BAB 10

1.8K 177 1
                                    

Ada empat hal yang dibenci Gesang di dunia ini.

Pertama, saat ibunya menangis karena Gesang harus di opname selama seminggu karena DBD saat kelas empat SD.

Kedua, saat ia mengetahui Aira harus kritis setelah kecelakaan yang dialaminya dua tahun lalu.

Ketiga, saat ia mengetahui ada cowok yang naksir dan mencoba membuat Aira jatuh cinta padanya.

Dan terakhir atau yang keempat, saat Gesang harus menjadi pengecut dan hanya berani untuk mencintai Aira secara diam-diam.

Gesang pernah kalah dan menyerah dua tahun lalu saat Aira untuk pertama kalinya jatuh cinta pada sang Angin—begitu Gesang selalu menyebutnya. Hari ini, saat Arka jelas-jelas mengatakan menyukai Aira di depan Arka. Gesang rasa ia akan menjadi pengecut untuk kedua kalinya. Bodoh dan Gesang membenci dirinya sebagai pengecut.

Gesang berjalan menuju kantin untuk menghampiri Aira yang sudah pergi duluan karena paksaannya dan di tengah jalan ia bertemu dengan Anjani.

Anjani menyapanya. Gesang membalas seadanya. Enggak ada mood sama sekali. Semua karena Arka. Gesang sangat membenci Arka untuk alasan yang ketiga.

"Mana anak baru itu?" tanya Anjani saat melihat Gesang jalan sendiri.

"Nggak tau gue," jawab Gesang dengan malas.

"Pasti elo suruh menelusuri SMA Nusantara sendirian ya?" tuduh Anjani.

"Justru dia memilih untuk tidak menelusuri SMA Nusantara," kata Arka. "Kadang gue suka enggak ngerti sama peraturan sekolah ini. Anak SMA dan masih perlu ditemani melihat sekolah? Yang benar saja. Lo harus suruh pak Erwin hapus aturan itu, Jan." Pak Erwin adalah kakek Anjani, generasi keempat pemilik yayasan. Selain pemilik, Erwin juga mengambil jabatan sebagai kepala sekolah.

"Di rumah dia baru kakek gue, di sekolah dia tetap kepala sekolah SMA ini, dan gue cuma anak murid yang sama sekali tidak ada wewenang untuk menyuruh-nyuruhnya."

"Percuma dong gue temanan sama cucu pemilik sekolah ini."

"Jadi elo berteman sama gue karena gue cucu pemilik sekolah ini?"

"Kalau elo enggak menguntungkan, ngapain gue berteman dengan elo?"

"Jahat banget elo, Ge."

"Bercanda."

"Gue tahu."

Lalu mereka tertawa bersama-sama.

"Udah makan belum?" tanya Anjani.

"Belum, makanya ini gue mau ke kantin."

"Supaya gue enggak di cap sebagai teman yang tidak berguna, bagaimana kalau hari ini gue traktir elo somay?"

"Telat benget elo mau jadi teman yang berguna, Jan. Aira sudah di kantin dan sudah memesani gue somay duluan. Tapi, kalau elo masih mau dianggap teman yang berguna bagaimana dengan siang ini di Pizza Hut?" kata Gesang sambil memberikan senyum paling manis miliknya kepada Anjani. Anjani yang menlihat itu langsung menepuk pundak Gesang dengan botol Aqua di tangannya.

"Kenapa gue merasa di peras ya sekarang?"

"Meras cucu pemilik sekolah sekali-kali enggak pa-pa," kata Gesang dengan kalem.

"Elo ya pasti enggak pa-pa karena dompet gue yang terkuras!"

"Pelit banget sih jadi orang."

"Terserah elo deh mau bilang apa. Yaudah, karena elo mau nyusul Aira, gue balik kelas aja deh. Dadah, pak ketua kelas."

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang