BAB 19

1K 91 3
                                    

"Hai, Arka," sapa Aira saat ia memasuki sedan hitam itu.

"Hai," balas Arka. "Elo cantik banget hari ini." Dalam balutan dress selutut bewarna jingga membuat Aira terlihat sangat cantik hari ini.

"Terima kasih," balas Aira sambil tersipu dan Arka tertawa melihat itu. Arka suka saat melihat pipi Aira memerah, sangat mengemaskan.

"Elo juga ganteng dalam balutan jas itu," sambung Aira. Hari ini Arka memakai jas bewarna hitam dengan kemeja dalam bewarna putih, tidak ketinggalan pula dasi bewarna hitam yang melengkapi penampilan Arka sore ini.

Arka menyuruhnya untuk memakai pakaian yang formal, tapi Arka tidak mau bilang mereka mau kemana. Makanya, sekarang Aira bertanya kembali. "Kita mau kemana sih? Apa yang ingin lo perlihatkan sama gue sampai gue harus pakai gaun segala?" tanya Aira sambil memasang sabuk pengaman. Setelah pengaman sudah terpakai, Arka menginjak pedal gas. Sedan hitamnya meluncur mulus di jalanan.

"Surprise."

"Jangan bikin kepo, deh."

"Justru kalau enggak bikin kepo, namanya bukan kejutan."

"Iya-iya deh, gue nurut aja."

"Gitu dong, cantik."

Aira enggak tahu kata cantik dari Arka bisa berakibat sedahsyat ini sama jantungnya. Arka, jangan suka bikin gue merah dong!

Arka yang tahu kalau pipi Aira mulai kembali memerah hanya bisa tertawa.

"Aira, bisa berhenti terlihat mengemasakan tidak? Jangan salahkan gue kalau gue semakin jatuh cinta sama elo ya."

***

Aira bingung saat Arka membawa mereka ke sebuah gedung pertunjukkan. Aira memasuki aula yang sudah dipenuhi beberapa orang di bangku penonton bersama Arka. Arka mengarahkan mereka untuk duduk di samping wanita dan pria yang sudah tidak kelihatan muda lagi.

"Ma, Pa, ini Aira, teman Arka," kata Arka.

"Hai, om, tante," sapa Aira sedikit canggung. Aira enggak tahu kalau hari ini ia akan ketemu dengan kedua orang tua Arka, jadi bagaimana mungkin ia bisa tidak canggung?

"Elo pernah bilang mau lihat gue main piano yang besar itu 'kan? Hari ini gue mau mewujudkan keinginan elo itu," kata Arka.

"Elo akan mainin piano di sana?" tanya Aira sambil menunjuk piano yang berdiri kokoh di tengah-tengah panggung.

Arka menganggukkan kepalanya. "Semoga gue enggak mengecewakan elo ya."

"Elo pasti tidak akan mengecewakan gue, Ka."

"I wish."

"Kalau gitu, gue ke belakang panggung dulu ya buat siap-siap."

"Oke."

"Ma, Pa, Arka titip Aira sama kalian. Dijaga baik-baik pas Arka enggak ada di sini ya, soalnya Aira ini berharga buat Arka."

"Tenang aja, sayang, akan mama jaga untuk kamu kok."

Arka selalu saja suka membuat Aira tersipu, tidak hanya di depannya, tapi sekarang di depan orang tuanya. Tapi, anehnya Aira selalu suka dibuat tersipu sama Arka.

***

"Udah kenal berapa lama dengan Arka?" Tanya Mira—ibu Arka—pada Aira.

"Tidak lama, tan, sejak Arka bersekolah di SMA Nusantara," jawab Aira.

"Jadi, kamu toh orang yang bikin Arka semangat tiap pagi pergi ke sekolah," nganggu Mira.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang