42.

5.7K 561 19
                                    

"Zee, gue pake baju gini aja kali ya?" tanya Aurora yang kini tengah bersiap dengan penampilan pakaian minimnya untuk pergi ke club malam ini sesuai ajakan Zee tadi.

Zee yang sudah memperhatikan Aurora sedari tadi itu pun menganggukkan kepalanya setuju. "Pakai aja aku jago berantem." jawab Zee santai.

Sedangkan di lain tempat, kini Bianca sudah uring-uringan dengan Alina yang keukeh ingin memakai pakaian kurang bahannya.

"Gak. Gak ada pake baju kek pakean dalem gini. Yang bener aja, om-om sini pada cabul semua. Ganti yang lebih wajar." omel Bianca.

Alih-alih menuruti perkataan Bianca, Alina kini malah tampak acuh. "Biarin,"

Bianca pun kini sudah dibuat frustasi oleh Alina. "Yaudah, kita gak jadi jalan." putus Bianca sambil melepaskan jaketnya dan malah merebahkan dirinya diatas kasur.

"Gitu aja ngambek. Dasar anak kecil." ejek Alina. "Iya-iya aku ganti bajunya," pasrah Alina yang mulai mengganti pakaiannya, karena ia tak ingin tak jadi jalan malam ini. Ia tak enak dengan Zee dan Aurora jika Bianca membatalkan rencana mereka malam ini hanya karena masalah pakaian, yang menurut Alina itu hanya masalah sepele.

Setelah beberapa saat Alina berganti pakaian, akhirnya selesai juga, kini pun Alina tengah membujuk Bianca untuk segera beranjak.

"Bi, ayo kita jalan," ucap Alina seraya menarik lengan Bianca untuk bangkit dari posisi tidurannya.

Bukannya bangkit Bianca kini malah menutupi wajahnya dengan tangannya. "Gak." jawab Bianca yang bisa Alina tangkap dari nadanya bahwa Bianca merajuk padanya.

"Bi, ayo. Zee udah nelponin terus tuh," ya, sedari tadi ponsel Bianca memang tak berhenti berbunyi, namun Bianca malah mengacuhkannya.

Karena merasa tak sabar, dan merasa kasihan dengan Zee yang terus berusaha menghubungi Bianca. Akhirnya Alina memutuskan untuk mengangkat panggilan telpon tersebut, dengan sudah menloudspeaker panggilan telpon tersebut agar Bianca juga dapat mendengarnya.

"Woy! Lo dimana?" nada tak santai dari Zee berhasil Alina dapatkan setelah sambungan telpon tersebut berhasil tersambung.

"Halo, Zee,"

"Dokter? Bianca nya mana?"

"Ngam—" belum selesai Alina melanjutkan kata-katanya Bianca sudah lebih dulu membekap mulut Alina dan merebut ponselnya dari Alina.

"Apaan?" tanya Bianca dengan nada malasnya.

"Lo dimana?"

"Otw," jawab Bianca tanpa berbasa-basi. Setelahnya Bianca pun memutuskan panggilan telpon tersebut.

Bianca meneliti penampilan Alina yang kini sudah berganti pakaian ke yang lebih wajar. Walaupun masih banyak bagian tubuh Alina yang terekspos namun ini lebih baik dari pada yang tadi.

"Cium dulu baru kita jalan," ucap Bianca setelahnya.

"Ini mah akal-akalan kamu aja biar bisa dicium,"

"Yaudah kita gak jalan kalo kamu gak cium aku,"

Tak mau membuang waktu semakin banyak lagi, Alina pun segera mendaratkan bibirnya ke bibir Bianca. Saat Alina ingin menarik tubuhnya kembali, dengan segera Bianca pun menahan tubuh Alina tersebut, dan mulai melumat bibir Alina.

Setelah selesai berciuman, Bianca pun beranjak memakai lipstik nya dan kembali ke hadapan Alina. Dengan gerakan tiba-tiba Bianca mencium sekitar area dada Alina meninggalkan tanda bibir dari Bianca berkat lipstiknya tadi.

"Okey, you ready now." senyum bangga Bianca tercetak jelas di wajahnya sambil menatap hasil karyanya.

"Gak!" tolak Alina dengan beranjak mengambil tisu.

my love single motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang