BAB 12

1.8K 159 6
                                    

Aira melihat Gesang, lalu membuang pandangan ke luar. Melihat Gesang lagi dan membuang pandangan ke luar kemudian. Begitu terus sampai Gesang yang sedang menyetir menjadi risih. Saat ini mereka sedang dalam perjalan pulang ke rumah.

"Kenapa sih liatin gue gitu?" tanya Gesang.

"Liatin gimana sih?" Aira pura-pura enggak tahu maksud Gesang.

Udah enggak sok-sokan ngelak dari Gesang! Tanya terus apa yang mau elo tanyakan pada Gesang, batin Aira menceramahi dirinya sendiri.

"Aira, gue udah kenal elo sejak jaman popok bareng."

Aira menyerah. Lagipula kalau dia tidak tanya juga tidak akan membuatnya tenang. "Gue dengar tadi Damia menyatakan perasaannya sama elo ya?"

"Iya."

"Terus elo jawab apa?" Aira bertanya kembali karena penasaran. Bahkan Aira bertanya terlalu cepat. Ketika sadar, Aira merasa dirinya sudah terlalu berlebihan.

"Kenapa elo ingin tahu?"

"Emang gue enggak boleh tahu?"

"Bukan enggak boleh tahu, Ai. Kalau gue menerima atau enggak Damia, juga enggak enggak akan ada yang berubah dari kita 'kan?" Ayolah katakan sama gue kalau elo enggak suka kalau ada yang suka sama gue! Bilang elo cemburu dong!

"Maksud gue, sebagai sahabat gue ingin tahu apakah elo emang udah jadian sama Damia atau belum."

Bilang elo cemburu dong!

"Karena kalau elo memang menerima Damia, gue akan sangat mendukung hubungan kalian."

Jadi, elo enggak cemburu, Ai? Stupid me!

"Damia sudah menyukai elo sangat lama. Kalau kalian jadian gue sangat happy karena elo sangat pantas bersama Damia. Jadi, elo menerima Damia atau tidak?"

"Tidak."

"Kenapa tidak?"

"Karena gue tidak menyukai Damia."

"Damia sangat cantik dan pintar, apa yang kurang dari Damia? Kenapa elo menolak Damia?"

Karena dia bukan elo yang bisa membuat rasa ingin melidungi terus menerus! Karena dia bukan elo yang bisa buat gue jatuh sejatuh-jatuhnya!

"Elo enggak mau tahu siapa yang gue sukai?"

"Kenapa elo tidak menyukai Damia? Bodoh, Ge, kalau elo menolak Damia."

"Kenapa elo sangat ngotot gue harus menyukai Damia?"

"Karena elo dan Damia sangat cocok."

"Elo beneran enggak mau tahu siapa yang gue sukai?"

"Gue ingin tahu apa yang elo pikirkan saat menolak Damia. Elo dan Damia adalah pasangan yang sangat cocok dan nggak ada alasan untuk menolak Damia."

"Jadi, elo ingin gue jadian sama Damia?"

"Kenapa enggak, Ge? Seperti yang gue bilang tadi. Elo dan Damia pasti akan menjadi pasangan yang sempurna. Elo beruntung kalau mendapatkannya."

"Bagaimana dengan elo?"

"Memangnya gue kenapa?"

"Kalau gue pacaran dengan Damia, gue mungkin tidak bisa selalu bersama dengan elo."

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang