10

8K 612 7
                                    

Bianca dan Miel kini tengah diperjalanan menuju ke klinik Alina guna menjemput Alina. Hari ini harusnya mereka pergi ke pantai bersama, namun Alina harus ke klinik terlebih dahulu karena ia sudah memiliki janji dengan pasien.

Setelah sampai di klinik, Alina belum selesai bekerja, jadi Bianca dan Miel harus menunggunya terlebih dahulu di ruangan pribadi Alina.

Bianca mengedarkan pandangannya menatap sekeliling ruangan Alina tersebut. Tampak bersih dan luas, Alina juga banyak memajang fotonya bersama Miel. Dan terdapat satu foto yang membuat Bianca terdiam dengan darah yang entah mengapa berdesir seketika.

Foto tersebut menampilkan foto mereka bertiga ketika mereka pergi piknik bersama beberapa waktu lalu, di foto tersebut mereka sangat terlihat bahagia sekali. Bianca memang mengingat ia pernah mengirim foto tersebut kepada Alina, tapi Bianca tak menyangka bahwa Alina akan mencetaknya atau bahkan ia sampai memajangnya di ruang kerjanya.

"Hay, guys," sapa Alina saat ia memasuki ruang kerjanya tersebut.

Sontak Bianca pun meletakkan kembali foto yang sedari tadi ia pegang tersebut.

"Ayo, mommy, cepat." ucap Miel yang sudah tak sabar untuk pergi ke pantai.

"Iya, sayang, sabar ya mommy ganti baju dulu," ucap Alina seraya mencubit pipi Miel dengan gemas lalu kemudian ia beranjak untuk mengganti bajunya agar terlihat lebih santai dan fresh.

Setelah Alina selesai mengganti baju mereka pun beranjak pergi menuju parkiran.

"Naik motor?" tanya Alina saat Bianca sudah menaiki dan sudah menghidupkan mesin motor tersebut.

"Iya, ini motornya Zee aku tukeran sebentar sama dia. Soalnya aku mau nikmatin jalanan sore hari ini pakai motor. Gapapa kan, Al?"

Alina pun mengangguk ragu. Ia ingin menolak namun tak enak. Jujur saja, ia lebih nyaman menggunakan mobil.

~~~

Semilir angin menerpa wajah Alina yang kini tengah diboncengi dengan motor oleh Bianca. Alina pun tak henti tersenyum sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya tersebut. Padahal tadi dirinya sempat ingin menolak untuk menaiki motor, namun kini nampaknya ia mulai menikmati itu.

"Al, pegangan," ucap Bianca kala Alina melepaskan pegangannya dan malah membentangkan tangannya menikmati angin yang berhembus.

Jalanan cukup lapang dan sepi, pemandangannya pun sangat bagus, jadi Alina tak ingin menyia-nyiakan itu untuk menikmatinya.

Dengan usil, Bianca pun menarik gasnya lebih cepat, membuat Alina seketika kembali berpegangan kepadanya dengan lebih erat.

Suara tawa pun terdengar dari Bianca, membuat dirinya dihadiahi sebuah pukulan di bahunya dari Alina.

Tak lama, mereka pun sampai di pantai yang mereka tuju. Sore hari ini terlihat banyak orang yang mengunjungi pantai ini, mereka pun segera ikut bergabung dengan orang-orang yang juga menikmati pantai tersebut.

Tak lupa, Bianca juga membawa peralatan untuk membuat istana pasir bersama Miel. Miel pun tampak antusias dengan itu.

"Istana untuk prince Miel," ucap Bianca yang kini sudah mulai membuat istana pasir untuk Miel.

"Yang besar, kakak," antusias Miel ikut membantu Bianca membuat istana pasir tersebut.

"Siap, prince Miel,"

Alina sendiri kini duduk tak jauh dari Bianca dan juga Miel bermain, Alina hanya tersenyum menatap pantai yang indah tersebut sambil sesekali memejamkan matanya, menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Anak-anak kecil datang bergabung bermain bersama Bianca dan juga Miel, Miel yang mendapat teman baru tersebut pun merasa senang.

Tak lupa dengan kamera kesayangannya, Bianca pun mengabadikan moment-moment manis tersebut. Hingga kamera Bianca terhenti di objek yang tampak sangat indah di mata Bianca, yang tak lain adalah Alina.

"Boy, kakak tinggal dulu ya," ucap Bianca beranjak pergi menghampiri Alina yang sedari tadi Bianca lihat tampak tenang.

"Happy?" tanya Bianca kepada Alina yang kini sudah duduk di samping Alina.

Alina pun mengangguk dengan senyuman mengembang di wajahnya. "... Dulu, waktu masih sama Nathan, dia gak pernah bawa aku untuk liburan atau sekedar menikmati sore hari di pantai gini. Aku ingin keluar pun pasti dilarang sama dia," ucap Alina sendu.

"Cowok emang terlalu banyak melarang,"

"Makasih ya, Bi, udah ajak aku kesini," ucap Alina tulus dengan senyuman hangat mengembang di wajahnya.

"Kapan pun, dan dimana pun itu, Al, aku pasti sanggup aku pasti akan menemani kamu. Kamu gak boleh merasa sendiri lagi, kamu punya aku sekarang. Walaupun aku gak banyak membantu, tapi kamu bisa pukul aku kalo kamu lagi kesel sama apapun, kamu bisa pake bahu aku kalo kamu lagi merasa ingin menangis, kuping aku juga siap mendengarkan 24jam keluhan kamu, Al."

Sayangnya, kalimat itu hanya bisa Bianca ucapkan di dalam hatinya, karena tak memiliki banyak keberanian untuk mengatakan itu secara langsung kepada Alina. Bianca pun kini hanya bisa terdiam menikmati wajah samping Alina yang entah bagaimana semakin hari semakin terlihat cantik di matanya.

"Stop, liatin aku. Aku juga bisa malu, Bi," dari ekor matanya Alina bisa melihat bahwa sedari tadi Bianca terus memperhatikannya dan itu mulai membuatnya salah tingkah.

"Kamu cantik banget, Al," puji Bianca yang entah mendapat keberanian dari mana.

"Kayaknya kamu gak ngaca, Bi. Kamu juga cantik,"

"Yes, i know," jawab Bianca percaya diri.

"Aku tarik lagi kata-kata aku karena sekarang aku ngerasa nyesel," gurau Alina.

"Hahahaha," tawa Bianca pun seakan meledak.

Pantai ini adalah tempat favorit Bianca sejak dulu, saat ia masih sering mengunjungi pantai ini bersama keluarganya dan juga teman-temannya. Dan hari ini, pantai ini seribu kali lipat menjadi tempat favoritnya, karena ia dapat menghabiskan sisa waktu sore hari ini bersama dengan Alina.

Bahkan sunset di pantai yang sangat indah yang biasa Bianca lihat, kalah indah dengan Alina yang kini berada di sampingnya.




TBC.

my love single motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang