if nothing is going well, call your grandmother (3)

4K 522 20
                                    



JUNGKOOK


Masakanku bersama Nenek dan Seokjin telah selesai. Aku sangat senang Nenek mengajari kami memasak banyak makanan. Mulai dari makanan berat kesukaan Namjoon dan Taehyung hingga camilan yang selalu Nenek jadikan oleh-oleh untuk mereka. Aku membawa semua makanan ke ruang makan, sedangkan Seokjin masih membersihkan peralatan bekas memasak.


Kakek memuji masakan kami. Katanya ini sangat lezat. Aku dan Seokjin hanya menyengir karena sebetulnya Nenek yang memasukkan semua bumbu. Kami hanya bertugas untuk memotong dan menumis. Tetapi setidaknya aku senang. Aku jadi tahu apa yang disukai Taehyung. Mungkin nanti aku bisa mencobanya di rumah.


Setelah makan, Nenek mengajak aku dan Seokjin untuk menghias kue yang kami buat. Nenek tadi mengajari kami membuat cupcake dan kue jahe. Nenek senang sekali membuat kue-kue kering seperti ini saat natal. Dulu Nenek membuatnya untuk Taehyung dan Namjoon. Tetapi karena mereka sudah dewasa, jadi Nenek membagikannya pada anak-anak di sekitar rumah.


"Jinnie, cepatlah anakmu itu keluar. Nenek ingin melihat cicit. Semoga Nenek masih bisa melihatnya tumbuh berkembang dan Nenek bisa membuatkannya kue-kue ini." Aku melihat Seokjin. Matanya sedikit berkaca-kaca.


"Nenek—" Ia lalu memeluk Nenek. "Nanti Nenek akan melihat jagoan ini. Nenek sehat terus ya. Pokoknya kalau ada apapun Nenek langsung bilang. Aku ini dokter harus bisa menjaga Nenek." Nenek lalu mencium Seokjin dan mengelus perutnya.


"Kookie, sini sayang—" Uhm, aku tidak menyangka Nenek akan memanggilku juga. "Nanti baik-baik sama Taehyung. Nenek mau dapat cucu juga dari Kookie seperti Jinnie—" Nenek lalu memelukku juga. Aku tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya ini masih awal, tetapi Nenek sudah melihat yang lebih jauh. Aku merasa tersanjung Nenek menginginkan cucu dariku dan Taehyung. Kami bahkan belum menikah. "Cepatlah kalian menikah. Nenek bangga punya cucu secantik dan sebaik kalian. Nenek sayang kalian." Nenek memeluk kami berdua. Tiba-tiba saja aku menangis.


"Kookie? Kau menangis?" Ah, Seokjin memergoki air mataku yang turun di pipi.

"Ah, aku—aku merasa tersanjung dan—yang aku senang berada diantara kalian. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan seperti ini."

"Oh, Tuhan, adik iparku. Jangan menangis, Sayang. Kami menyayangimu."

Aku terseyum dan sedikit tertawa saat Seokjin memanggilku adik ipar. Ini seperti aku benar-benar akan menjadi bagian dari kehidupan keluarga Kim. Sejujurnya, aku masih merasa ragu dengan Taehyung. Entahlah, aku—aku bingung dengan hubungan kami. Kedekatan yang kurasakan masih sama seperti kedekatan kami saat masih sekolah dulu. Hanya menjadi sepasang sahabat. Meskipun Taehyung kemarin menyatakan cintanya padaku, tetapi aku masih bertanya-tanya apakah aku benar-benar kekasih Taehyung atau—apa?


"Nanti kalau anak kalian sudah besar, Nenek akan membuat kue jahe dan cupcake yang banyak!"



***



Malamnya, Kakek mengajak kami untuk makan di halaman belakang. Rumah ini sangat luas dengan halaman belakang yang sangat indah. Masih sangat-sangat asri, berbeda dengan halaman belakang rumahku yang hanya sepetak tanah dibatasi dengan tembok rumah tetangga belakang kami. Halaman belakang rumah nenek luas dengan kolam ikan yang juga besar. Ada dermaga kecil untuk menuju ke kolam.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang