BAB 11

1.8K 171 4
                                    

Haiiii, agustus! Ada yang ultah enggak di bulan ini? Jangan sebut ulang tahun negara Indonesia tercinta kita ya.

eh, ada yang masih melek jam segini? 

first time nih update dini hari wkwk.

Sejauh ini pendapat kalian gimana tentang kisah ini? Kemarin banyak yang antusias, masa sekarang diam aja :( Coba balik antusias lagi, biar aku semangat hehe.

Vote kalau kalian suka ya. Kasih komentar juga sekalian. Aku pernah bilang kan kalau aku itu pembaca komentar banget. 

Selamat membaca!

.

.

.

"Jani," panggil Gesang.

Jani menoleh ke balakang dan ia melihat kalau Gesang sedang berlari menghampirinya.

"Elo tahu enggak kenapa belakangan ini Aira nolak pulang bareng gue terus?" tanya Gesang setelah berhasil berdiri di depan Anjani.

"Elo kan sering pulang sore belakang ini, Ge, wajarlah Aira males nunggu elo, gue juga kalau jadi Aira males nunggu elo," jawab Anjani. "Kata-kata elo perlu diralat deh. Aira bukan nolak, tapi males nunggu elo." Anjani sudah berjanji pada Aira untuk membantunya, jadi Anjani tidak mungkin bilang kepada Gesang alasan sebenarnya kenapa Aira jarang pulang bersama Gesang belakangan ini.

"Benar?"

"Elo enggak percaya sama gue jadinya ini?"

"Percaya. Tapi, gue perhatikan Aira suka senyum-senyum sendiri gitu kalau buka hape. Lagi ada yang dekati Aira ya, Jan?"

"Kenapa, Ge, cemburu?"

"Gue—"

"Makanya kalau suka bilang, jangan diam terus. Kedok sahabatan mulu sih."

"Lo tau lah kalau misalnya gue—"

"Ya, ya, ya, enggak usah elo lajutin lagi. Gue juga tahu dan hapal apa yang akan lo bilang," potong Anjani, lalu ia meniru kata-kata Gesang yang sudah sangat ia hapal. "Lo tahu lah sendiri kalau misalnya gue bilang gue menyukai Aira persahabatan kami bisa putus. Elo tahu sendiri, Jan, Aira itu pernah bilang ke gue kalau kami harus menjaga hubungan persahabatan ini sampe kakek nenek."

"Stop asking makanya."

"Kok elo jadi sewot sih."

Gesang mengabaikan Anjani. "Jadi, elo tahu enggak kalau Aira lagi dekat sama siapa?"

"Enggak lagi dekat sama siapa-siapa kok," bohong Anjani. "Lagian, kalau elo sampai mati tetap mau menyukai Aira secara diam-diam, yaudah jangan marah kalau suatu saat Aira menyukai orang lain."

"Gue bukannya mau menyembunyikan perasaan gue sampai mati, Jan. Tapi, untuk saat ini, ini yang terbaik untuk kami. Dan meskipun ini yang terbaik, gue tetap aja enggak bisa nahan cemburu kalau Aira jatuh cinta sama orang lain."

"Jadi, elo mau gimana, Ge? Elo enggak mau bilang, tapi elo cemburu?"

"Gue emang pengecut banget, Jan."

Ya, Gesang sudah menjadi pengecut sangat lama.

Tapi, Anjani lebih pengecut lagi karena tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Gesang.

Hello, Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang