BAB 29

679 76 7
                                    

Haiii semuanya, adakah yang masih membaca cerita ini? Kalau ada mana komennya. Aku mau mendengar suara-suara kalian dari komen. hehe. maaf ya aku belakangan ini lama banget up bab-bab barunya :( janji abis ini enggak lagi. 

Pokoknya aku banyak-banyak bilang terima kasih yang masih setia membaca cerita ini. Meskipun cerita ini enggak seheboh dulu, tapi aku tetap senang karena beberapa masih ada yang menunggu. Luv kalian semua pokoknya. Yang sudah menanyakan cerita ini sampai nge-dm dan nge-email, aku janji mulai sekarang akan mulai rajin up. 

SELAMAT MEMBACA. SEMOGA SUKA. Tapi abis baca bab ini jangan ngemas sama Aira ya, meskipun aku sendiri NGEMES SAMA AIRA TALITHA dan tentu saja GESANG PRAMUDYA RADHINKA. maaf ke capslock gaes :( 

dah lah, selamat menikmati malam minggu bersama kisah melow ini. jangan keluar, lagi pandemi, mending #dirumah aja sambil mengerutu ketidakpekaan Aira dan Gesang. (note: shipper Aira dan Gesang jangan marah sama aku ya).

....

BAB 29.

       Beberapa bulan yang lalu, saat Aira dan Damia sedang menonton pertandingan basket antara SMA Nusantara melawan SMA Gemilang, terjadi percakapan seperti ini:

"Gesang itu cakep banget ya, Ai," kata Damia yang duduk tepat di sebelah Aira. "Apalagi kalau lagi main basket gitu."

Aira tertawa mendengar pertayaan itu. "Gesang cakep? Sakit mata elo. Gesang itu enggak ada cakep-cakepnya sedikit pun, yang ada nyebelin, nyebelin banget," balas Aira.

"Nyebelin tapi bikin kangen?"

"Percayalah Mia, Gesang Pramudya Radhinka adalah spesies Homo sapiens yang sangat menyebalkan di semesta ini. Enggak ada satu pun yang dimilikinya yang bisa membuat gue merindukannya. Trust me."

"Benarkah?"

"Percaya sama gue!"

"Gesang sayang banget sama elo kayaknya ya? Gue perhatiin dia selalu melakukan apa yang elo pinta."

"Harus sayang! Kalau enggak gue pecat jadi sahabat gue."

"Begitu ya," gumam Damia. "Gue iri sama elo jadinya."

Aira yang awalnya tidak menatap Damia, jadi harus memutar kepalanya sembilan puluh derajat supaya bisa menatap Damia setelah mendengar gumaman itu. Ketika melihat Damia tersenyum dengan binar-binar kecil saat Gesang baru saja mengambil tiga poin untuk SMA Nusantara, Aira menyadari kalau Damia telah menyukai Gesang.

"Sejak kapan?"

Damia terlihat bingung. "Maksudnya?"

"Sejak kapan elo menyukai sahabat gue?"

Damia seperti anak lima tahun yang tertangkap basah makan coklat padahal sudah dilarang oleh Ayahnya.

"Kenapa elo tiba-tiba menyimpulkan gue suka sama Gesang?"

"Damian, mulut bisa saja berbohong, tetapi mata tidak akan pernah bisa."

Damia benar-benar terlihat gugup. "Apa begitu jelas?" Dia juga terlihat malu.

"Banget." Aira tersenyum. Dia mengenggam tangan Damia untuk memberi dukungannya. Damia tidak harus gugup di depannya, justru mendengar kabar ini, Aira sangat bahagia. "Akhirnya ada juga yang suka sama teman sepopok gue. Damia, gue senang mengetahui ini, coba saja elo bilang lebih cepat sama gue, gue akan bantu elo dekat sama Gesang."

"Elo mau membantu gue?" Ada binar bahagia di kedua mata Damia mendengar dukungan dari Aira.

"Tentu saja."

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang