blow all the secret buried inside

4.2K 591 19
                                    

JUNGKOOK

Pernyataan Taehyung malam itu sebenarnya tidak begitu menyakitiku. Hal itu setidaknya membuatku senang karena kami saling menyayangi—meskipun dalam konteks yang berbeda. Pagi ini juga Taehyung mengantarku ke kantor lagi. Penampilannya terlihat berbeda, rambutnya yang biasanya menutupi dahi, kini disibak ke atas dengan pomade. Ia juga membawa mobil Seokjin, bukan skuter Piaggio-nya. Taehyung bilang ia akan pergi ke kantor perusahaan konsol game yang berada beberapa blok dari gedung kantorku. Aku sebenarnya sedikit merasa canggung, tetapi Taehyung terlihat mengganggap semua baik-baik saja.

Perusahaan konsol game itu menerima proposal penelitian Taehyung saat tugas akhir kemarin. Taehyung mendapat dana penelitian dari sana dan hari ini ia akan melakukan presentasi hasil tugas akhir di depan para pengembang. Taehyung sesungguhnya sudah lulus kuliah, tinggal menunggu jadwal wisudanya datang. Universitasnya hanya mengadakan wisuda satu tahun empat kali, jadi Taehyung harus menunggu sebulan lagi untuk wisuda.

Setelah mendapat bagel dan kopi, aku langsung menuju parkiran dimana Jaebum sudah menungguku. Aku akan mengunjungi proyek hari ini bersama Jaebum dan Youngjae. Seharusnya Rose ikut, tetapi ia sudah mulai cuti karena besok ia akan menikah. Rose akan menikah di hari kamis. Rose meminta kami untuk menjadi bridesmaid-nya. Rose memilih hari esok karena menurut perhitungan kakek-neneknya itu merupakan tanggal yang baik. Sebenarnya esok masih hari kerja, tetapi kantor—sebenarnya Eunwoo—mengizinkan kami untuk menghadiri pernikahan.


***


Pernikahan Rose berjalan lancar dan hidmat. Aku dan Jisoo kini sedang berganti gaun untuk acara malam. Sedari tadi, aku dan Jisoo memakai gaun serba putih, dengan mahkota bunga di kepalaku. Setelah memoles lagi riasan di wajahku, kami pergi ke ballroom. Rose dan suaminya terlihat sangat bahagia, gaun malamnya simple tapi tetap menunjukkan bahwa dialah ratu acara ini. Teman-teman satu divisi baru hadir pukul tujuh. Mereka datang bersamaan, lalu bergabung bersamaku dan Jisoo.

Disini banyak sekali makanan manis dan juga bir dengan alkohol rendah. Aku beranjak ke tenda makanan. Eunwoo tiba-tiba berdiri di sampingku saat aku akan mengambil kudapan. Ia terlihat tampan dengan setelan jas berwarna beige dan kemeja putih. "Jadi, yang mana yang lezat dan jadi favoritmu?" Eunwoo terlihat sedang bingung memilih camilan apa yang harus ia cicipi.

"Aku suka semuanya, tapi sekarang aku memilih panna cotta."

"Baiklah." Ia mengikutiku mengambil panna cotta dengan irisan strawberi. Eunwoo bertanya hasil kunjungan hari ini ke proyek. Kubilang semuanya berjalan lancar, hanya saja ada keterlambatan dalam pengiriman bahan baku dari Daegu.

Aku melihat pasangan pengantin mulai memasuki lantai dansa. Mataku tidak bisa berpaling dari mereka berdua. Betapa bahagianya Rose hari ini. Aku tiba-tiba teringat akan dansa pertama dan terakhirku—prom bersama Taehyung. Pembawa acara mulai mempersilahkan para tamu untuk ikut turun ke lantai dansa. Semua tampak bahagia, syahdu juga sangat—romatis. Alunan At Last milik Etta James dari band pengiring menuntun langkah para pedansa.



"Nona Jeon, maukah kau berdansa denganku?"


Eunwoo tiba-tiba mengulurkan tangannya. Tangan anak Zeus memintaku untuk berdansa dengannya. Aku tidak tahu dorongan dari mana, tapi aku menerimanya. Membuat beberapa pasang mata melirik ke arah kami. Eunwoo meletakkan tangannya di pinggangku. Kami bergerak mengikuti alunan. Mata kami saling bertemu. Maniknya menatapku serius. Mataku seolah tenggelam dalam tatapannya. "Jung, kau cantik malam ini."

Aku berputar dan kembali padanya. "Ah, terimakasih." Aku tersanjung.

Kami melanjutkan gerakan ke kiri dan ke kanan. Ia mendekatkan wajahnya padaku. Aku gugup. Aku hanya takut apa yang dulu Taehyung lakukan terjadi lagi, karena aku belum siap jika itu adalah Eunwoo. Eunwoo mendekatkan badannya padaku, lalu bibirnya berada di samping telingaku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya mengenai leherku. Tidak ada percakapan diantara kami. Hingga Eunwoo memecah keheningan.


"Jung, sepertinya aku menyukaimu."


Ini membuatku terkejut. Aku tidak tahu harus berbuat apa, juga berkata apa. Aku menundukkan wajahku. Wajahku sepertinya sudah semerah tomat. Aku berterimakasih kepada musik yang berhenti setelah Eunwoo mengatakan itu. Kami saling membungkukkan badan memberi hormat—seperti yang lainnya lakukan. Jaebum langsung menghampiri kami, lalu merangkulku dan juga Eunwoo.


"Oh, Bung! Kalian sangat serasi tadi! Kalau ini adalah prom, kalian sangat cocok untuk menjadi raja dan ratunya." Jaebum menggiring kami ke tempat rekan yang lain berada. "Jadi, kapan kalian akan menyusul Rose?"


Tuhan, berikan aku kekuatan untuk melenyapkan Lim Jaebum sekarang juga.



***


Eunwoo menghubungiku pagi-pagi sekali. Ia memintaku menemaninya bertemu salah satu dewan direksi yang kemarin hadir saat rapat di Ilsan. Eunwoo juga memintaku untuk berpakaian yang santai dan kasual, karena hari ini kami akan pergi ke pertandingan di Korea Open. Dong Youngbae meminta Eunwoo untuk menemuinya di tribun saat pertandingan antara Sarapova melawan Williams.

Aku membuka pintu rumah saat terdengar suara mobil Eunwoo. Eunwoo keluar dari mobilnya lalu menyapa ibuku. Ia memakai kaus polo berwarna coklat terang dan celana putih. Sepatu putih-abunya mendukung gayanya hari ini. Setelah berpamitan, kami langsung melesat ke Olympic Park. Ini adalah pertama kalinya aku menonton pertandingan tenis lapang yang pemainnya adalah bintang kelas dunia. Sebelumnya, aku hanya pernah melihat teman satu jurusanku Wendy bertanding melawan Nancy saat kuliah dulu.

Tiket sudah di reservasi oleh Tuan Dong, kami hanya tinggal masuk saja dan duduk di tribun VIP. Pertandingan sudah dimulai sejak pukul sebelas dan aku sudah kepanasan di bangku tribun. Eunwoo tiba-tiba pergi meninggalkanku, lalu kembali membawa topi untukku. Aku berterimakasih padanya dan ia hanya tersenyum. Eunwoo tidak menyinggung soal kemarin malam. Ia bersikap profesional padaku karena hari ini menyangkut malasah pekerjaan, bukan pribadi.

Tuan Dong datang beberapa saat sebelum babak kedua pertandingan dimulai. Kami mulai berbincang dengan pembicaraan ringan. Tuan Dong sangat ramah, beliau membelikan kami cola dan camilan saat gadis penjual keliling melewati tribun. Aku melihat Sarapova di depanku sedang pemanasan untuk babak ketiga. Ia sangat menawan, meskipun peluhnya mengalir daari pelipis dan tubuhnya sangat altetis. Idaman para lelaki yang berada di tribun.

Aku mengedarkan pandanganku ke arah yang lain. Berharap kalau aku bertemu seseorang yang aku kenal dipadatnya tribun. Setidaknya aku bisa sedikit pamer kalau aku duduk di tempat VIP dan gratis. Aku menangkap seseorang yang kurasa familiar diingatanku, duduk di tribun yang lebih bawah dariku. Seorang gadis dengan baju polo berwarna putih dan sun hats berwarna pink. Ia juga memakai kacamata hitam dan sedang menoleh ke samping, ke arah lelaki yang memakai polo biru tua. Gadis itu kemudian bersandar di bahu sang lelaki, lalu lelaki itu merangkulnya erat. Aku teringat siapa gadis itu, itu bukannya seperti—

"Oiya, Eunwoo. Itu Seunghyun, anak bungsuku." Suara Tuan Dong mengalihkan pandanganku. Tuan Dong kemudian menunjuk lelaki-polo-biru-tua yang sejak tadi aku perhatikan. "Ia akan mengurus cabang yang ada di Jepang."

"Ah, begitu—"

"Ia baru saja menyelesaikan studinya di Jepang. Beberapa minggu lagi ia akan menikah, ku harap kau dan Nona Jeon hadir dalam pernikahannya." Tuan Dong tersenyum bangga pada kami. "Dan itu tunangannya, Sora, yang memakai topi merah muda."

—Lee Sora? 

****

TBC dulu ah 

voment jangan lupa :>:>

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang