BAB 31

585 51 1
                                    

Haii, i'm back. 

Selamat membaca.

BAB 31.

Aira telah selesai mendogeng untuk anak-anak dengan membawakan cerita Cinderella. Bayu dan teman-temannya masih saja suka usil. Saat Aira bercerita tentang bagaimana sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella di malam pesta dansa itu, lalu memutuskan untuk mencarinya hanya dengan berbekal sepatu kaca yang Cinderella tinggalkan, mereka pada meminta Aira dan Arka memerankan adegan itu. Dan sepanjang itu terjadi rasanya pipi Aira sudah mengalahkan kepiting rebus atau tomat yang super merah sekalipun. Berbeda dengan Arka, ia malah terlihat santai dan sangat menikmati perannya sebagai pangeran.

Saat ini Aira sedang duduk di salah satu ayunan yang tergantung pada sebuah pohon tua yang besar. Ada Arka bersamanya duduk di ayunan sampingnya.

Aira membuka pembicaraan. "Kenapa namanya rumah singgah?"

"Karena anak-anak jalanan itu tidak punya rumah," jawab Arka. "Rumah singgah dibuat sebagai tempat singgah mereka. Mereka tidak punya orangtua, sangat tidak adil kalau mereka juga tidak mempunyai tempat tinggal yang layak 'kan? Setidaknya saat mereka habis mengamen untuk mencari uang, mereka tidak perlu lagi memikirkan harus tidur dimana saat malam tiba karena mereka sudah cukup berat memikirkan hari ini atau besok mau makan apa."

"Mulia sekali apa yang elo buat, Ka." Aira tidak tahu kalau masih ada orang sebaik itu di bumi yang super banyak kejahatannya ini.

Arka menatap Aira dan ia jadi menimbang-nimbang dalam hati. Tentang apa yang akan ia jelaskan ini nantinya berdampak pada ingatan Aira atau tidak.

"Bukan gue yang buat rumah singgah ini, tapi Arga." Arka menilai ekspresi Aira.

"Arga saudara kembaran elo?"

"Iya."

"Arga adalah orang paling baik yang pernah gue kenal, meskipun banyak yang bilang kalau dia itu kacau." Setelah dipikir-pikir, Arka tidak ingin menjadi terlalu egois untuk menutupi segalanya. Setidaknya Aira perlu tahu kalau Arga adalah orang yang baik. Mungkin saja citra Arga kalau Aira ingat jelek, tapi sekarang Aira sedang amnesia, dan terlalu jahat kalau Arka tidak memperbaiki citra Arga tersebut. Biarkan ia berbuat baik pada Arga dengan memperbaiki citra Arga di depan Aira. Anggap saja ini salah bentuk permintaan maaf Arka karena ia sudah bersikap egois untuk memiliki Aira untuknya sendiri.

"Kacau?" tanya Aira bingung.

"Dari kecil Arga tidak suka didikte. Arga hanya mau melakukan apa yang ingin ia lakukan, bahkan bonyok pun dilawannya kalau bertentangan dengan apa yang dia mau. Nyokap senang kalau anaknya mau ke musik, tapi Arga tidak suka, ia senang dengan hal-hal berbau automotif. Kadang tekanan dari bonyok membuatnya harus lari ke hal-hal yang negatif, seperti rokok, bahkan tawuran. Gue tahu Arga tidak mau melakukan itu, tapi keadaan membuatnya harus melakukan itu. Oleh sebab itu, banyak orang hanya melihat seberapa kacaunya dia, tidak ada yang mau tahu bagaimana baiknya dia bahkan bonyok sekalipun."

"Tentu saja Arga adalah orang baik. Kalau dia tidak baik, dia tidak mungkin membangun rumah singgah ini untuk anak jalanan itu 'kan?"

"Benar, tapi manusia selalu menilai seseorang dari sisi terjeleknya 'kan?"

"Tidak, Arka." Aira mengelengkan kepalanya tanda ia tidak setuju dengan persepsi Arka. "Gue menilai elo dari sisi terbaik elo, gue juga akan menilai Arga dari sisi terbaiknya bagaimana dia membantu anak jalanan itu. Tidak semua manusia selalu melihat seseorang dari sisi terburuknya, kalau dia seperti itu, maka ia manusia yang picik. Tapi, bagaimana Arga bisa mendapatkan dana? Maksud gue, membuat rumah singgah itu kan perlu uang."

"Arga menabung uang jajan dan dari penghasilannya sendiri."

"Bekerja?"

"Dia suka automotif, makanya ia mencoba memulainya dengan bekerja di bengkel."

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang