47.

4.1K 504 60
                                    

"Lo butuh kerjaan kan, Lev?" tanya Bianca pada Levin yang kini duduk di seberangnya.

Bianca, Levin, serta Aurel kini tengah berada di ruang kerja Bianca, atas panggilan dari Bianca sendiri.

"Apa yang bisa gue kerjakan?" tanya Levin berbalik bertanya.

"Gue butuh lo untuk jalanin perusahaan gue. Gantiin posisi gue. Gue harus balik ke Indonesia. Gue gak bisa disini terus menerus. Gue gak mau kehilangan seseorang yang berarti di hidup gue."

Gue harus perjuangin milik gue, yang mulai menjauh dari gue. Batin Bianca.

"Lo percaya sama gue?"

"Gue percaya. Lagipun gue punya Aurel sebagai tangan kanan gue. Kalo lo macem-macem, Aurel akan langsung beritahu gue."

"Tapi Aurel adek gue sendiri. Gimana kalo dia berkhianat ke lo?"

"Itu gak mungkin. Bahkan Aurel lebih memihak ke gue daripada ke lo."

"Au, siapa yang mau mihak abang coba,"

"Adek laknat."

~~~

"Welcome home," sambut Zee kepada Bianca saat dirinya menjemput Bianca di bandara.

Keduanya pun berpelukan, melepas rasa rindu mereka masing-masing.

"Thanks, Zee. Lo udah mau jemput gue ditengah kesibukan lo," ucap Bianca setelah selesai berpelukan dengan Zee.

"Kayak sama siapa aja lo. Jadi kita langsung ke rumah gue?"

"Anter gue ke tempat Alina dulu deh, Zee. Gue kan waktu itu ada ajak dia untuk ketempat lo kan,"

"Tapi nanti kalo udah sama Alina jangan kelamaan pacaran, bunda udah nungguin lo,"

"Enggak janji, Zee. Gue kangen banget sama dia, berbulan-bulan gue gak ketemu dia,"

"Lo betah banget lagian di jepang,"

"Terpaksa,"

~~~

"Ini buat bu Sum, ini buat pak Dandi," ucap Bianca sambil memberikan paperbag berisikan oleh-oleh kepada bu Sum dan pak Dandi yang disambut dengan senang oleh keduanya.

Miel menepuk-nepuk lengan Bianca, membuat Bianca menolehkan kepalanya menghadap Miel. "Buat aku mana?" tanya Miel

"Buat kamu gak ada,"

"Yah," desah Miel kecewa.

"Tapi boong. Ini buat kamu." Bianca pun memberikan paperbag yang memang sudah ia siapkan untuk Miel

"Yeayy!" Dengan antusias Miel menerima paperbag yang diberikan oleh Bianca dan langsung membuka paperbag tersebut.

Bianca melirik jam dinding yang berada di ruang tamu rumah Alina. Waktu akan memasuki malam hari, namun Alina belum juga kunjung pulang.

"Alina biasanya pulang jam berapa, bu?"

"Akhir-akhir ini ibu sering pulang malam, neng,"

"Banyak pasien kali,"

"Em, anu, neng. Tapi akhir-akhir ini bu Alina sering pulang sama mas Adrian, neng,"

my love single motherWhere stories live. Discover now