk diantara para gadis. Selama film diputar, Sora bersandar pada bahu Taehyung. Meskipun bahu kanan Taehyung kosong, aku tidak mungkin akan melakukannya. Selama film diputar juga, Sora menunjukkan hal yang protektif. Mulai dari memeluk Taehyung sampai ke kamar mandi saja minta diantar. Kekanakan sekali.

Aku muak melihat kemesraan antara mereka. Taehyung memang terlihat biasa saja, menikmati film yang diputar. Akan tetapi sikap yang ditunjukkan Sora membuatku ingin muntah. Jika ditanya apakah aku cemburu, aku akan mengangguk. Aku berdiri keluar teater dan Taehyung menoleh. Ia bertanya aku mau kemana, kubilang aku akan membeli snack. Film akan berakhir dalam tiga puluh menit, tapi aku sudah tidak kuat berada di dalam.

Aku keluar dan kembali menuju konter snack. Menunggu snack yang kubeli dihangatkan dalam microwave. Dua buah sosis ukuran sedang dipadukan dengan French fries. Aku tidak akan kembali kedalam. Cukup diluar saja aku mau menikmati makananku.

Film sepertinya sudah selesai. Aku menyeruput cola yang baru kubeli lalu Taehyung datang menghampiriku. Taehyung malah mengambil cola milikku dan meminumnya. Aku mengumpat pada Taehyung, memukulnya hingga ia mengaduh kesakitan. Wajah Sora yang melihat kedekatan kami berubah menjadi masam. Ia tak habis akal, menggandeng tangan Taehyung dan merengek untuk pergi ke tempat makan. Manja sekali. Kupikir Sora adalah gadis dewasa, ternyata dugaanku salah.

Taehyung mengajakku makan, tapi aku menolak. Ia memaksa tapi aku bilang kalau Bambam akan menemuiku di restoran cepat saji yang berjarak dua blok dari sinema. Akupun pergi meninggalkan mereka berdua. Sebenarnya, Bambam hanya aku jadikan alasan agar aku terlepas dari Taehyung. Karena nyatanya Aku langsung pulang kerumah menggunakan bis.

Rasanya aku ingin mengumpat pada Sora. Gadis itu tidak pantas untuk Taehyung yang dewasa dan penuh pengertian. Gadis itu masih terlalu manja untuk ukuran seorang mahasiswi.  Sifatnya sangat jauh berbeda dengan penampilannya. Entahlah, entah itu memang sifatnya atau ia hanya berlaku seperti itu saat ada aku. Tapi melihat Taehyung yang sangat bahagia bersamanya membuatku urung untuk tidak merestui hubungan mereka. Sudah kubilang, apapun yang membuat Taehyung senang, akupun dengan senang hati akan melakukannya.

Sepertinya, ini adalah waktuku untuk melupakan perasaanku pada Taehyung. Dan juga untuk tidak berurusan lagi dengannya.

***

Ini sudah dua minggu aku mencoba menghapuskan bayang-bayang Taehyung dari pikiranku. Selama itu juga, aku menghindarinya. Aku menutup semua akses yang mengarah ke kamarku dari balkon, bahkan gordennya tidak pernah kubuka sehingga Taehyung tidak jadi melompat. Taehyung masih suka pergi ke rumahku. Tapi saat kutahu dia datang, aku langsung pura-pura tidur. Hal itu membuatnya kembali lagi ke rumahnya.

Ini juga sudah dua minggu aku menunggu wawancara kerjaku. Tahap wawancara adalah tahap terakhir, jika aku lolos maka aku akan langsung bekerja. Aku melamar pekerjaan di sebuah perusahaan properti. Mereka berencana akan membangun real estate di bagian timur kota. Aku sangat menantikan ini, karena sebentar lagi ibuku akan pension dan Wonwoo juga akan memliki keluarga baru. Somi masih kuliah dan akulah yang harus menanggungnya, sama seperti apa yang dulu Wonwoo lakukan padaku.

Ibuku menyuruhku untuk berbelanja pakaian bersama Wonwoo. Aku sadar kalau aku tidak punya baju untuk wawancara. Meskipun aku punya banyak pilihan kemeja polos dan celana bahan, tapi setidaknya aku juga harus memakai setelan formal dengan rok seperti yang dimiliki Wonwoo.

Aku dan Wonwoo akan bertemu pukul enam sore di pusat perbelanjaan. Wonwoo sebenarnya selesai bekerja pukul lima, tapi ia butuh tiga puluh menit perjalanan untuk sampai kesana. Belum lagi kalau ditambah kepadatan lalu lintas di jam pulang kerja.

Aku sudah memesan taksi online dan akan menunggu di teras. Saat aku membuka pintu, Taehyung baru saja membuka pagar rumahnya. Ia tersenyum padaku, lalu ia bilang ada sesuatu yang akan ia berikan. Sembari Taehyung memaskukkan motornya, aku berjalan ke depan rumah Taehyung.

"Jung, pokoknya kau harus datang. Ini aku dapatkan spesial dan aku nyaris kehabisan. Jangan sampai kau lupa, aku akan jadi bintangnya!" Aku awalnya tidak paham apa yang dimaksud karena ia mengatakannya sembari mengacak-ngacak isi ranselnya. Kemudian ia menyodorkan dua buah tiket VIP final liga basket antar universitas. "Kau bisa datang dengan siapapun. Ajaklah Somi, kudengar ia sedang menyukai salah satu anggota timku."

"Aku—"

"Okay, tandai kalendermu sabtu tanggal tiga. Ini adalah pertandingan terakhirku bersama tim, Jung! Kau harus liat laga terakhir kapten Tae!" Baru saja aku akan menolak ajakan ini, tapi Taehyung begitu semangat memintaku untuk hadir. Taehyung memang memainkan semua olahraga, tapi diatas semua itu, basket adalah pilihan utamanya.

"Baiklah, aku datang!"

"Yes!" Taehyung mengepalkan tangannya keatas. Ia terlihat sangat senang dan berlalu masuk ke rumahnya bersamaan dengan datangnya taksi online pesananku.

Percayalah, jika bukan karena hal ini membuat Taehyung bahagia, aku tidak akan melakukannya.

****

TBC


ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang