BAB 7

1.8K 188 7
                                    

"Kayaknya bakal hujan deh nanti sore," kata Aira.

Aira dan Gesang lagi menelusuri koridor sambil bergandengan menuju parkiran. Kalau mereka tidak mengenal Aira dan Gesang, mereka pasti berpikir kalau Aira dan Gesang adalah sepasang kekasih karena bergandengan begini.

"Senang deh kalau turun hujan nanti sore," tambah Aira.

"Senang karena bisa tidur nyenyak maksudnya?" cibir Gesang.

"Merusak suasana banget sih elo," kata Aira. Kalau tidak membuat Aira ngambek minimal satu kali dalam sehari saja, pasti hari itu jadi tidak afdol bagi Gesang.

Karena ngambek dengan Gesang, Aira melepaskan gendengan mereka dan ia berjalan lebih cepat dari Gesang, sehingga membuat Gesang tertinggal di belakang.

Gesang mengelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah Aira yang ia pikir sangat lucu.

"Tunggu gue dong, Ai!" teriak Gesang karena Aira sudah lumayan jauh darinya.

"Dasar siput!" ejek Aira dengan teriakan.

"Elo bilang gue siput, awas loh, gue tangkap elo sekarang," kata Gesang dan ia mulai berjalan dengan cepat untuk menagkap Aira. Aira yang melihat Gesang makin mendekat jadi histeris sendiri dan ia mencoba mempercepat langkah dengan berlari supaya Gesang tidak bisa menjangkaunya. Tapi, karena Gesang cowok dan seorang atlet, Aira tertangkap juga hanya dengan waktu lima menit. Dari kecil, Aira memang selalu kalah kalau bermain kejar-kejaran bersama Gesang.

"Curang, kenapa elo selalu menang sih?" kata Aira dan Gesang melepaskan tangannya yang melingkari tubuh Aira.

"Karena elo memang ditakdirkan untuk selalu kalah dari gue," kata Gesang dan saat mengatakan itu ia sangat senang.

"Benar-benar enggak adil tau elo menggunakan fisik dan stamina elo sebagai atlet."

"Ya udah, lain kali gue bakal ngalah deh."

"Benar ya? Awas loh kalau elo menang lagi."

"Benar Aira ku sayang." Gesang sudah terlalu sering memanggilnya sayang, jadi sama sekali tidak memiliki pengaruh untuk jantung Aira.

"Ya udah, kita cepat-cepat pulang, tapi katanya elo lapar."

"Oh iya, gara-gara main kejar-kejaran sama elo, gue jadi lupa kalau gue lapar."

Karena Aira mengajak Gesang bermain kejar-kerajaran, sekarang mereka sudah sampai di parkiran lebih cepat. Saat Gesang mau membuka pintu mobilnya, kuncinya malah enggak ada.

"Kayaknya kunci mobil tinggal di kelas deh," kata Gesang.

"Dasar teledor."

"Gue balik dulu ke kelas ya. Elo mau ikut atau mau tunggu di sini aja?"

"Gue langsung ke halte aja gimana?"

"Boleh juga."

Lalu Gesang pergi kembali ke kelas, sedangkan Aira pergi ke halte.

Saat menuju halte, hujan yang Aira kira bakalan turun nanti sore, justru turun sekarang.

Aira tersenyum. Halo, hujan.

***

Aira tidak bisa kena hujan karena ia bisa langsung sakit setelah kena hujan, tapi sekarang Aira ingin sekali menyentuh hujan. Karena Gesang tidak ada, berarti tidak ada yang melaranganya menyentuh hujan. Jadi, dengan berani Aira mencoba mengulurkan tangannya untuk menyentuh hujan dan saat merasakan hujan membasahi telapak tangannya, Aira merasa luar biasa senang.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang