BAB 32

573 48 10
                                    

Sebelas malam. Gesang tidak pernah membawa pergi anak gadis orang sampai selarut ini, meskipun sebelas malam di ibu kota tidak bisa dikategorikan larut. Gesang hanya pernah membawa anak gadis selarut ini ketika orang itu adalah Aira, karena Aira berbeda. Aira sahabatnya juga sudah seperti adiknya. Jadi, dia tidak merasa aneh saat keluar sampai larut dengan perempuan yang sudah ia anggap adiknya. Sampai dimana ia menyadari kalau rasa itu telah berkembang. Tapi, ternyata tidak buruk mencoba dengan Damia. Damia cukup menyenangkan.

Hampir satu hari di luar membuat baterai hp-nya habis. Gesang tidak punya persiapan dengan membawa cas atau bahkan power bank karena kencan bersama Damia adalah rencana yang mendadak.

Setengah dua belas. Gesang baru saja selesai mandi dan berganti dengan baju tidur yang nyaman. Setelah itu Gesang baru mengisi baterai hp-nya dan begitu hp itu hidup, tidak henti-hentinya pesan masuk. Sampai Gesang harus menunggu beberapa detik sampai hp-nya berhenti bergetar.

Oi

Dimana?

Gue laper ni :(

Pingin sate

Pingin durian juga, eh tapi udah musim belum ya?

Dimanaaaaaaa?

Gesang!

Iya tau deh yang sedang kencan

gue dilupain sekarang :((

Oke maaf mungkin gue nganggu, tapi plis pulang bawa sate yang biasa dong satu bungkus

GESANG GUE LAPER BINGITS!!!

Elo masih lama lagi ya pulangnya?

Udah jam sepuluh loh ini

Pulang dong!!!!

Anak gadis orang jangan elo apa-apain!

Njir! enggak di read lagi pesan gue

GESANG GUE SEBEL DEH

Perut gue bunyi terus nih. Laperrrr

Udah jam setengah sebelas :(

Sekarat gue karena elo. Kalau gue harus masuk rumah sakit elo tanggung jawab ya!

Oke, maaf gue bawel banget.

Gue pasti nganggu waktu elo sama Damia. Have fun.

Gesang yang memeriksa pesan sambil tiduran di kasur langsung bangun setelah tau dari siapa semua pesan itu. Aira Talitha.

Gesang melempar pandangan ke balkon dan dari balik gordennya ia dapat melihat kalau kamar di seberang itu gelap. Gesang jelas tahu kalau Aira tidak suka tidur dalam gelap karena ia benci kegelapan. Jangan bilang kalau ...

Gesang tidak menunggu detik berikutnya untuk berpikir kemungkinan itu, karena saat ini ia sedang melangkah tergesa-gesa menuruni anak demi anak tangga. Oh ralat, bukan melangkah tapi berlari. Hanya satu hal yang dapat dipikirkan Gesang saat ini. Ia harus segera bertemu Aira.

Pintu rumah Aira tidak terkunci. Demi Tuhan ini sudah jam dua belas malam! Bagaimana kalau ada orang jahat masuk? Percuri?! Psikopat gila?! Gesang harus memarahi Aira untuk keteledorannya ini, tapi amarah itu langsung sirna saat ia melihat Aira sedang tertidur dalam posisi duduk dengan kepala yang bersandar pada kepala sofa. Gesang menghampiri Aira dengan langkah pelan. Saat sudah di depannya, Gesang mengambil duduk di depan Aira dengan sangat hati-hati, takut suara yang dibuatnya dapat membangunkan Aira. Aira terlihat sangat kelelahan dan Gesang tidak akan membiarkan pergerakkannya menganggu Aira.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang