whether good beginning makes a good ending?

3.9K 551 11
                                    

JUNGKOOK


Beberapa hari berlalu, kehidupanku di kantor makin membaik. Gossip yang semula pasang seperti lautan sudah kian surut. Tidak ada lagi yang membicarakan aku, Eunwoo, dan ikatan diantara kami. Eunwoo akhir-akhir ini mulai sering menghubungiku, meskipun bukan soal kantor. Ia kerap kali bertanya apakah aku sudah makan dan juga mengirimkan stiker selamat malam sebelum aku tidur. Ini adalah awalan yang baik menurutku. Hal seperti inilah yang sebenarnya aku butuhkan untuk mengenal seseorang. Aku mengetahui segala hal tentang Eunwoo dari rumor yang beredar, tetapi untuk hal ini aku ingin menilainya sendiri.

Eunwoo juga memulai pendekatan dengan menjemputku setiap pagi dan mengantarku saat pulang kantor. Aku sebenarnya merasa ini adalah sesuatu yang merepotkan. Ingatkah kalau rumah Eunwoo dan rumahku itu jauh dan harus memutar kembali untuk sampai ke kantor? Aku sering kali merasa tidak enak padanya. Tetapi, Eunwoo tidak menerima penolakan. Jadi, apa boleh buat. Aku harus menghargai usahanya. Ibuku senang melihatku bersama berangkat ke kantor bersama Eunwoo—apalagi Somi yang merupakan fans Eunwoo. Tetapi tidak untuk Wonwoo karena ia merasa kehilangan teman seperjalanan. Ibuku bilang, aku telah bergerak lebih maju dalam hal percintaan. Ini memang sesuatu yang bagus untukku, agar tidak hanya Taehyung yang memenuhi pikiranku.



Seperti hari ini. Aku yang baru saja bangun tidur dikejutkan oleh sesosok lelaki memakai kemeja pendek biru muda dengan vest senada duduk di ruang keluargaku bersama ibu. Aku yang berniat untuk mengambil minum ke dapur langsung putar arah menuju kamar saat sudah sampai tangga. Eunwoo pasti melihatku yang berantakan dengan rambut asal dan piyama kusut—khas orang bangun tidur. Setelah aku siap untuk ke kantor, ibuku memanggilku untuk segera sarapan.

Eunwoo sudah duduk di meja makan. Ia duduk di kursi ayah—dimana Mingyu juga selalu duduk disitu. Wonwoo dan Somi juga sudah duduk di kursinya masing-masing. Ibuku lantas menyuruh Eunwoo memimpin doa. Ini adalah pemandangan yang sering kali aku impikan. Seseorang yang seakan menjadi pengganti sosok ayah bagiku. Dulu Taehyung juga sering duduk disana dan memimpin doa, tetapi berbeda rasanya dengan sekarang. Karena dulu Taehyung hanyalah bocah sekolah yang belum sedewasa sekarang. Setelah selesai makan, aku keluar duluan. Ternyata Taehyung ada di pintu depan. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya kali ini.

"Jung, uhm—mau berangkat bersamaku?" Oh, Taehyung yang malang. Andai kau memintanya sejak semalam, mungkin aku akan menyetujuinya.

"Tae, maaf. Aku akan berangkat bersamanya." Aku menengok ke belakang, ke arah dimana Eunwoo baru keluar dari rumahku bersama ibuku. "Uhm, kenalkan ini kepala divisiku, Cha Eunwoo." Mata tajam Taehyung mulai memindai Eunwoo dengan tatapan sedikit mengintimidasi. Oh, Tuhan ada apa dengan Taehyung?

"Kim Taehyung, sahabat Jungkook." Taehyung mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Eunwoo.

"Cha Eunwoo, senang bertemu dengamu."

"Jung, aku duluan." Tiba-tiba Taehyung mengusak rambutku. Tak tahukah Taehyung kalau aku susah payah mengurusnya pagi ini. Tatapannya lantas beralih pada Eunwoo. "Aku titip bayi besarku, Bung!" Heh, apa-apaan bayi besar. Kemudian aku berteriak pada Taehyung kalau aku bukan bayi. Eunwoo dan ibuku malah tertawa. Tetapi setelahnya, wajahku terasa panas. Wajah sialan, mengapa harus merona di depan Eunwoo!

Eunwoo membukakan pintu padaku. Perlakuannya padaku tetap sama seperti dulu-dulu saat ia menjemputku untuk ke Ilsan. Tetapi hari ini terasa berbeda. Eunwoo terlihat lebih—manis?

"Kau pasti melihatku tadi." Aku mencoba untuk membuka percakapan di perjalanan yang sepi ini.

"Melihatmu?"

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang