not your typical gossip girl

3.9K 607 56
                                    

hey, ada yang menunggu?

JUNGKOOK

Sepertinya aku bangun pukul sembilan. Aku tidak tahu ini pukul berapa karena tidak ada ponsel atau jam di sekitarku. Sinar matahari yang masuk lewat jendela kamar sudah meninggi seolah membutakan mataku. Aku masih enggan beranjak dan setia bergelung di dalam selimut. Selimut ini berbulu angsa dan hangat, berbeda dengan milikku yang berbahan wol. Bantalnya juga sangat empuk. Aku tidak tahu ini dari apa, tapi kuyakin ini pasti berhaga mahal. Mataku berkeliling. Kamar serba putih ini sangat nyaman untuk ditiduri. Yoongi mengijinkanku untuk menetap di apartemennya. Ini sudah dua hari aku belum pulang ke rumah. Entahlah, aku masih ingin mengasingkan diri. Yoongi sangat baik padaku. Dua hari ini aku memakai bajunya, bahkan aku dibelikan disposable panties untuk berganti. Jimin sampai ingin membelikanku sepasang di VS, tapi aku menolak. Itu berharga mahal dan aku belum bisa menggantinya.

Malam itu, aku hanya mengingat kalau sebuah mobil merah nyaris menabrakku. Lalu keluar Jimin dan Yoongi. Aku meminta Jimin untuk membawaku kemanapun, tapi jangan ke rumah. Rumah akan mengingatkanku pada Taehyung dan aku sangat tidak ingin untuk bertemu dengannya saat ini. Kemudian yang ku ingat adalah aku menangis di pelukan Yoongi. Aku tidak bisa berkata apapun, hanya terisak lalu tertidur karena lelah menangis. Aku meminta Jimin untuk memberitahu ibuku agar tidak khawatir, bilang kalau aku bersamanya di apartemen kekasihnya.

Aku mengabaikan semua orang dua hari ini. Hanya Jimin dan Yoongi yang aku ajak bicara. Meskipun aku tidak membawa ponsel, ada Jimin yang memberitahuku kalau banyak orang yang mencariku—terutama Taehyung. Aku hanya berharap kalau lelaki itu menyadari apa yang terjadi sesungguhnya. Beruntung kali ini aku tidak ada pekerjaan kantor yang kubawa pulang. Jadi aku tidak khawatir sama sekali soal itu.

Pintu kamar terbuka. Yoongi datang membawakanku nampan berisi teh jahe hangat dan biskuit. "Kau sudah baikan?" Aku bangun dan duduk di kasur. Yoongi meletakkan nampannya di meja samping ranjang. Aku mengangguk. Aku sudah baikan—menurutku.

"Terimakasih sudah menampungku dua hari ini. Aku—aku pasti sangat merepotkan. Aku—"

"Shh, sudahlah. Selama itu membuatmu nyaman, aku tidak keberatan." Aku melihat Yoongi tersenyum. Senyumannya sangat menawan. Yoongi hari ini masih sama seperti Yoongi yang disukai Taehyung enam tahun lalu. Hanya saja kini ia bertambah cantik dan menawan—juga sangat keibuan. Yoongi sudah bekerja sebagai pemain harpa dalam orchestra. Ini sebuah fakta baru bagiku. Selain itu, juga ia masuk dalam sebuah label rekaman sebagai pianis pengiring. "Aku sudah memasak, kau mau makan sekarang atau nanti? Jimin akan datang juga sebentar lagi."

"Uhm, apa kau sudah makan?" Yoongi menggeleng. "Baiklah, aku makan kalau kau juga makan." Aku bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Aku perlu membersihkan diri.

Jimin datang bersamaan dengan aku keluar dari kamar mandi. Kami langsung brunchbreakfast and lunch. Yoongi hari ini memasak bulgogi. Ia juga menggoreng mandu. Masakan ini kedua terlezat setelah masakan ibuku. Jimin sungguh sangat beruntung mendapatkan Yoongi. Saat makan, aku meminta izin untuk pulang. Aku ingat besok aku masih harus masuk kerja. Yoongi memintaku untuk menginap selamam lagi, tetapi aku menolak. Yoongi berpesan kalau aku harus sering-sering meginap di apartemennya. Setelah brunch, Jimin mengantarku kembali ke rumah.

Turun dari mobil Jimin, aku melihat Seokjin dari kejauhan sedang berjalan membawa sebuah kantung. Seokjin yang sepertinya baru pulang berbelanja langsung menghampiriku. Ia memelukku erat—sebelumnya menyerahkan kantungnya pada Jimin—dan menanyakan keadaanku. Ia membawaku masuk ke rumahku dan ibuku langsung membuka pintu. Ibuku langsung menerjangku. Wonwoo dan Somi juga mendekat, lalu membawaku ke ruang tengah.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang