46.

4.2K 481 53
                                    

Waktu sudah memasuki lewat dari tengah malam, namun Alina kini masih terjaga, karena dirinya masih menunggu kepulangan Bianca, yang belum juga kunjung pulang.

Clekk

Tiba-tiba saja pintu kamar Bianca terbuka, menampilkan Bianca yang baru saja membuka pintu tersebut.

"Abis dari mana?" Alina pun langsung menodongkan pertanyaannya kepada Bianca.

"Hotel Zee. Kamu kok belum tidur?"

"Aku tungguin kamu,"

"Kenapa?"

"Aku takut kamu gak pulang lagi,"

Bianca pun menatap Alina sendu. Ada perasaan bersalah yang terpancar dari mata Bianca.

"Kamu udah ngantuk belum?" tanya Bianca setelahnya.

"Dikit,"

"Mau keluar gak?"

"Mau." jawab Alina antusias langsung menyetujui ajakan Bianca tanpa bertanya-tanya lagi.

Mereka pun langsung beranjak dengan Alina yang kini sudah merangkul lengan Bianca manja. "Akhirnya kita bisa pacaran lagi," ucap Alina senang.

Bianca pun hanya bisa ikut tersenyum. Tak bisa dipungkiri, dirinya juga merasa senang bisa berduaan lagi dengan Alina.

~~~

Bianca mengajak Alina untuk berjalan-jalan menikmati suasana jalanan kota jepang dimalam hari. Saat sudah puas menyusuri jalanan kota jepang, tak lama mobil Bianca pun berhenti saat mereka tiba di sebuah pantai.

Kini mereka pun sudah duduk di atas pasir di pinggir pantai, sambil menikmati hembusan angin, serta laut yang menjadi pemandangan mereka kini.

"Bintang jatuh, Al!" antusias Bianca saat melihat sebuah bintang jatuh saat tak sengaja dirinya tengah melihat ke atas langit. "Buat permintaan, Al," suruh Bianca.

Keduanya pun sama-sama memejamkan mata mereka, dengan permintaan yang mereka rapalkan di dalam hati masing-masing.

Semoga kita bisa terus bersama selamanya. Batin Bianca.

Semoga kamu bisa menemukan pasangan yang bisa mencintai kamu dan buat kamu bahagia. Batin Alina.

Saat tengah asik membuat permintaan sebuah hembusan nafas pun terasa menerpa wajah Alina, atas tiupan dari Bianca.

"Serius banget doanya,"

"Iya dong. Kamu doa apa?"

"Gak boleh dikasih tau. Nanti doanya gak ke kabul,"

Setelahnya Bianca bangkit berdiri dari posisi duduknya. Dan mulai berjalan menyusuri area pinggir pantai yang diikuti oleh Alina.

"Gak kerasa udah mau pisah lagi aja ya, Al? Waktu berasa singkat banget,"

"Iya, kayaknya baru kemarin aku otw ke jepang,"

"Jepang berasa indah banget karena ada kamu. Nanti kamu pulang hidup aku jadi sepi lagi deh."

Setelahnya mereka pun sama-sama terdiam sejenak. Hingga tiba-tiba Bianca menghentikan langkahnya, menghadap Alina dan menatapnya.

"Hubungan kita masih sama seperti sebelumnya kan, Al?"

"Maksudnya?"

"Sekarang kita masih sepasang kekasih kan?"

"Kapan kita putus?"

Bianca pun kembali melangkahkan kakinya sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak, setelah kejadian itu aku soalnya jadi bingung arah hubungan kita tuh mau kemana sih? Terkadang kamu menyuruh aku mencari orang lain untuk menggantikan kamu, tapi disaat yang bersamaan juga kamu seperti sangat mencintai aku,"

"Aku memang mencintai kamu. Makanya aku mau yang terbaik untuk kamu. Level tertinggi dari mencintai itu bukannya saling mengikhlaskan?"

"Aku gak mau. Aku cuma mau sama kamu."

"Masa depan kamu masih panjang, Bi. Kamu bisa cari pria yang benar-benar cinta sama kamu, membangun keluarga kecil yang hangat dan bahagia."

Bianca pun langsung memeluk tubuh Alina erat, air matanya kini sudah luruh karena ia kini benar-benar takut untuk berpisah dengan Alina.

"Gak, aku gak butuh semua itu. Aku hanya butuh kamu."

"Kita terlalu gak mungkin, Bi,"

"Kita jalanin yang ada dulu ya. Perihal bagaimana mana nanti kita urus nanti. Aku gak perduli kalo sisa waktu ini hanya untuk menunda perpisahan kita, yang penting aku masih ada waktu untuk bisa memiliki kamu." mohon Bianca dengan air mata yang sudah membasahi seluruh wajahnya, membuat Alina yang melihatnya menjadi seperti teriris hatinya.

"Jangan nangis, kita kan lagi pacaran kok nangis," hibur Alina sambil menghapus jejak air mata disekitar area wajah Bianca.

~~~

Diwaktu malam menjelang pagi itu, keduanya sama-sama terluka. Ya, Alina juga terluka. Bukannya ia tidak menangis dihadapan Bianca itu berarti ia tidak terluka. Ia juga terluka, hanya saja ia merasa ia harus lebih tegar dari pada Bianca. Ia harus meyakinkan pada Bianca bahwa berpisah darinya itu adalah hal yang terbaik.

Alina tak mau merusak masa depan Bianca. Cukup sudah ia merasakan cinta yang begitu besar dari Bianca. Diterima dengan begitu hangat dengan keluarga Bianca, melihat itu Alina menjadi sadar ia tak boleh merusak masa depan Bianca, keluarga Bianca juga pasti menginginkan keluarga kecil dari Bianca. Yang pasti bukan dirinya dan juga Miel.

"Aku gak takut kehilangan apa yang aku punya sekarang, asalkan aku punya kamu." ucap Bianca.

Aku yang gak mau kamu menukar semua yang kamu punya hanya karena aku. Batin Alina.

Kini Bianca sudah tertidur di dalam pelukan Alina setelah mengatakan kata-kata itu. Alina sendiri kini hanya memandangi wajah Bianca seperti tak ada puasnya.

"Apa nanti kita bisa tidur berdua kayak gini lagi?"

"Apa nanti akan ada yang cium dan menyapa aku di pagi hari sehangat kamu?"

"Orang yang selalu abisin masakan aku walaupun itu keasinan ataupun gosong."

"Apa akan ada orang yang akan menerima aku berikut dengan Miel setulus kamu?"

"Siapa nanti yang kasih aku gombalan receh lagi? Aku mau jujur, kalo kamu kasih gombalan sebenernya aku salting berat. Tapi aku gak mau keliatan banget kalo aku salting, makanya aku bersikap biasa aja.

Alina berbicara sendiri kepada Bianca yang kini sudah tertidur, layaknya seperti Bianca sedang terbangun dan akan menjawab semua pertanyaannya itu.

Air mata Alina sudah luruh sedari tadi, ia sudah tak bisa menahannya lagi, ia benar-benar lemah saat ini.

"Bagaimanapun itu, aku harap nantinya kamu bertemu dengan orang yang terbaik."




TBC.

my love single motherWhere stories live. Discover now