BAB 28

1.3K 79 3
                                    

"Damia," panggil Gesang.

Beberapa orang sudah kembali pulang. Hanya Damia yang belum pulang karena Gesang bilang akan mengantarnya.

"Ayo, kita mencoba," sambung Gesang kemudian.

"Mencoba apa?" tanya Damia.

"Hubungan ini."

Damia tidak bisa langsung menjawab, ia hanya bisa terdiam, dan menatap Gesang dengan penuh kebingungan. Damia harusnya merasa senang karena Gesang mau menjalin hubungan dengannya kalau saja Damia tidak tahu untuk siapa hati Gesang sesungguhnya.

"Elo menyukai gue. Elo tidak mungkin menolak gue 'kan?" kata Gesang lagi.

"Elo kesambet apa?"

"Gue enggak kesambet apa-apa."

"Jadi, kenapa?"

"Apa dengan elo bertanya seperti ini maka jawabannya tidak?"

"Gesang,"

"Damia," Gesang membalas dengan nada yang sama.

"Gue harus jujur sama elo, gue memang belum menyukai elo. Tapi, elo menyukai gue, apa saat seseorang yang elo sukai nembak elo, elo akan menolaknya?"

"Tidak saat gue tahu kalau orang yang menembak gue tidak memiliki perasaan untuk sahabatnya."

"...."

"Jangan jadikan gue pelarian elo. Gue memang menyukai elo, tapi elo tidak bisa memanfaatkan gue karena rasa cemburu elo pada Arka." Ya. Damia tahu kalau sekarang Gesang sedang terbakar api cemburu pada Arka.

"Sekarang, apa bisa elo mengantar gue pulang, Ge? Atau gue harus pulang naik taxi?"

"...." Gesang masih saja diam di tempatnya.

"Oke, gue akan pulang naik taxi saja." Damia memilih untuk pergi, tapi Gesang menahannya. Gesang manahan lengan Damia.

"Gue akan tetap mengantar elo pulang," kata Arka setelah mendapatkan suaranya.

Damia melirik pada tangan Gesang di lengannya. Gesang mengerti maksud Damia, tapi Gesang memilih untuk tidak melepaskan genggamannya, ia justru semakin mempererat.

Gesang menatap tepat di hitamnya manik Damia. "Apa kalau gue bilang gue mau mencoba membuka hati sama elo, elo mau memulai hubungan ini?"

"Kenapa tiba-tiba elo ngotot mau menjadikan gue pacar elo?"

"Karena ..." Gesang menarik nafas dalam dan membiarkan dirinya berkata jujur, "Karena gue lelah. Gue lelah menunggu Aira yang pasti tidak akan membalas gue dan hari ini gue memilih menyerah."

"Ge,"

Gesang mempersempit jerak di antara mereka. "Buat gue jatuh cinta sama elo. Buat gue melupakan Aira, Damia Brianna."

Sejak menyukai Gesang, Damia sudah terlatih patah hati, dan Damia tahu persis rasanya bagaimana. Lalu melihat Gesang merasakan hal yang serupa membuat sebagian hatinya ikut hancur.

"Apa gue sedang bermimpi?"

"Tidak."

"Tidak mungkin. Gue pasti sedang bermimpi. Mimpi paling baik dalam hidup gue."

"Apa kalau gue malakukan ini elo akan percaya kalau ini bukan mimpi?"

"Melakukan ap—" belum sempat Damia selesai berbicara, Gesang tiba-tiba memeluknya dan Damia rasa ia benar-benar sedang berada dalam mimpi terindahnya.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang