BAB 20

1.3K 128 7
                                    

Kalau ada request minta banyak adegan gesang dan aira gitu maaf ya aku gak bisa penuhi keinginan kalian. Mereka kan punya semestanya sendiri, jadi setiap tokoh dapat porsinya masing-masing, masa iya aku nulis isinya cuma tentang Gesang dan Aira mulu sih, dimana konfliknya, apa yang mau ditampilkan. Semua adegan yang ada disini percayalah itu saling membangun satu sama lain. Aku tahu mungkin kalian udah tunggu cerita ini lama banget dan aku minta maaf soal itu. Aku janji akan menamatkan cerita ini, jadi tenang aja kok, karena aku enggak akan meninggalkan kalian tanpa mengetahui ending cerita ini bagaimana. Aku harap kalian dapat mengerti ya. Pembaca yang baik itu adalah pembaca yang menikmati alur ceritanya, bukan yang nuntut harus gini harus gitu. 

Ok, gitu aja. Selamat membaca dan jangan lupa kasih komentar ya. 

.

.

.

BAB 20

"Weekend elo ada kegiatan enggak, Ai?" tanya Arka dan saat ini mereka sedang jalan keluar gedung menuju parkiran.

"Enggak, kenapa memangnya?" jawab Aira.

"Gue mau bawa elo ke suatu tempat."

"Kemana?"

"Nanti elo juga bakal tahu."

"Elo suka banget buat kejutan ya?"

"Gue suka buat elo penasaran biar elo menerka-nerka tiap waktu dan secara enggak langsung elo bakal memikirkan gue."

"Bagus sekali ide elo, Ka."

Arka membalas dengan cengiran.

Saat mereka keluar dari gedung itu, langit sudah mendung. Karena berada di dalam gedung, membuat mereka tidak tahu kalau sore ini bakal hujan.

Setiap bersama Arka, Aira rasa semesta suka sekali memberi ia hujan. Mengetahui kenyataan itu membuat Aira senang. Hujan dan Arka adalah kombinasi yang bagus karena mereka adalah kedua hal yang Aira sukai.

"Arka, gue baru tahu kalau elo punya kembaran."

Langkah Arka tiba-tiba terhenti. "Tau darimana kalau gue punya kembaran?"

"Tante Mira tadi cerita sama gue tentang Arga."

"Elo juga sudah tahu namanya?"

"Tante Mira juga yang kasih tahu gue." Aira menegrutkan dahi. "Kenapa, Ka? Kok kayaknya elo terkejut banget gue tahu soal Arga."

"Gue hanya ... apa saja yang mama cerita sama elo tentang Arga?"

"Tentang elo yang sangat ingin Arga menonton elo main piano. Kenapa Arga tidak pernah menonton elo main piano, Ka?"

"Karena Arga sibuk."

"Tapi dia kembaran elo. Kenapa dia tidak mau meluangkan sedikit waktunya untuk menonton elo?"

"Aira, gue tidak suka membicarakan Arga."

Aira yang sudah siap kembali bertanya menjadi tidak jadi bertanya.

"Membicarakan Arga hanya membuat gue sedih. Arga sudah meninggal, jangan buat gue mengingat kalau Arga tidak pernah menonton konser gue."

"Ka, gue, maaf," Aira merasa bersalah.

"Maafin gue juga, Aira, karena gue tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan elo tanyakan sama gue tentang Arga. Gue hanya belum siap kembali balik dalam kenangan, elo mau mengerti itu 'kan, Aira?"

"Baiklah."

Maafin gue Aira. Membicarakan Arga hanya membuat gue takut. Gue takut kalau elo jadi ingat kalau dua tahun lalu elo sempat berlabuh ke hati Arga. Gue tidak ingin elo berlabuh ke hati Arga kembali, karena sejak dua tahun lalu, gue ingin elo berlabuh pada gue.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang