give me an interlude to my pathetic intro

4.6K 660 57
                                    

JUNGKOOK


Hari minggu ini aku bangun pukul sebelas. Ibuku sepertinya tidak membangunkanku seperti hari-hari kemarin. Semalaman aku menangis. Terlalu banyak yang harus aku sesali hingga aku ingin sekali menangis. Aku sudah menahannya sejak aku menunggu Somi keluar dari arena. Somi tidak tahu tentang hal ini. Ibuku datang ke kamarku pukul sebelas malam dan terkejut melihatku menangis. Aku tidak bisa cerita apapun karena lidahku tiba-tiba kelu. Untungnya, ibuku tidak bertanya apapun dan hanya mengelus punggungku. Semalaman aku berada dalam dekapan ibuku hingga aku tertidur.

Setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku turun ke lantai bawah. Ibuku sedang di dapur dan Somi sedang menonton serial di televisi. Ibuku menoleh dan tersenyum padaku. Aku memeluk ibuku dari samping dan meletakkan kepalaku di bahunya. Ia mengecup kepalaku dan mengelusnya. Ibuku bertanya apakah aku baik-baik saja lalu jawabanku hanya mengangguk.

Ibuku menyuruhku untuk makan, tapi aku tidak berselera. Bukan karena masakan ibuku tidak enak—ini adalah masakan terlezat di dunia—hanya saja aku masih dalam keadaan melow yang tidak menginginkan apapun. Bel rumahku berbunyi, ibuku menyuruhku membukakan pintu. Terlihat seorang lelaki yang wajahnya tidak asing memakai jaket varsity. Dia bilang, dia bernama Jackson dan ingin bertemu Somi. Aku jadi teringat seseorang bernama Jackson yang tinggal di perumahan dekat tempatku wawancara kerja. Jackson duduk di ruang tamu, lalu Somi datang. Mereka berdua langsung pergi, membuatku bertanya-tanya.

"Jackson, seseorang yang disukai Somi. Dia satu klub dengan Taehyung. Adikmu sudah besar, Kookie." Ibuku tiba-tiba muncul dari belakang. Somi pernah berkata soal Jackson, juga meneriakkan namanya saat pertandingan semalam. Ku kira Somi hanya menjadi penggemarnya. Ternyata Jackson menanggapinya dan berkencan dengan Somi. Ya Tuhan, kapan aku bisa seperti Somi?

"Aku turut bahagia. Semoga saja Jackson lelaki yang baik untuk Somi." Kataku pada ibu. Ibu hanya menggangguk, lalu merangkulku ke ruang tengah.

"Jadi, apa putri Ibu siap untuk bercerita pada Ibu soal semalam?" Tidak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk. Ibuku tidak pernah tahu soal aku menyu—mencintai—Taehyung. Aku tidak pernah cerita soal itu. Hanya Wonwoo yang tahu. Wonwoo menertawaiku saat kubilang aku jatuh cinta pada Taehyung, lalu berkata padaku kalau ia akan bilang pada Taehyung. Tapi itu tidak pernah terjadi.

Ibuku mendengarkan apa yang terjadi padaku. Aku bercerita dari awal, dari mulai aku sekolah menengah atas. Akupun cerita soal ciuman ku di prom. Ibuku kaget—tentu saja—tapi itu adalah hal yang sudah berlalu. Aku juga menceritakan soal Taehyung yang kini bersama Sora. Dan aku juga bercerita kalau aku masih tidak bisa melupakan perasaanku dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Taehyung.

Setelah cerita selesai, ibuku memelukku lebih erat. Aku menangis lagi—katakanlah aku cengeng. "Sebenarnya, ibu sudah tahu kalau kau menyukai Taehyung." Ibuku tahu? Ini pasti Wonwoo yang bilang pada Ibu. "Ibu tahu dari gerak-gerikmu sayang. Tatapanmu sangat mendambanya. Kau juga sangat memujanya, apalagi saat dulu Taehyung dapat medali emas di pekan olahraga. Dan, Ibu tidak sengaja membaca bukumu saat ibu beres-beres kamarmu. Maafkan ibu membacanya."

Astaga! Buku aku baru ingat soal diari ku yang tidak sempat kuselamatkan dan kubawa ke luar negeri. "Bu, aku harus bagaimana?" Aku menyamankan kepalaku di pundak ibuku. Rasanya hangat.

"Jungkookie, ibu tahu kalau kau sudah berusaha sayang. Lepaskanlah, jika itu membuatmu sakit hati. Lepaskan, karena mencintai bukan hanya soal memiliki, tapi juga merelakan. Mencintai adalah membuatmu merasa bahagia. Jika mencintai membuatmu selalu terluka, maka lepaskan. Karena melihat seseorang yang kau cintai bahagia adalah salah satu cara mencintai."

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang