BAB 30

828 64 5
                                    

Aira menuruni tangga dengan agak terburu-buru. Itu terjadi karena Gesang tiba-tiba hadir di dalam kamarnya saat Aira lagi merias wajah. Gesang mengikutinya menuruni tangga dan hal itu membuat Aira kesal.

Aira berhenti melangkah. "Kenapa lo terus mengikuti gue sih?" Aira bertanya dengan ketus.

Gesang juga ikut berhenti. "Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Pertanyaan mana lagi?" Dari kemarin Gesang banyak sekali bertanya. Entah apa yang merasukinya, mungkin Gesang sengaja menganggu Aira. Dan selamat bagi Gesang kalau begitu, Aira benar-benar merasa terganggu.

Sejak malam itu. Sejak ... ah tidak perlu diingat lagi, Aira! Lupakan yang terjadi malam itu! Lupakan semua debaran itu!

"Lo lagi PMS ya, Ai?" tanya Gesang karena dari tadi ia melihat kalau Aira gampang sekali naik emosi. Perempuan kalau lagi labil alasannya lagi PMS 'kan?

"Kalau iya, kenapa?" balas Aira masih tak kalah sewot.

"Ya enggak pa-pa sih," kata Gesang santai. "Tapi, dua hari ini gue prihatin ... elo berbeda."

"Berbeda gimana?" tanya Aira berusaha bersikap senormal mungkin. "Gue masih Aira yang sama kok. Nih coba tatap gue, gue masih Aira Talitha teman sedari popok elo 'kan?"

"Jelas di depan gue masih Aira Talitha teman sepopok gue, tapi maksud gue adalah ... elo menghindari gue," kata Gesang. "Kenapa? Kenapa elo menghindari gue?"

Aira merasa seperti tertangkap basah dan ia menelan ludahnya sendiri ketika mendapatkan Gesang sedang menatapnya intens. Aira masih berusaha terlihat normal saat membalas dengan, "Siapa yang menghindar, Ge? Gue beberapa hari ini sibuk sama Arka. Elo juga seharusnya sibuk bersama Damia 'kan, Ge?"

"...."

"Jangan bilang elo tidak pernah pergi kencan lagi sama Damia? Ayolah, Ge! Jangan terlalu kaku jadi pacar."

Aira tidak tahu apakah ada konspirasi waktu di sini, yang pasti di detik berikutnya suara klakson dari mobil Arka terdengar. Terima kasih Arka sudah menolong gue.

"Gue pergi dulu. Kalau lo masih mau di rumah, ini kuncinya." Aira menyerahkan kunci rumah pada Gesang, tapi Gesang menolak. Dia bilang, "Gue juga mau keluar."

Aira langsung bertanya. "Kemana?" Karena seingat Aira, Gesang tidak punya acara apa-apa hari ini.

"Kencan dengan Damia," jawab Gesang. "Seperti yang elo bilang, gue tidak boleh jadi pacar yang kaku 'kan?" Gesang membalikkan kalimat Aira.

Aira menatap Gesang dan ia kembali merasakan perasaan yang salah.

"Menurut elo bagusnya gue bawa Damia kencan kemana?" sambung Gesang. "Jangan bilang ke Dufan karena dia bukan elo, Ai, yang suka dengan keramaian."

"...."

"Atau bagus kali ya kalau gue ajak ke pantai. Damia sangat suka melihat pantai. Ide bagus 'kan?"

Aira hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu have fun sama Arka ya."

Padahal Aira yang memberi saran kepada Gesang untuk pergi kencan dengan Damia, tapi kenapa ia malah menjadi tidak senang sekarang? Kok jadi kayak makan buah simalakama ya. Gesang bahkan terlihat sangat tahu apa yang disukai Damia.

"Kalau begitu ... have fun juga sama Damia ya."

Aira memang tersenyum, tapi hatinya tidak. Aira, mau elo apa sih sebenarnya?

***

"Kenapa, Ai? Ada sesuatu yang elo pikirkan?" tanya Arka karena sedari tadi—sejak Aira masuk ke dalam mobilnya—ia melihat Aira terus saja melamun. Tidak mungkin tidak ada yang dipikirkan Aira.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang