I know I can treat you better than she can

4.4K 629 20
                                    

JUNGKOOK



Aku terbangun saat alarm di ponselku berbunyi. Semalam Taehyung memintaku untuk menemaninya, hingga aku ketiduran di ranjangnya. Tangan Taehyung memeluk pinggangku—secara teknis aku berada di pelukannya. Ini sesuatu hal yang langka terjadi sejak aku pulang dari luar negeri. Ini juga terlihat seperti Taehyung sedang berselingkuh bersama diriku—padahal kenyataannya tidak seperti itu. Aku terbuai—juga menikmati—momen ini, juga berharap kalau besok-besok setiap pagi hari akan seperti ini.

Tetapi itu mustahil terjadi.

Aku berbalik mengahadap Taehyung. Jemariku membingkai wajahnya. Wajah inilah yang selalu membuatku mabuk. Mabuk akan cinta yang tak pernah kupunya. Badannya masih panas. Handuk kompres di dahinya sudah jatuh entah kemana. Ia masih tertidur dengan damai. Aku tak tahu dapat keberanian dari mana, tapi jemariku sudah membelai bibir tebalnya. Aku merindu akan sentuhan bibirnya di bibirku.

Tidak Jung, jangan menciumnya. Bukan punyamu.





Aku kembali kepada kesadaranku yang lebih logis. Aku melepas rengkuhan Taehyung di tubuhku dan kembali ke rumah—melompat antar balkon. Membersihkan diri sebentar lalu pergi ke dapur. Ibuku sudah memasak. Ia juga membuat bubur dan sup untuk Taehyung. Taehyung menyukai bubur buatan ibuku, padahal menurutku rasanya hambar dan kurang micin. Ibuku bertanya soal keadaan Taehyung, lalu kubilang ia masih panas tapi baik-baik saja.

Ibu menyuruhku untuk membawa bubur dan obat untuk Taehyung. Saat aku masuk ke kamarnya, ia masih tertidur pulas. Dilihat-lihat, tidak ada yang berubah dari kamarnya. Poster Girls Generation yang ia beli saat masih sekolah masih tertempel di dindingnya, malah bertambah satu poster Tiffany. Piala dan sejumlah medali masih berada di lemari kaca, tapi jumlahnya sudah bertambah. Aku menunggu Taehyung sampai bangun sambil membaca draft skripsi miliknya yang sudah ada coretan dosen di dalamnya.




"J—Jung," Taehyung perlahan membuka matanya dan memegang kepalanya. "Pusing—minum."

Aku mengambil gelas yang telah kusiapkan. "Hey, makan dulu. Ibuku sudah membuat bubur untukmu. Lalu minum obat. Okay?" Taehyung mengangguk, kemudian aku membantunya untuk duduk. Aku mengambil nampan yang berisi bubur dan sup.

"Jung, suapi." Taehyung versi sedang sakit adalah Taehyung dalam mode manja. Akupun mulai menyuapkan sesendok demi sesendok bubur juga sup. Taehyung makan dengan lahap, bubur dan sup habis dalam sekejap. Setelah meminum obat, aku bertanya kenapa ia bisa hujan-hujanan semalam. "Bogum memintaku untuk mengirim file secepatnya. Jadi, apa boleh buat akupun menerobos hujan—astaga aku belum menelepon Bogum."

Aku mencari ponsel Taehyung di dashboard skuter. Dashboard sekuter Taehyung memiliki tutupan, sehingga tidak akan basah kalau kehujanan. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dari seseorang bernama Park Bogum di ponselnya—tetapi aku tidak menemukan satupun notifikasi dari kekasihnya. Sepertinya file ini sangatlah penting baginya. Taehyung menelepon Bogum lalu meminta maaf karena tidak mengirim file semalam. Bogum sepertinya memakluminya. Taehyung langsung membuka laptopnya dan mengirim file tersebut pada Bogum.



"Bagaimana kalau kau menelepon Sora agar ia menemanimu?" Kupikir, lebih baik Sora disini daripada aku saat Taehyung sedang sakit. Meskipun aku ingin bertahan disini lebih lama.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang