the moon rising up, the sun setting down

3.7K 551 35
                                    

JUNGKOOK



Eunwoo mengantarku pulang seperti biasa. Aku pulang larut karena rapat dadakan. Sebelum sampai rumah, Eunwoo mengajakku untuk membeli jajanan tenda sekitar kantor. Eunwoo bilang, ada kedai jajanan langganannya yang hanya terpisah beberapa gedung.


Aku berjalan bersama Eunwoo menyusuri jalanan. Sepanjang kami berjalan, Eunwoo bercerita tentang dirinya yang aku tidak tahu. Aku baru tahu kalau dulu Eunwoo adalah presiden mahasiswa di kampusnya. Eunwoo juga pernah melakukan pertukaran pelajar ke Jerman selama satu semester. Aku baru tahu kalau Eunwoo mempunyai tiga kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Aku juga baru tahu kalau Eunwoo alergi pada udang dan takut ketinggian.


Suhu bulan November mulai membekukan udara disekitarku. Aku mengeratkan jaketku. Aku lupa tidak memakai kaus tangan, padahal biasanya aku menaruhnya di tasku. Eunwoo yang melihatku menggosokkan tanganku tiba-tiba mengambil tangan kiriku. Tangan kecilku digenggam olehnya dan ia mengeratkannya. Ini membuatku sedikit hangat dan membuatku tersipu—lalu merona. Semoga Eunwoo tidak melihat wajahku yang mungkin sudah semerah tomat. Eunwoo kemudian memasukkan genggaman kami ke dalam saku jaket coklatnya, membuat jarak diantara kami makin terkikis.


"Bersandarlah, jika kau itu membuatmu lebih hangat."



Ah, Eunwoo. Aku malu.

Aku memberanikan diri untuk bersandar di bahunya. Ini nyaman, aku menyukainya. Tinggi badanku pas sekali dengan tinggi badannya. Sudah lama aku tidak bersandar pada bahu lelaki sepert ini. Terakhir kali aku merasakannya adalah saat-saat sebelum aku ujian tingkat akhir sekolah—dengan Taehyung. Adegan seperti ini membuat malamku makin menghangat. Perlakuan Eunwoo malam ini membuatku merasa seperti kami adalah benar-benar sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.


Dan ku akui, akupun mulai jatuh hati pada seorang Cha Eunwoo.


Setelah mendapat dakkkochi dan eomuk juga teh hijau hangat kami langsung kembali ke kantor karena mobil Eunwoo masih di basement. Kami memang berencana untuk menyantapnya di mobil sebagai teman perjalanan. Eunwoo mengantarku ke rumah hingga selamat, tetapi jantungku tidak. Eunwoo hari ini sukses membuat jantungku aerobik.


"Kau akan mampir?"

"Sepertinya tidak. Ini sudah larut, aku juga harus mempersiapkan presentasi untuk besok." Saat aku membuka sabuk pengaman, Eunwoo menyandarkan bahunya ke kursinya dan menghadap ke arahku.

"Hey—"

"Uhm, ya?" Aku berbalik ke arahnya. Duduk menyamping mengahadap padanya sambil bersandar pada kursi. Terjadi keheningan untuk beberapa saat diantara kami.

"Hari-hariku di Korea sudah tinggal beberapa hari lagi. Aku—yah kau tahu aku akan kemana." Eunwoo sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia masih menahannya.

"Ya, aku tahu. Katakanlah sesuatu."

"Jung, aku—uh, aku ingin mengahabiskan hari-hari terakhirku di Korea. Aku masih ingin berjalan-jalan. Aku masih ingin ke Lotte World. Aku masih ingin ke sinema. Aku juga ingin makan seafood atau jajanan tenda lagi. Tetapi, aku hanya ingin melakukan itu hanya bersamamu. Maukah kau mengabulkannya? Membuatnya menjadi nyata?" Mata Eunwoo mengunci mataku. Tatapan Eunwoo penuh dengan pengaharapan. Aku tidak bisa melakukan apapun selain mengangguk.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang