even in the midst of uncertainty , let's fix you and me

3.6K 482 35
                                    

TAEHYUNG

Somi mengirim pesan padaku kalau Jungkook sudah bangun. Bagus. Aku harus memaksimalkan kesempatan ini untuk berlutut di kakinya. Somi juga bilang kalau Jungkook sudah makan malam. Hatiku lega, setidaknya Jungkook sudah makan dan tidak kelaparan. Tapi, Somi juga bilang kalau Jungkook berkata pada Jeon Imo kalau ia membenciku.

Haish, aku mulai frustasi.

Aku mengetuk pintu rumah Jeon Imo. Samar terdengar suara seseorang dari dalam. Wonwoo membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Calon kakak iparku itu sepertinya memotong rambutnya menjadi sedikit lebih pendek dari kemarin. Aku duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu. Memerhatikan foto-foto terpajang di ruang tamu yang sepertinya bertambah satu. Ya, foto prewedding Wonwoo dan Mingyu tertempel disana.

"Jungkook, ada tamu!" Wonwoo berteriak pada Jungkook sambil masuk ke dalam. Kebiasaannya tidak pernah berubah.

"Yaaa—" Itu suara Jungkook. Ah, aku jadi rindu.

Ruang tamu dan ruang keluarga Jungkook terpisah oleh kabinet besar berisi piring-piring antik dan beberapa souvenir dari berbagai tempat. Juga ada beberapa piala dan medali yang pernah didapatkan Somi saat sekolah dulu. Setelahnya, ada tirai pembatas yang dibuat dari manik-manik berwarna ungu dan merah muda.

"Mau apa?" Jungkook datang saat aku sedang memerhatikan salah satu souvenir yang dibawa Jungkook dari London.

"Kookie, aku—"

"Cepat katakan. Aku mengantuk." Katanya sambil bersidekap. Jungkook masih memakai kemeja yang tadi pagi ia pakai dan celana pendek sebatas paha. Paha sekalnya terpampang jelas di depan mataku.

"Aku—aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku—" Aku memulai untuk berlutut di hadapannya. Aku mengambil tangannya dan mulai memohon. Sejujurnya ini memalukan, tetapi aku tidak peduli. Lebih baik daripada aku tidak dapat kata maaf darinya.

"Katakan sesuatu yang membuatku memaafkanmu." Mataku melihat matanya, tapi pandangannya tidak melihatku dan sedikit kosong. Sial, sial, sial. Bodoh sekali diriku hari ini sudah mengecewakannya.

"Okay, aku akan jelaskan semuanya. Tapi tidak hari ini—" Mulut sialan!

"Lalu kapan? Sampai kau menikah dengan wanita itu?" Jungkook menyentak tanganku. Astaga, aku sungguh tidak tahu harus berkata apa.

"Kook, bukan seperti itu." Aku meraih tangannya. Menahan dirinya yang sudah akan masuk ke dalam.

"Lalu seperti apa? Pulanglah Taehyung, aku mau beristirahat. Selamat malam." Jungkook melepaskan tanganku sedikit kasar. Ya, aku berhak menerima ini. Tapi aku senang, setidaknya Jungkook mengucapkan selamat malam padaku. Semoga saja aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Aku melihat dirinya masuk ke dalam dan naik ke tangga. Somi dan Wonwoo melihatku dari sofa ruang tengah. Dua kakak-beradik itu berjalan padaku. Wonwoo menarik tanganku lalu menyuruhku untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Ini adalah sesuatu yang tidak terduga juga olehku. Kepala Jungkook sedang panas malam ini. Ia juga sempat bercerita pada ibu saat makan malam—aku dan Somi ikut menguping. Sebaiknya kau pulang, dinginkan kepala kalian. Jungkook tidak akan marah lama-lama pada seseorang. Apalagi dengan alasan yang sangat logis, ia pasti memaafkanmu."

"Ini salahku. Sial, Wonwoo aku tidak tahu harus apa. Aku hanya ingin hari pernikahanmu cepat datang."

"Dua hari lagi. Jungkook sangat mencintaimu, kau tahu? Saat kau pergi waktu itu, Jungkook selalu uring-uringan kalau kau lama membalas pesannya." Aku tahu ini. Bahkan saat aku sedang rapat—dan mematikan ponselku—ada puluhan panggilan tak terjawab darinya.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang