BAB 9

1.9K 177 8
                                    

Ketika bel berdering dua kali, kelas menjadi kosong. Seisi kelas pada berbondong-bondong keluar untuk ke kantin dan mengisi perut. Bunga tadi ada mengajaknya ke kantin, tapi Aira tidak mau ikut, dia ingin pergi dengan Gesang.

Aira melihat Gesang sedang sibuk mencoret-coret sesuatu di atas buku. Aira tahu Gesang pasti sedang menunggu Arka kembali dari toilet, lalu mulai menjalankan tuganya sebagai guide tour. Seperti ketentuan sekolah, setiap murid baru akan dibawa berkeliling oleh ketua kelas, tour mini katanya. Semisal ketua kelas tidak masuk, maka akan berpindah tugas ke wakil ketua kelas, dan terus turun sampai ke bendahara. Kalau pejabat kelas tidak ada baru dialihtugaskan kepada ketua OSIS.

Aira memutuskan untuk menghampiri Gesang. "Kenapa elo kelihatan bete?" tanya Aira. Terbiasa menghabiskan keseharian bersama Gesang membuatnya tahu kapan Gesang sedang senang, sedih, kesal, bahkan bete.

"Menurut elo kenapa?"

"Ya mana gue tau lah, kan elo belum bilang."

"Elo kenapa senyum lebar banget sama anak baru itu?"

"Hah?"

Gesang menghela nafas. Kadang sikap Aira yang tidak mau peka itu membuatnya kesal.

"Elo enggak lapar?" Gesang menganti topik.

"Lapar, tapi sebagai sahabat yang baik gue mau ke kantin sama elo," jawab Aira. "Yang tadi, maksud elo apaan? Gue enggak boleh senyum sama orang lain?"

"Bukan enggak boleh, tapi—ah, sudahlah." Gesang bangkit dari duduknya dan ia berjalan ke luar kelas dan Aira mengikutinya. "Mana sih anak baru itu. Lama kali ke toilet pun, boker ya," gerutu Gesang.

"Kenapa sih, Ge, gue enggak boleh senyum sama Arka?"

Gesang tidak menjawab dan Aira masih tetap bertanya, sampai mereka bersisihan di koridor dengan Arka baru Aira berhenti bertanya.

Aira menyapa Arka. "Hai, Ka."

"Hai, Ai," balas Arka "Gue enggak sangka kita bakal satu kelas begini. Ini kebetulan atau memang takdir ya?"

"Kalian sudah saling kenal sebelumnya?" Gesang memotong percakapan mereka.

"Sudah," jawab Arka. Arka membaca name tag Gesang. "Gesang Pramudya Radhinka," bacanya. "Gue harus panggil elo apa? Gesang? Pram? Atau Radhin?"

Karena Gesang hanya diam dan tidak menjawab, Aira memilih untuk menjawab. "Gesang. Elo bisa panggil dia Gesang." Aira merangkul Gesang. "Kenalin, Ka, sahabat dari popok gue, Gesang."

Arka melihat tangan Aira yang merangkul Gesang dan rasa tidak senang muncul.

Aira tahu kemana arah pandang Arka, makanya cepat-cepat ia menurunkan tangannya dari lengan Gesang.

Gesang sudah tidak menyukai Arka sejak pertama kali ini Arka masuk ke kelas dan menyihir seluruh teman perempuannya di kelas, termasuk Aira. Sekarang, Gesang semakin tidak menyukai Arka karena sudah membuat Aira melapaskan rangkulan padanya.

"Halo, Gesang. Kita teman sebangku sekarang, tapi tadi kita belum sempat berkenalan. Gue Arka Nugraha," kata Arka dan ia mengulurkan tangannya kepada Gesang.

Gesang tidak akan menerima uluran tangan dari Arka sampai kapanpun.

"Elo sudah tahu nama gue," kata Gesang yang terkesan dingin. "Gue enggak punya banyak waktu. Tempat mana aja yang elo ingin tahu?"

Arka mencoba tersenyum ketika Gesang tidak mau membalas ulurannya. Aaplagi saat melihat kalau Aira memperi tatapan minta maaf atas kelakuan sahabatnya membuat Arka memutuskan untuk tidak mempermasalahkan sikap Gesang padanya yang sungguh sangat tidak bersahabat itu. Arka tidak mengerti kenapa Gesang bisa sedingin itu padanya? Oh, mungkin karena ia takut kalau sampai Aira dekat dengannya?

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang